Share

Bab 2 - Sebatang Kara

Penulis: Lunoxs
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-17 12:20:52

"Seria akan menginap di sini. Mama yang memintanya."

Pertanyaan itu tidak dijawab Seria, melainkan sang mertua yang terlihat begitu melindungi sekretaris suaminya. Lengkap dengan nada angkuh, juga lirikan sinis yang ditujukan untuk Amanda.

"Menginap di sini?” Amanda meninggikan satu alisnya. “Apa Aska tidak mencarimu?" tanya Amanda, menyinggung anak tunggal Seria.

"Tidak, Aska bersama dengan neneknya," jawab Seria dengan nada lembut dan penuh percaya diri.

Amanda menatap lekat gadis itu, seperti menemukan niat tersembunyi. Namun, belum sempat Amanda mengajukan rasa keberatannya, titah sang mertua lebih dulu terdengar.

"Bi, antar Seria menuju kamarnya."

Kehadiran dan pendapat Amanda memang tak pernah dianggap di rumah ini. Bahkan Evan sebagai suami pun tidak memberikan reaksi apa pun dan justru langsung melenggang menuju lantai 2.

Amanda menahan emosi. Evan mungkin memang suami yang sangat baik, sangat mencintai Amanda. Tapi Evan tak pernah bisa membantah keinginan sang mama, selalu mematuhi apapun perintah mama Geni.

Evan bahkan terkesan tidak terganggu sedikitpun jika sang sekretaris menginap di rumah ini. Pria itu langsung pergi menuju lantai 2, meninggalkan Amanda sendiri di ruang tengah tersebut.

Sebuah syal di atas sofa mencuri perhatian Amanda. Perlahan, dia mendekati syal itu dan mengerutkan dahi ketika tercium aroma parfum yang tidak asing.

‘Ini….’ Pikiran buruk Amanda semakin menguat. Dia yakin, parfum inilah yang menempel pada suaminya.

Dengan perasaan tak keruan, Amanda meremas syal di tangannya dengan kencang. Dia menyadari satu hal, jika kedekatan Seria dan Evan sudah tak wajar.

Amarah Amanda sontak naik ke ubun-ubun. Dia bangkit dan melangkahkan kakinya menuju ke kamar di mana Seria berada.

Namun di tengah jalan langkahnya justru terhadang oleh sang mama mertua. "Ada apa kamu datang ke sini?"

"Ma, aku tidak suka wanita itu menginap di sini!” Amanda menyahut dengan amarah menggebu-gebu. “Seria itu hanya sekretarisnya mas Evan, dia bukan bagian keluarga kita!"

"Jaga ucapanmu Amanda!” Mama Geni berekspresi marah. "Jika bukan karena mendiang suamiku yang bodoh, sudah sejak lama aku mencampakkanmu! Aku tidak sudi punya menantu sepertimu!" tegas mama Geni lagi lalu pergi dengan menabrak lengan sang menantu.

Sementara Amanda tergugu. Dia kehilangan kata-kata. Ingin menangis, tapi sekuat tenaga dia tahan.

Kemudian, alih-alih masuk ke kamar Seria seperti tujuannya semula, Amanda kini justru memasuki kamarnya bersama Evan.

Dia menemukan sang suami telah tertidur di ranjang miliknya sendiri.

Amanda menatap nanar ke arah Evan. Perpaduan rasa sakit hati usai dihina mertua, berpadu dengan luka karena pengkhianatan terpancar dari matanya.

'Mama boleh menghinaku, tapi tidak boleh ada wanita lain di rumah ini!' batinnya pilu.

**

Di pagi hari, saat Amanda dan Evan menuruni tangga untuk sarapan … Amanda kembali melihat sosok Seria yang sudah lebih dulu bergabung dengan nyaman bersama Mama Geni.

"Selamat pagi Tuan, Nyonya," sapa Seria dengan sangat ramah.

Amanda tidak menyahut, pun begitu Evan yang bersikap dingin.

"Seria, hidangkan makanan untuk Evan.”

"Aku bisa melakukannya, Ma," balas Amanda dengan cepat, menentang perintah tak berlogika dari mertuanya.

Pernikahan Amanda dan Evan memang bukan pernikahan berlandaskan cinta, tetapi karena perjodohan.

