Share

5. Tertipu?

"Ada lagi yang lainnya yang menarik untuk didatangi di kota ini?" tanya Kiara setelah mereka selesai makan siang dan siap beranjak dari restoran ini.

Bertrand tampak berpikir.

"Kalau kamu berani, aku tantang kamu sekali lagi,” jawabnya beberapa menit kemudian.

"Aduh, kamu mau menantangku apa lagi sih?"

"Beranikah kamu kabur sedikit lebih jauh lagi?"

"Kabur ke mana lagi?" tanya Kiara dengan kedua alis terangkat.

"Menemaniku menikmati pemandangan senja di Monte Carlo,” jawab Bertrand santai.

"Monte Carlo?' tanya Kiara lagi, kali ini membuat keningnya berkerut.

“Monte Carlo tempat yang indah untuk menyaksikan matahari tenggelam. Ayolah, itu nggak jauh dari sini. Dengan kereta, kita bisa sampai dalam waktu beberapa menit. Setelah itu mungkin kita bisa makan malam sebentar, lalu kembali lagi ke Nice, dan kamu masih sempat mengejar kereta malam menuju Cannes. Aku akan memastikan kamu nggak akan terlambat," jawab Bertrand panjang lebar.

"Kalau aku terlambat?"

"Aku bersedia ikut denganmu ke Cannes untuk menjelaskan pada kolega-kolegamu alasan kamu terlambat sampai di sana."

Kiara berpikir sebentar, tetapi melihat raut wajah simpatik dan kesan misterius pemuda di hadapannya ini, membuat gadis itu mengangguk cepat begitu saja.

Kiara membiarkan lelaki jangkung itu meraih pergelangan tangan kanannya, menggenggamnya erat, lalu menariknya lembut mengikuti langkah agak tergesa pemuda itu.

Ia biarkan juga lelaki itu membawanya naik ke atas kereta menuju Monaco. Kembali mereka tenggelam dalam kebersamaan sekejap. Melanjutkan lagi obrolan mereka yang menarik.

Berkali-kali gadis itu mencuri pandang ke arah lelaki muda yang duduk di sampingnya itu. 

Ini adalah pelarian terindah yang pertama kalinya nekat ia lakukan. Bukan adegan syuting, ini kisah nyata yang ia alami sendiri. Nekat, mengikuti seorang pemuda yang baru dikenalnya beberapa jam lalu di dalam kereta selama perjalanan dari Cannes menuju Nice.

Sesampai di stasiun Monaco-Monte Carlo, lelaki itu kembali menggandeng tangan kanan Kiara. Kiara masih membiarkan Bertrand menariknya ke arah mana saja.

Berkunjung ke Monaco adalah pengalaman baru bagi Kiara. Ia sudah beberapa kali ke Paris, sekali ke Nice. Tetapi ia belum pernah berkunjung ke Monaco. Sekarang ini sepertinya saat yang tepat untuk mampir ke kota yang terkenal mewah itu. 

Bertrand membawanya ke sebuah kafe kecil bernama The Portrait yang bertengger di tepian tebing, sehingga dari terasnya yang dipagari beton baja, pengunjung kafe dapat menikmati menu yang disuguhkan sembari memandangi pesona pantai Monte Carlo yang dipenuhi kapal-kapal mewah di sepanjang dermaga.

Matahari menggelincir turun, menciptakan warna jingga keemasan yang memantul di permukaan air laut.

Kiara kembali tenggelam dalam perbincangan panjang dengan Bertrand itu. Bahkan ia setuju saat lelaki Prancis itu meminta izin untuk memotretnya.

Bertrand mengeluarkan kamera canggihnya dari dalam tas yang sepanjang perjalanan tadi ia selempangkan di bahunya.

"Ini akan menjadi kenang-kenangan. Oh, siapa tahu nanti jika kukirim ke majalah, fotomu ini akan dimuat," ucap Bertrand seraya tersenyum senang.

Kiara terbelalak.

"Jangan!" cegahnya merasa keberatan dengan rencana Bertrand itu.

"Kenapa? Lihat, fotomu menarik dan artistik. Kamu terlihat cantik berdiri di pinggir pagar dengan latar belakang Pantai Monte Carlo yang bersiram warna jingga keemasan."

"Aku nggak suka fotoku dipamerkan di media. Berjanjilah Bertrand, simpan fotoku itu untuk dirimu sendiri. Jangan dikomersilkan ya? Awas, aku akan menuntutmu kalau aku tahu kamu mengirim fotoku itu ke majalah atau media apa pun," larang Kiara lagi, kali ini dengan ekspresi wajah serius.

