Share

6. Miss Trouble Maker

Kiara sampai di depan pintu kamar hotelnya dengan tubuh letih bukan main. Ia segera menekan bel pintu.

Hanya dalam hitungan detik pintu itu terbuka. Wajah Livia muncul dari balik pintu dengan kedua alis terangkat dan mulut menahan geram. Tampak jelas sekali sejak tadi Livia memang sudah menunggu kedatangan Kiara.

"Akhirnya kamu pulang juga. Kirain kamu sudah menghilang dan nggak bakal balik lagi ke sini," sambut Livia, kata-katanya penuh dengan sindiran dan rasa kesal yang tertahan.

Kiara tak berkomentar apa-apa menghadapi ocehan dan ekspresi wajah Livia yang merupakan paduan rasa kesal, cemas sekaligus lelah.

Dengan langkah gontai, Kiara berjalan memasuki kamarnya melewati Livia begitu saja. Livia memandangi Kiara dengan kening berkernyit, tapi ia sudah tak bicara lagi. Ia biarkan Kiara mencapai sofa. Lalu artisnya itu mengempaskan tubuh lunglainya ke atas sofa itu. Livia mengunci pintu lalu berjalan mendekati Kiara.

“Kamu ke mana saja, Ra? Kamu janji cuma jalan-jalan sebentar ke sekitar hotel. Nyatanya, jam sembilan malam kamu baru kembali. Ini kamu telatnya lama banget, lho, Ra! Ini bukan lagi telat, tapi sengaja kabur dari tanggungjawab pekerjaan. Dan ini bisa bikin nilai kamu di mata staf La Belle buruk banget,” ucap Livia mulai menyemburkan kekesalannya begitu ia telah berada tepat di depan Kiara yang sudah membaringkan tubuhnya di sofa tampak kelelahan.

Kiara memakai bantal sofa untuk menopang kepalanya. Matanya terpejam Beberapa kali dia menghela napas panjang.

Livia mengerutkan dahinya, tak sabar menunggu jawaban Kiara. Ia masih berdiri memandangi Kiara yang sedang memijit-mijit pelipisnya di kanan kiri dengan ibu jarinya.

“Kiara … kamu sadar nggak sih, kamu sudah bikin aku cemas. Hampir saja aku melapor ke kantor polisi Cannes bilang kamu diculik!”

Livia melanjutkan lagi teguran kerasnya. Namun Kiara masih enggan menjawab.

“Kamu keterlaluan banget, Kiara! Aku kan sudah bilang berkali-kali jadwal kamu selama di sini apa saja. Sudah aku kasih daftarnya secara detail. Kamu harus ngikutin semuanya. Kenapa kamu sengaja menghilang? Handphone-mu juga sengaja kamu matikan. Lihatlah sekarang, semua acaramu jadi berantakan. Dan aku yang dikomplain staf La belle.”

Livia masih melanjutkan omelan dan keluh kesahnya. Kiara masih juga tak mau bicara, ia hanya bergerak bangun kemudian bangkit berdiri dari sofa.

Please, Liv. Aku capek banget. Besok aja kita omongin tentang keluhanmu itu. Oke?” kata Kiara akhirnya setelah sejak tadi dia hanya terdiam mendengarkan ocehan Livia. Ia memang sejak tadi diam saja, tapi dia mendnegar semua ucapan Livia tadi.

Kiara berjalan menuju tempat tidur. Kemudian dengan santai merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur tanpa berganti pakaian.

Livia yang mengikuti Kiara masih ingin mengucapkan sesuatu, namun saat ia melihat Kiara sudah memejamkan matanya, entah pura-pura tidur atau tidur sungguhan, Livia urung bicara lagi. Ia menghela napas berat.

Menjadi manajer Kiara memang harus memiliki kesabaran ekstra. Dia yang mau melakukan pekerjaan ini dan masih betah menjadi manajer Kiara walau pun artis yang satu ini memiliki beberapa attitude yang kurang bagus.

Tapi setidaknya, sepanjang Livia bekerja pada Kiara, sahabatnya itu masih menganggapnya sahabat. Tidak pernah merendahkannya atau menganggapnya sebagai bawahan. Kiara tidak bersikap sombong padanya, Kiara hanya keras kepala. Itu yang menyebabkan Livia masih bertahan mendampingi Kiara dalam menjalani karirnya di dunia hiburan Indonesia.