Papa Evan yang begitu mengagumi Amanda yang cerdas, bertanggung jawab, pekerja keras dan memiliki kebaikan hati membuat papa Erwin begitu ingin menjadikannya sebagai menantu. Tak peduli meskipun saat itu status Amanda hanyalah salah satu karyawan di perusahaan Sanjaya Group.

Satu hal dasar yang membuat Amanda tidak disukai Mama Geni. Ditambah lagi, usai pernikahan dilangsungkan, papa Erwin bahkan sangat membanggakan Amanda.

Dia mengenalkan Amanda pada semua kolega bisnis hingga akhirnya papa Erwin membangun sebuah yayasan yang dikelola langsung oleh Amanda.

Yayasan itu berkembang cepat, membuat Amanda semakin dikenal public sebagai wajah Keluarga Sanjaya, bukannya Evan.

Lalu, kebencian Mama Geni semakin membuncah, ketika Papa Erwin dalam surat wasiatnya, menjadikan Amanda sebagai salah satu pemegang saham di perusahaan Sanjaya Group.

"Kamu mana paham mengurus suami?” sindir Mama Geni. “Sudahlah, tugasmu di keluarga ini hanya untuk mengumpulkan uang sebanyak mungkin.”

Amanda terdiam menahan kesal, sementara adik ipar Amanda terkekeh. Sedangkan, Evan hanya diam dan Seria segera melaksanakan perintah nyonya besar, menyajikan makanan untuk sang Tuan.

Tak bisa berbuat apa-apa, Mama Geni pun memperlakukan Amanda layaknya budak untuk mencari uang di keluarganya.

"Mas, hari ini aku akan mengunjungi tuan Austin sebagai bentuk terima kasih untuk donasi yang telah dia berikan pada Yayasan," ucap Amanda, setelah mereka semua selesai sarapan.

"Pergilah, apa kamu ingin aku ikut?" tanya Evan.

"Tidak perlu, itu sudah jadi tugas Amanda.” Mama Geni menyela. “Lebih baik kamu ke kantor bersama Seria."

Bagai kerbau dicucuk hidung, Evan menyahut patuh, "Baik, Ma.”

Dan jika sudah seperti ini Amanda tak bisa berkutik. Evan meninggalkan meja makan lebih dulu, disusul oleh Seria tak lama.

Amanda ingin bangkit, tetapi Mama Geni menahannya. Dengan setengah hati, akhirnya Amanda kembali duduk di kursinya. Sekarang di meja makan tersebut hanya ada mereka berdua.

"Ini sudah 2 tahun sejak anakmu meninggal. Apa kamu tidak berencana memiliki anak lagi?" tanya mama Geni.

Sebuah pertanyaan yang tentu begitu sulit untuk Amanda jawab, sebab ada tragedi yang tak mampu dia lupakan di saat sang anak meninggal, yang membuatnya begitu takut untuk memiliki anak lagi.

"Jangan hanya diam saja, Apa kamu tidak memikirkan Evan dan keluarga ini?" tanya mama Geni, makin mengintimidasi. “Keluarga Sanjaya bukanlah keluarga sembarangan. Kami membutuhkan penerus untuk pewaris selanjutnya. Jangan hanya pentingkan tentang hidupmu sendiri!" bentak mama Geni.

"Aku butuh waktu, Ma. tolong mengerti aku."

"Waktu? Berapa lama lagi?! Jika tidak ingin hamil maka biarkan Evan menikah lagi!"

"Ma!" Suara Amanda naik beberapa oktaf.

"Kenapa? kamu tidak terima dengan ucapan Mama?” Mama Geni memelotot. “Maka dari itu berpikirlah!"

Puas setelah mengatakan semua unek-uneknya, mama Geni pun pergi lebih dulu meninggalkan meja makan.

Amanda mengusap wajahnya dengan kasar. Semakin hari rasanya semakin sulit saja dia jalani kehidupan di rumah ini.

Sayangnya, Amanda tidak bisa pergi begitu saja. Dia memiliki banyak alasan untuk tetap bertahan di rumah ini. Pertama, hanya di rumah inilah Amanda memiliki banyak kenangan dengan sang anak.

Kedua dia pun sangat mencintai Evan dan ketiga Amanda juga telah berjanji pada mendiang Papa mertuanya bahwa dia akan terus menjaga Sanjaya Group.