“Okay, baiklah. Kamu jangan panik begitu. Aku nggak akan mengirim foto ini ke media cetak tanpa seizinmu. Aku fotografer profesional."

Kiara menghela napas setengah lega, walau matanya masih mengernyit menatap curiga Bertrand.

"Kamu bisa jadi model kalau kamu mau. Kamu cukup photogenic.”

“Ah, tidak. Menjadi orang terkenal itu nggak enak. Ke mana pun kamu pergi, akan ada saja yang mengenalimu," sanggah Kiara sambil tersenyum.

Andaikan Bertrand tahu apa pekerjaannya yang sebenarnya. Bahwa dia memang model sekaligus aktris. Fotonya sudah sering menjadi cover majalah di Indonesia

Bertrand sepertinya ingin menyahut lagi, tetapi tiba-tiba ponselnya berbunyi.

"Tunggu sebentar," ucapnya pada Kiara.

Kemudian ia sibuk menerima telepon itu. Awalnya ia berbicara dengan suara perlahan, sampai kemudian ekspresi wajahnya berubah menegang. Suaranya menjadi agak keras.

Bertrand menoleh ke arah Kiara yang masih memandanginya sembari menyeruput frappuccino pesanannya.

“Maaf, Kiara, aku harus menerima telepon ini di luar. Aku keluar dulu, ya. Tunggu sebentar.

Betrand mengucapkan kalimat itu  sambil memandangi wajah Kiara sekejap, lalu dengan cepat ia berbalik dan bergegas pergi keluar café. Bahkan lelaki itu tak sempat melihat Kiara mengangguk.

Kiara hanya bisa tertegun memandangi kepergian Bertrand dengan langkah tergesa. Ia melanjutkan lagi menyeruput frappucino-nya yang tinggal separuh, lalu ia memalingkan wajahnya memandangi sekali lagi hamparan di bawahnya, Pantai Monte Carlo yang dipenuhi jajaran kapal-kapal mewah. Beberapa di antara kapal mewah itu tampak berkerlip diterangi lampu karena langit mulai gelap.

Pemandangan Kota Monte Carlo semakin menakjubkan. Gedung-gedung yang berserakan di sepanjang kota ini mulai diterangi lampu menciptakan beragam warna, jingga, putih, hingga kuning terang.

Udara terasa semakin dingin seiring semakin gelapnya warna langit.

Kiara merapatkan cardigannya. Sesekali ia menoleh ke bagian dalam kafe, menunggu sosok Bertrand terlihat berjalan ke arahnya.

Namun setelah sekian lama, matanya belum juga menangkap tanda-tanda kehadiran Bertrand kembali ke meja ini.

Kiara memandangi gelas di hadapannya yang telah kosong. Rasanya ia sudah menunggu terlalu lama. Kiara melirik jam tangan di pergelangan tangan kirinya. Tiga puluh menit sudah berlalu sejak Bertrand meninggalkannya sendiri di sini.

"Ke mana sih, cowok Prancis itu? Menelepon saja kok lama banget," gumam Kiara mulai terlihat tak sabar. 

Sampai kemudian Kiara mulai merasa curiga. Tubuhnya menegak. Sekali lagi ia menoleh ke arah bagian dalam kafe ini. 

"Aneh sekali. Jangan-jangan cowok itu nggak bakal balik ke sini lagi?"

Kiara tersentak dengan perkiraannya sendiri itu. Dia bergegas bangun. Menuju resepsionis. Dia hendak membayar makanan dan minuman yang telah dihabiskannya.

"Oh, maaf, Mademoiselle. Makanan ini sudah dibayar," kata gadis muda yang bertugas di bagian kasir itu.

"Sudah dibayar? Sama siapa ya?" tanya Kiara heran.

"Sudah dibayar oleh Monsieur yang tadi datang bersama Mademoiselle."

Alis Kiara terangkat.

"Monsieur Bertrand LaForce?" tanya Kiara ingin lebih yakin.

Gadis petugas kasir itu mengecek pembayaran pesanan Kiara melalui kartu kredit.

"Ya, benar. Dibayar oleh Monsieur Bertrand LaForce."

"Terima kasih," sahut Kiara. Lalu dia berjalan keluar restoran.

"Apa sih maksud Bertrand? Pergi begitu aja nggak pamit tapi membayarkan semua makanan dan minuman. Apa dia sengaja ngerjain aku? Atau dia mau nipu? Tapi nipu apa?"

Segala pertanyaan itu terus berkecamuk dalam kepala Kiara sepanjang perjalanan kembali ke hotelnya.

Arumi E.

Hm, penasaran nggak, apa motif Bertrand sebenarnya? Apa rencana dia? Ikutin terus lanjutannya ya. Salam, Arumi

| 1

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status