Nandia, seorang wanita yang rela menikah kontrak dengan Danu, CEO sebuah perusahaan ternama karena kesalahan satu malam. Danu yang dari awal pernikahan tidak pernah bersikap lembut padanya dan hanya menganggapnya sebagai sebatas teman tidur membuat Nandia lelah diperlakukan seperti pelacur oleh Danu. Dia pun memutuskan untuk bercerai dari Danu. Anehnya, saat pengajuan perceraian itu terjadi, Danu tampak tidak senang dan bahkan sedikit kecewa, tapi tidak berkata banyak dan berujung menyetujuinya. Usai perceraian terjadi, Nandia berusaha bangkit dari keterpurukannya dan memulai hidup baru. Anehnya, di saat yang sama, Danu pun merasakan hal yang sama. Dia begitu terpuruk ditinggal oleh Nandia. Beberapa minggu kemudian, Danu dan Nandia kembali bertemu dengan keadaan dimana Nandia telah sukses menjadi sebagai CEO perusahaan ternama. Dan juga sudah memiliki tambatan hati dan berencana untuk menikah. Danu yang tak rela akhirnya berusaha dengan segala cara supaya Nandia bisa jatuh kembali ke tangannya. Berhasilkah Danu mengejar cinta Nandia
View MoreSetelah pertemuan itu, pikiran Nandia penuh dengan bayangan Danu. Meskipun, dia berusaha untuk menjalani kehidupannya dengan normal. Rasa takut, marah, dan penyesalan menggerogoti hatinya. Dia tahu, ancaman Danu bukan sekadar kata-kata kosong. Jika dia benar-benar bertekad, Nandia tak yakin bisa terus menyembunyikan identitas Niel. Tapi, demi putranya, Niel, apapun akan Nandia lakukan untuk melindunginya. Dulu, Danu sudah membuat hidupnya hancur, tetapi sekarang, Nandia tidak akan membiarkan Danu mengulanginya kembali Hari-hari berikutnya, Nandia selalu was-was. Setiap kali saat dia menjemput dan mengantar putranya. Dia selalu menengok ke kanan dan ke kiri memastikan bahwa tidak ada Danu, ataupun keluarga Danu lainnya. Sementara itu, Danu tak tinggal diam. Dia mulai mencari tahu, bertanya ke orang-orang terdekatnya dan mencari informasi tentang Nandia. Semakin dalam dia menggali, semakin banyak potongan-potongan fakta yang mulai mengarah pada satu kesimpulan yang tak bisa dia abaik
Danu berdiri mematung, menatap punggung kecil Niel yang semakin menjauh. Jantungnya berdebar, dan perasaan yang sulit diuraikan memenuhi dadanya. Anak itu… tatapan polosnya, suara lembutnya, ucapan terima kasih yang sederhana namun menghujam. Sesuatu di dalam dirinya bergetar.Dia merasa seolah baru saja bertemu dengan bagian dari hidupnya yang hilang, bagian yang tak pernah dia ketahui ada, namun kini tiba-tiba hadir di depan matanya."Ibu… aku sudah selesai," suara Niel terdengar dari kejauhan, ketika dia meraih tangan Nandia dengan erat.Nandia menatap putranya dengan penuh cinta, namun ada rasa cemas yang menghantui di balik senyumnya. Dia tahu Danu memperhatikan mereka—dia bisa merasakannya meskipun tidak menoleh. Setelah semua yang terjadi, Nandia tidak ingin membuka luka lama atau memperburuk situasi. Dia hanya ingin melindungi Niel dan menjaga jarak dari keluarga Hadiwijaya.Tapi detik itu juga, dia sadar bahwa garis pertempuran baru telah terbuka.“Nandia…” Suara berat Danu a