Seharian tadi Livia panik mencari Kiara. Bahkan ia hampir mengira Kiara telah diculik. Lalu gadis itu tiba-tiba muncul begitu saja di depan kamar hotel ini tepat pukul sembilan malam. Saat acara gala dinner dengan semua petinggi dan seluruh brand ambassador La belle dari seluruh dunia telah selesai. Hanya Kiara Almira yang tidak datang. Livia kehabisan kata-kata menjelaskan ketidakhadiran Kiara dalam acara itu.

Terkadang Kiara membuat Livia yang bertugas sebagai manajernya merasa putus asa. Kiara Almira punya potensi besar menjadi seorang artis hebat dan selebritas yang diperhitungkan, namun sayangnya Kiara memiliki kebiasaan buruk. Ia cepat merasa bosan.

Kiara paling tidak betah jika harus berada dalam situasi formal terlalu lama. Walau pun Livia sudah mengingatkan berkali-kali. Sikap elegan yang harus selalu ditunjukkan Kiara adalah konsekuensi panjang dari profesi yang telah dipilihnya.

Malam itu Livia kesulitan tidur. Ia terbiasa bertanggungjawab pada tugasnya, menghadapi Kiara yang membuat tugasnya berantakan, membuatnya kalut dan merasa tidak tenang.

Lewat tengah malam, akhirnya Livia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Namun matanya masih tak bisa terpejam. Ia berbaring miring sembari memandangi Kiara yang tertidur pulas.

Gadis itu bisa tidur dengan tenang, sementara Livia masih harus memikirkan agar nama baik Kiara Almira tidak tercoreng di La belle dan tidak mendapat sangsi karena telah mangkir dari tugas.

Livia menghela napas panjang. Dia mencoba memejamkan matanya, mengistirahatkan pikirannya, namun otaknya tidak mau berhenti bekerja. Livia merasa benar-benar lelah. Bukan hanya tubuhnya, tapi juga mentalnya. Andaikan dia bisa bersikap lebih masa bodoh seperti Kiara, mungkin dia bisa terhindar dari rasa tertekan.

Livia melirik ke arah Kiara yang tidur di sampingnya. Gadis itu bisa langsung tidur lelap tanpa mandi dulu, tidak berganti pakaian, bahkan tidak mencuci mukanya dan Livia menatapnya iri. Kiara bisa menghadapi hidupnya dengan sesantai itu. Tapi apakah jika karir Kiara hancur, gadis itu tetap akan setenang sekarang dan tidak akan depresi?

Itu yang Livia belum tahu karena sampai saat ini tidak ada tanda-tanda karir Kiara akan hancur. Penggemarnya malah terus bertambah dan keberuntungan-keberuntungan terus menghampirinya. Tawaran pekerjaan sebagai model atau aktris dalam iklan dan film berkelas dengan harga mahal masih saja datang padanya.

Mungkin satu-satunya yang belum melengkapi kebahagian Kiara adalah dia belum merasakan hubungan cinta romantis yang sempurna. Bukannya tak ada yang tertarik pada Kiara. Tentu saja banyak lelaki yang menyatakan perasaan suka pada Kiara tapi hingga kini satu pun belum ada yang diterimanya. Belum ada lelaki yang mendekatinya yang berhasil menaklukan hati Kiara. Gadis itu masih senang hanya berteman dengan beberapa lelaki teman dekatnya.

Tetapi tidak memiliki kekasih sama sekali tidak membuat hidup Kiara merana. Dia sangat bahagia dan menikmati hidupnya, segala kesibukannya dan banjir perhatian dari para penggemarnya. 

Livia menghela napas. Dia kembali memejamkan mata, berusaha berhenti memikirkan tentang Kiara. Pukul setengah tiga dini hari, barulah akhirnya ia bisa terlelap dengan mimpi sangat aneh. Dia mengejar-ngejar Kiara yang berlarian entah ke mana.

Dan mimpinya itu rasanya bagai berlangsung sangat lama. Bahkan di dalam mimpi pun dia sampai merasa kelelahan karena terus berlari ke sana ke sini. Hingga akhirnya di dalam mimpinya dia terlelap sangat nyenyak. Dia tidur cukup lama dan dia pun terlambat bangun.

Arumi E.

Halo teman-teman. lanjut lagi ya cerita ini. Kebayang pusingnya jadi Livia sebagai manajer Kiara artisnya senang kabur. Ikutin terus cerita lanjutannya ya. Apa lagi yang bakal dilakukan Kiara yang bisa bikin heboh. Salam, Arumi

| 1

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status