Share

Tuan Sutradara Dan Nona Aktris
Tuan Sutradara Dan Nona Aktris
Penulis: Arumi E.

1. La Belle

Gadis semampai itu mematut dirinya di depan cermin. Wajahnya telah dirias sempurna. Rambutnya yang panjang melebihi bahu telah ditata apik, bergelombang dengan blow di kanan kiri. Gaun one shoulder berwarna hijau zamrud membalut dengan pas tubuh langsingnya.

Gadis itu tersenyum puas melihat penampilannya sendiri. Sebenarnya ia bukan tipe gadis yang senang didandani glamor seperti ini. Namun demi profesi yang ditekuninya, ia tak bisa mengelak dari tugas istimewa bertaraf internasional ini.

"Sudah siap, Ra?"

Teguran seorang gadis bertubuh mungil yang masuk tanpa suara mengejutkan gadis cantik itu.

"Perfect ya?" sahut gadis cantik itu tanpa menoleh, masih mengagumi penampilannya sendiri di hadapan cermin.

"Tentu saja perfect. Penata rias dan rambutmu bertaraf internasional. Gaunmu juga dirancang perancang pakaian terbaik di Indonesia," sahut gadis mungil itu.

Livia nama gadis mungil itu. Sudah tiga tahun ini ia menjadi manajer pribadi Kiara Almira, artis muda Indonesia yang saat ini sedang naik daun.

"Oh, menurutmu karena itu aku terlihat sempurna?"

Livia yang sudah berada di belakang Kiara, ikut memandangi bayangan tubuh Kiara di dalam cermin.

"Dan tentu saja karena kamu memang cantik. Kalau aku yang pake gaun itu belum tentu terlihat sebagus itu," sahut Livia.

"Kenapa nggak?"

Bagi Livia, pertanyaan Kiara itu hanyalah basa-basi. Kiara bukan gadis yang suka menghabiskan waktu merawat kecantikan tubuh dan kulitnya. Tetapi dia memang sudah cantik alami. Apa pun yang dikenakannya, akan terlihat bagus. Tidak seperti dirinya.

"Dua puluh menit lagi kamu sudah harus siap berjalan di karpet merah."

Livia menepuk pelan bahu Kiara.

Kiara menatap sekali lagi bayangan tubuhnya di cermin, lalu ia berbalik, dan mulai melangkah keluar diikuti Livia.

"Menurutmu Chris Hemsworth datang nggak?" bisik Kiara sembari melangkah sepanjang lorong menuju karpet merah.

"Sepertinya nggak deh," sahut Livia singkat.

"Ah, sayang banget," sesal Kiara yang membuat Livia tersenyum tipis.

"Kali ini kuharap kamu jangan bertingkah yang aneh-aneh ya?"

"Memangnya aku pernah bertingkah aneh apa?"

"Aku senang kali ini kamu bersedia tampil elegan."

"Aku memang terkadang suka berbuat seenaknya. Tapi aku cukup bertanggungjawab dengan tugasku."

Livia tak menyahut lagi, ia hanya berdecak sekali. Tugasnya mendampingi langkah Kiara berakhir sampai di ujung lorong gedung ini. Selanjutnya Kiara melangkah sendiri berjalan di atas karpet merah sembari menebarkan senyum dan melambaikan tangan ke arah kerumunan awak media.

Pembawa acara menyebutkan namanya sebagai artis yang berasal dari Indonesia. Puluhan lampu blitz mengarah padanya, mengabadikan kecantikan khas Asia Tenggara yang diwakilinya.

oOo

Ini kebiasaan Kiara. Ia tak betah dengan acara seremonial yang dikemas formal. Baginya sangat membosankan. Setelah ia melaksanakan tugasnya dengan baik semalam, bagi Kiara itu artinya tugasnya telah selesai.

Semula Kiara ingin mengajak Livia. Kemudian ia berubah pikiran. Berjalan-jalan bersama Livia, pasti akan menghambat kesempatannya untuk menikmati Kota Nice lebih alami. Menurutnya, manajernya itu sekarang sudah tidak seperti dua tahun lalu. Terlalu teratur dan terlalu ketat mengikuti jadwal kerjanya.

Bagi Kiara, rutinitas itu membosankan. Ia seorang yang dinamis, menyenangi hal-hal yang terjadi spontan. Membuat hidup menjadi lebih penuh warna dan mendebarkan.

Sebuah rencana sudah terbetik dalam kepalanya sejak sebelum ia tidur. Ia akan menyelinap pergi seusai sarapan, diam-diam tanpa diketahui Livia. Tentunya jangan sampai diketahui pula oleh staf La belle.

Pukul setengah enam pagi, Kiara sudah bangun. Ia bergegas mandi dengan air hangat, lalu mengenakan pakaian kasual tapi tetap feminin.

Livia baru bangun setelah Kiara selesai merapikan diri.

"Bonjour, Liv," sapa Kiara lalu tersenyum lebar menyambut wajah kusut Livia.

"Tumben pagi-pagi kamu sudah siap," sahut Livia sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Aku pengin sarapan lebih awal. Setelah itu aku mau jalan-jalan sebentar di sekitar hotel."

"Ke mana?"

"Kamu nggak usah ikut. Aku cuma pengin lihat-lihat dan beli suvenir kalau ada yang menarik."

"Ingat ya, jam satu siang kamu ada pemotretan dengan staf La belle. Jam tujuh malam, kamu harus menghadiri acara makan malam bersama brand ambassador La belle dari berbagai negara. Semuanya selebritas terkenal dunia. Kesempatan buatmu mengenal mereka. Besok pagi-pagi sekali kita masih harus ke Paris, jam tujuh malam kita balik ke Jakarta. Jadwalmu di sini padat banget, Ra. Dan semua jadwal ini sudah kamu setujui sejak kita masih di Jakarta, kan? Jadi kuharap, tolong jangan kacaukan jadwal yang sudah kita sepakati ini."

"Itu masih lama, Liv. Karena itu aku bangun pagi banget dan sarapan lebih awal. Aku sudah jauh-jauh datang ke Cannes. Hampir delapan belas jam perjalanan dari Jakarta. Masa sih aku nggak boleh berkeliling kota ini sebentar."

"Nanti kamu juga ada jadwal keliling kota bersama staf La belle."

"Itu kurang seru. Lebih asyik sendiri. Kamu kan tahu, aku senang menyusup ke tempat-tempat unik dan eksotis, bukan ke tempat yang glamor, mewah, formal dan membosankan."

Livia menghela napas.

"Udah deh, kamu mandi gih. Aku turun duluan. Aku sarapan di restoran hotel ini ya."

Seusai berkata begitu, Kiara membalikkan tubuhnya dan melangkah keluar.

Di kanan kiri kamarnya ini, menginap juga brand ambassador La Belle lainnya. Ada kurang lebih dua puluh selebritas dari berbagai Negara yang diundang datang ke Cannes ini oleh La belle. Mereka semua menjadi brand ambassador La belle di negara masing-masing.

Livia turun dari tempat tidurnya, bergegas ke kamar mandi. Ia baru menyadari, Kiara harus segera diawasi. Artis yang satu ini seringkali punya rencana mendadak yang hanya diketahui olehnya dan Tuhan.

Kiara sudah beberapa kali melarikan diri dari kegiatan yang menurutnya membosankan. Tak peduli acara itu harus ia hadiri sesuai kesepakatan. Tapi anehnya, kebintangan Kiara belum luntur juga. Gadis itu masih saja disukai, masih banyak penggemarnya, masih banyak follower di instagramnya, masih banyak pihak yang menawarkan kerjasama dengannya.

"Tumben Kiara bangun duluan. Mencurigakan banget, nggak biasanya dia begitu. Harusnya tadi nggak aku biarin dia sarapan sendiri. Takutnya dia punya rencana yang bakal bikin aku susah," gumam Livia sambil cepat-cepat mengenakan pakaian usai mandi.

Livia menyisir rambutnya hanya dengan jari-jarinya. Memoles bibirnya dengan lipglos. Menyemprotkan sedikit wewangian, lalu bergegas keluar kamar menuju restoran.

Dia berjalan berkeliling, matanya menyapu seluruh ruangan restoran. Beberapa brand ambassador La belle dari negara lain tampak asyik menyantap sarapan masing-masing. Tetapi tidak ada Kiara!

Gawat! Kiara nggak ada! Ke mana dia? batin Livia mulai dilanda panik.

Sekarang sudah pukul tujuh pagi. Sebenarnya ia sudah merasa lapar. Tetapi nafsu makannya mendadak hilang menyadari Kiara tak bisa ditemukannya di restoran ini. Ia segera menghubungi nomor ponsel Kiara. Seperti yang sudah ia duga, Kiara sengaja mematikan ponselnya.

Kiara, kamu kok seneng banget sih bikin aku susah? keluh Livia sambil mengembuskan napas dalam sekali sentakan keras.

NOTE :

Bonjour : selamat pagi.

La belle : cantik.

 

Arumi E.

Halo...salam kenal. Selamat baca ceritaku ini. Semoga suka ya. Sambil merasakan jalan-jalan ke Nice dan Monte Carlo :) Salam, Arumi

| 1
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ersa Rosalia
akhirnya baca cerita kak arumi lagi 😂❤
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status