Nandia berdiri tegak meski hatinya bergejolak, berusaha tetap tenang di tengah tatapan penuh kebencian dari ibu Danu. Udara di sekitar mereka terasa menegang saat Ibu Danu menatap dekan sekolah dengan wajah penuh kemarahan."Atas dasar apa saya yang diusir, bukan dia?" Ibu Danu berkata dengan nada tinggi, membuat beberapa orang di sekitar menoleh penasaran. "Wanita ini yang menyulut masalah, bukan saya!"Pak Dekan, dengan sikap tenang namun penuh wibawa, menjawab, "Yang memancing keributan di sini jelas Anda, Bu Danu. Apa yang Anda lakukan sudah tertangkap media." Dia melirik sekilas ke beberapa ponsel yang sejak tadi merekam kejadian tersebut. "Dan di depan anak-anak kecil, Anda harusnya merasa malu atas sikap Anda. Sekolah ini adalah tempat belajar, bukan tempat menyelesaikan masalah pribadi dengan cara seperti ini."Ibu Danu tertegun, lalu menyeringai penuh kepahitan. "Dan Anda berpikir bisa mengusir saya? Sekolah ini tidak ada hubungannya dengan wanita ini. Atas dasar apa Nandia p
Nandia menggandeng tangan Niel saat mereka tiba di sekolah. Senyum kecil menghiasi wajahnya melihat Niel bersemangat memasuki gerbang sekolah. Namun, ketika dia hendak berbalik untuk pulang, suara familiar mengusik ketenangannya."Nandia?" suara itu bergetar dengan kejutan yang tak tertutupi.Nandia menoleh, melihat sosok yang tak asing lagi—Lidia, ibu Danu, berdiri dengan seorang wanita tua di sampingnya. Mata Lidia terbelalak, tidak mempercayai penglihatannya. Wanita tua di sebelahnya tampak gelisah, menarik lengan Lidia untuk menarik perhatiannya."Astaga, bukankah itu Nandia? Bukankah dia... sudah tiada?" bisik wanita tua itu dengan ketakutan.Wajah Lidia berubah, dari kaget menjadi amarah membara. Dengan langkah cepat, dia mendekati Nandia, matanya menyala penuh kebencian."Jadi, kau ternyata hidup," Lidia menyemburkan kata-kata seperti racun. "Kau memalsukan kematianmu dan kabur, bukan? Hanya untuk melahirkan anak haram!"Nandia menatap Lidia dengan dingin, berusaha tetap tenang
Di dalam rumah yang hening, Nandia mengamati Niel yang sudah terlelap di tempat tidurnya. Bocah kecil itu memeluk patung prajurit yang tadi dia dapatkan dari Reihan, senyuman kecil menghiasi wajahnya. Nandia menatap putranya dengan lembut, hatinya dipenuhi campuran rasa kasih sayang dan kecemasan. Bagaimanapun juga, Niel adalah dunianya, dan dia harus melindungi bocah itu dari apa pun.Setelah memastikan Niel benar-benar tidur, Nandia menyelimuti tubuh kecilnya, lalu meninggalkan kamar dengan hati-hati. Begitu dia menutup pintu, suara langkah kaki di ruang tamu membuatnya terhenti. Nandia mengerutkan kening. Siapa yang masih ada di sini pada jam selarut ini?Ketika dia sampai di ruang tamu, dia melihat Mike duduk di sofa, menunggunya. Wajahnya tampak serius, tidak seperti biasanya. Mike adalah sepupu jauhnya yang selalu bisa membuat suasana lebih ringan, tapi malam ini, ada sesuatu yang tampak berat di antara mereka."Mike?" Nandia memulai, berjalan mendekat. "Kau belum pulang?"M
Nandia dibawa ke restoran milik Reihan yang elegan, namun terasa hangat dengan suasana tenang yang menenangkan hati. Nandia melirik sekeliling, mengagumi dekorasi modern dengan sentuhan minimalis yang tidak pernah dia bayangkan dari Reihan, seorang pria yang dulu hanya dianggap bagian dari kehidupan bisnis keluarga Hadiwijaya.“Jadi, kamu yang memiliki semua ini?” Nandia bertanya, berusaha memecah keheningan. Reihan hanya mengangguk singkat, menunjukkan betapa rendah hatinya dia meski usahanya sudah berkembang menjadi salah satu perusahaan F&B paling berpengaruh di dalam negeri.“Sejak kepergianmu, aku memutuskan untuk berhenti terlibat dalam bisnis keluarga,” Reihan menjelaskan, suaranya pelan namun jelas. Dia tidak berbicara panjang lebar seperti Danu atau Mike. Setiap kata yang keluar dari mulutnya seolah diperhitungkan, singkat namun penuh makna.Nandia menatapnya dengan rasa penasaran yang mulai tumbuh. “Kamu tidak terlihat terkejut melihatku.”Reihan menoleh padanya, ekspresinya