Tanpa sadar Amanda menjatuhkan air matanya. Hidup sebatang kara membuat Amanda tidak memiliki tempat untuk berbagi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Asri Fatmawati
Maaf mungkin aku lupa, trauma apa yg dialami amanda sampai² dia ngak mau disentuh suaminya.. mungkin evan selingkuh untuk memenuhi syahwat nya yg tak tersalurkan..karena amanda tdk memberikan haknya sebagai istri
goodnovel comment avatar
Upin Ipin
hallo thor aku baca sakit hati loh thor sesek banget...
goodnovel comment avatar
Juhaina R
jgn kan sebatang kara aku punya ayah aja brsa gak enk apalgi gak ada dua dua nya .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Tuan Presdir, Nyonya Tidak Ingin Bercerai!   Bab 71 - Seperti Dilindungi

    "Kamu serius akan datang?" tanya Kaginda setelah Amanda mengakhiri panggilan teleponnya dengan sang mertua."Hem, konferensi pers akan diadakan malam nanti. Sekarang aku masih bisa bekerja, jadi tidak menganggu waktuku," balas Amanda, lalu tersenyum seperti biasa.Kaginda seperti melihat jika sekarang Amanda memiliki dua kepribadian, satu Amanda yang dia kenal selama ini sementara satu sisi Amanda yang penuh dengan dendam."Aku akan mendampingi mu," ucap Kaginda lalu menghela nafasnya dengan kasar."Tidak apa-apa, datanglah saat pukul 7 malam di Sanjaya Group. Kita bertemu di sana," jawab Amanda dan Kaginda menganggukkan kepalanya setuju.Kaginda juga bangkit berdiri siap pergi dari sana, namun sebelum benar-benar pergi dia kembali menatap Amanda dengan intens. Memastikan sekali lagi benarkah Amanda baik-baik saja. Benarkah semua luka itu telah sembuh, karena pengkhianatan keluarganya tak main-main."Aku baik-baik saja, berhenti menatapku dengan tatapan mengasihani seperti itu," ucap

  • Tuan Presdir, Nyonya Tidak Ingin Bercerai!   Bab 70 - Kembali Terulang

    "Amanda," panggil Kaginda yang tiba-tiba masuk ke dalam ruang kerja.Luna yang awalnya tengah berbincang dengan atasannya itu pun sontak mundur, berniat keluar dan meninggalkan dua wanita ini."Ada apa? kenapa mendadak datang ke sini?" tanya Amanda pula, menatap bingung atas kedatangan sahabatnya tersebut. Biasanya mereka selalu membuat janji temu lebih dulu sebelum ada pertemuan. Tapi kini secara mendadak Kaginda muncul di hadapannya."Ada apa? katamu ada apa? Astaga," Kaginda sampai kehabisan kata-kata. "Aku bahkan sangat sulit untuk masuk ke sini tadi, di depan sana banyak wartawan yang mengerubungi Yayasan," jelas Kaginda kemudian, raut wajahnya nampak cemas.Menatap Amanda dengan begitu intens, menelisik kesedihan macam apa yang dirasakan oleh sang sahabat. Hancur yang mungkin sampai membuatnya sesak untuk bernafas.Sementara Luna telah benar-benar keluar dari ruangan ini, Kaginda berdiri di depan meja kerja Amanda. Dan malah melihat Amanda yang masih sibuk dengan semua pekerjaan

  • Tuan Presdir, Nyonya Tidak Ingin Bercerai!   Bab 69 - Tetap Bekerja Sesuai Jadwal

    "Seria! Keluar kamu!" pekik mama Geni, dia juga langsung masuk semakin dalam ke rumah tersebut tanpa memerlukan izin. Sampai akhirnya mama Geni melihat Seria yang berdiri di ruang tengah rumah ini.Tatapan mereka saling terkunci, seperti tak ada yang ingin mengalah dalam perselisihan ini. Meski semuanya nampak kacau bagi Seria, namun dia tak ingin mengaku salah. Apalagi sampai menundukkan kepalanya untuk meminta maaf.Tidak, Seria tidak akan pernah melakukan itu. Sebab baginya ini semua sudah benar.Saat itu bertepatan dengan mama Seria yang juga mendatangi ruang tengah kerena mendengar keributan."Dasar wanita tidak tahu diri! Berani-beraninya kamu mempermalukan Evan!" bentak mama Geni, suaranya yang menggelegar bergema di dalam rumah tersebut. Mama Geni maju dengan cepat dan menjambak rambut Seria."Hentikan Geni! jangan sakiti anakku!" ucap mama Seria, dia juga berusaha keras melepaskan perkelahian, menarik Geni agar melepaskan jambakannya sampai akhirnya Seria yang terlempar ke s

  • Tuan Presdir, Nyonya Tidak Ingin Bercerai!   Bab 68 - Padahal Dulu Saling Mencintai

    Evan sudah lebih dulu memutus sambungan telepon tersebut karena dia tak ingin kembali mendengar bantahan dari sang mama. Sejak beberapa waktu lalu dia memang sudah memutuskan untuk tidak mengikutsertakan sang mama dalam tiap keputusan yang akan dia ambil.Di masa lalu, Evan telah begitu patuh pada mama Geni. Semua hal yang diperintahkan oleh mamanya pasti dia teruti. Evan tak pernah berpikir panjang, asal sang mama yang memberinya perintah pasti akan dia lakukan.Tapi sekarang dia tidak ingin hidup seperti itu lagi, terlebih setelah menyadari bahwa semua hal yang dilakukan oleh Mama Geni selama ini adalah salah.Demi memperbaiki hidupnya yang sudah hancur, Evan akan memilih jalan yang baginya sendiri adalah yang terbaik.Hari ini Evan memutuskan untuk tetap datang ke perusahaan di tengah-tengah kondisi yang semakin memanas. Namun dia masih memilih untuk diam, tidak mengeluarkan satu katapun sebagai pembelaan."Tuan, beberapa klien membatalkan kerjasama karena skandal ini. Apa yang har

  • Tuan Presdir, Nyonya Tidak Ingin Bercerai!   Bab 67 - Bagaimana Dengan Aska?

    Saat pagi menjelang Evan masih juga belum mampu terpejam. Dia tetap duduk di sofa kamarnya dan melihat sang istri mulai bersiap untuk pergi bekerja.Evan sampai melupakan tentang keberadaan Aska di rumah ini, pikirannya benar-benar buntu. Dia sampai tak berani membuka ponselnya sendiri."Sayang," panggil Evan lirih saat Amanda mulai duduk di meja riasnya."Semalaman Mas tidak tidur?" tanya Amanda pula, berlagak seolah tidak tahu apapun. Tapi siapa yang peduli, dulu pun Amanda berusaha sembuh sendiri dari semua trauma."Bagaimana bisa aku tidur, pagi ini pemberitaan pasti semakin menjadi-jadi. Bisakah kamu membantah berita itu lagi?" tanya Evan, berpikir bahwa ini adalah satu-satunya cara agar dia bisa terbebas dari jeratan Seria."Mas, sekarang aku tidak mau ikut campur lagi. Kamu yang memulai untuk memiliki hubungan dengan Seria, jadi sekarang selesaikanlah semaunya sendiri," balas Amanda dengan kalimat yang terdengar begitu tegas.Sorot matanya tak mampu diajak untuk bernegosiasi.

  • Tuan Presdir, Nyonya Tidak Ingin Bercerai!   Bab 67 - Tidur Dengan Nyenyak

    Evelyn yang sejak tadi menguping semua kejadian dan pembicaraan sampai gemetar sendiri dibuatnya. Sebab Seria benar-benar mengirimkan bukti perselingkuhannya dan mas Evan ke sebuah media.Bingung apa yang harus dilakukannya juga, akhirnya Evelyn reflek masuk ke dalam kamar sang kakak."Mbak Amanda, aku mohon bantu mas Evan," pinta Evelyn setelah berhasil berdiri di hadapan sang kakak ipar. Mulai merasa bahwa Seria lah parasit yang sesungguhnya di keluarga Sanjaya.Wanita itu tidak menghasilkan apapun kecuali, Aska. Tapi bermimpi bisa jadi bagian dari keluarga ini."Kamu ingin lihat apa yang dikirim Seria pada Dream Media? lihatlah," balas Amanda, dia memutar laptopnya dan diarahkan pada sang adik ipar.Mulut Evelyn ternganga, lalu dengan cepat dia tutup menggunakan kedua tangan. Bagaimana bisa Seria menyebar foto yang begitu intim."Tersebar atau tidak, pihak Dream Media sudah melihat foto-foto ini. Pasti sudah melakukan pemeriksaan pula apakah foto ini asli atau palsu. Aku tidak bisa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status