PLAK! Sebuah tamparan keras melayang ke pipi Danu Hadiwijaya, Menghentikan apa yang telah dilakukan Danu siang itu. Ia menatap Nandia dengan raut wajah terkejut, tak percaya bahwa Nandia kini telah berubah, dulu, dia adalah wanita yang lemah lembut. Namun kini, dia menjadi wanita yang kuat tanpa mudah ditindas oleh siapapun. Nandia menatap nyalang Danu. Emosi yang sudah diubun-ubun kini keluar sudah. "Empat tahun lalu, kamu, menganggapku sebagai wanita murahan hanya karena menjebakmu! Dan sekarang, setelah semua yang terjadi, kamu masih menganggapku sebagai jalang yang tak punya harga diri?" Danu terdiam, tubuhnya mendadak beku, tak sanggup berkata apa-apa. Suaranya lenyap di antara kesedihan dan keterkejutan. Namun, Nandia tak selesai. Ia menahan air mata yang jatuh di pipinya dan berkata dengan getir, "Ketika teman masa kecilmu yang berusaha menjebakmu, kau malah menuduhku haus akan harta! Dan saat ibumu memaksaku menceraikanmu di depan keluargamu, kau malah sibuk dengan wanita
Tubuh Nandia mendadak beku, terpaku dengan tatapan tajam Danu yang tak pernah dia bayangkan akan dia temui lagi. Pria itu tidak hanya hadir di sini secara fisik, tetapi membawa bersamanya segala beban masa lalu yang selama ini berusaha Nandia lupakan. Danu melangkah maju dengan langkah berat. “Sudah kuduga, kau belum mati…” suaranya rendah, namun menggema dalam hati Nandia. Nandia merasakan tenggorokannya kering. Seluruh tubuhnya menegang mendengar ucapan pria itu. Ada nada kelegaan di suara Danu yang menimbulkan perasaan tidak nyaman di hatinya, tapi kemudian wajah Danu berubah. Kegelapan muncul di matanya. Amarah yang sudah lama tersimpan kini meluap. “Kenapa?” Danu mendekat, dan Nandia mundur. “Kenapa kau memalsukan kematianmu?” Cengkeramannya mencengkeram pundak Nandia dengan kasar, seakan dia takut wanita itu akan menghilang lagi. Nandia menatapnya dengan mata membara, merasakan sakit di pundaknya. “Maaf, Tuan Hadiwijaya. Saya tidak mengerti apa yang Anda bicarakan,” suaranya
Nandia baru saja keluar dari Anggara Corp. Dia sudah terlambat untuk menghadiri pertemuan dengan kliennya. Meeting tadi menyita banyak waktu karena ada sedikit masalah. Matahari sudah berada di atas kepala. Nandia berjalan dengan cepat, sambil menutupi kepalanya dengan tangan. Akan tetapi, sebelum dia masuk ke dalam mobil. Suara berat nan tegas membuat dia menoleh ke belakang. “Nandia!” Lelaki tampan dengan rambut pirang bermata biru setengah berlari mengejarnya sambil menggendong bocah tampan berusia tiga tahun. Senyum terpancar di wajahnya saat dia melihat sosok Nandia. Sementara bocah kecil itu mengulurkan tangannya disertai rengekan kecil. “Mike? Kenapa?” tanya Nandia terkejut. “Pangeran kecilmu mencari maminya, dan sekarang, dia bilang ingin ikut denganmu!” ujarnya sambil menyodorkan bocah tampan itu. Hubungan Mike dan Nandia sangat dekat sejak Nandia tinggal di rumahnya saat wanita itu melarikan diri dari Danu. Mike adalah anak dari kakak ibunya yang menikah dengan orang bu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments