“Kenapa? Kamu kira aku adalah Jery?”William tersenyum menghina. Sebelum omongannya selesai, sebuah garpu sudah menancap di atas pahanya dalam waktu seketika. William langsung menjerit kesakitan. “Tuan Muda William!”Raut wajah semua orang yang berada di belakangnya berubah drastis. David dengan acuh berkata, “Omong kosongmu benar-benar terlalu bayak. Enyahlah selagi suasana hatiku belum terpengaruh oleh kalian!”William sangat marah dan berkata, “Segerombolan makhluk tidak berguna! Kenapa masih diam saja? Maju dan bunuh dia untukku! Jika ada masalah, aku yang tanggung!” Dalam sekejap, 7-8 pria kekar segera maju bersama dan memukul ke arah David.Tatapan David mendingin dan dia menepuk meja di depannya dengan pelan. Semua peralatan makan di atas meja langsung melayang. Seiring dengan dilambaikannya tangan David. Semua peralatan makan ini menusuk beberapa pria kekar itu dengan tepat. Untuk sesaat, semua orang tumbang ke atas lantai dan menjerit kesakitan. Wajah mereka penuh deng
Dalam sekejap, Ishan menerkam kemari dengan semangat membunuh bagaikan seekor harimau buas.Kelima jarinya menyerang ke arah tenggorokan David dengan cepat, seolah-olah bisa menghancurkannya dalam sekejap. “Hanya dengan mengandalkanmu?”Dengan wajah tanpa eksresi, David membiarkannya mencekik lehernya sesuka hati. Dalam hati Ishan sangat gembira dan dia ingin mencekiknya hingga remuk. Tiba-tiba, dia merasakan sebiah tenaga yang luar biasa besar menjalar dari bagian lengan tangannya. Di bawah tenaga yang luar biasa besar ini, dia hanya merasa telapak tangannya langsung kram. Setelah itu, dia mengerang dan melepaskan tangannya dengan tak tertahankan. Seluruh tubuhnya tiba-tiba terjatuh mundur ke belakang beberapa langkah. “Siapa dirimu sebenarnya?” Tatapan mata Ishan saat melihat ke arah David lagi bahkan berubah menjadi sedikit berbeda. Perlu diketahui bahwa dia memiliki keterampilan tahap akhir mencerna tenaga dalam. Manusia biasa sama sekali tidak bisa melawannya, apalagi memukul
Namun, setelah mengingat kemampuan David, dalam hatinya sedikit tenang dan dia duduk kembali. Hanya Christian yang terus mengeluh di dalam hati. Masalah apa ini!Belasan menit kemudian, sebuah suara yang dingin terdengar dari lantai bawah. “Siapa yang berani menindas adikku?”Sesaat kemudian, seorang gadis yang memakai pakaian latihan silat berwarna hitam terlihat masuk menerobos bersama beberapa orang. “Kak, anak ini orangnya!” William mengangkat tangan dan menunjuk David yang sedang makan sambil membelakangi semua orang. Melihat keadaan itu, Melinda ingin bangkit berdiri dan memberi penjelasan kepada gadis itu. David menahannya dan berkata, “Lanjutkan makannya.”Monica melihat bayangan punggung David dan tiba-tiba dia marah besar. “Nyalimu sungguh besar hingga berani menyentuh anggota Keluarga Sinaga!”Pada saat ini, David menoleh dan melihat ke arahnya dengan tatapan matanya yang sangat dingin.Hanya satu tatapan ini saja!Tubuh Monica langsung bergetar. Wajahnya yang tampak ma
Menghadapi tatapan mata Yudas yang bertanya, Ishan hanya tersenyum. Hanya saja, di matanya justru terdapat kedinginan yang melintas. Melihatnya tidak berbicara, Yudas juga tidak bertanya lagi, melainkan mengerutkan alis sambil berkata, “Selamatkan adik laki-lakimu dulu saja. Sekarang dia sedang dikurung di Pencak Silat Persaudaraan Setia dan kita tidak tahu dengan hidup matinya.”“Aku akan segera ke sana.” Ishan mengangguk. Setengah jam kemudian, Ishan tiba di markas Pencak Silat Persaudaraan Setia.Dia mengeluarkan kartu identitas anggota Pencak Silat Nusantara dan berkata kepada anggota Pencak Silat Persaudaraan Setia yang berjaga di pintu masuk markas. “Saya Ishan Jiman dari Pencak Silat Nusantara ada urusan dan memohon untuk bertemu dengan pengurus kalian.” Anggota Pencak Silat Persaudaraan Setia itu menerima kartu identitas itu dan menelepon untuk memberi laporan setelah melihatnya. Tak lama kemudian, Frandy berjalan keluar dengan langkah besar dan dengan ramah berkata, “Nama
Dia membawa Yudas keluar dengan wajah misterius. ……David dan Melinda sudah keluar dari The Cupola.Setelah menerima sebuah panggilan telepon, Melinda berbicara kepada David dengan wajah yang sedikit sedih. “Nenek menyuruh kita pergi ke sana sebentar sekarang. Entah masalah apa yang telah terjadi.” “Tidak apa-apa. Bahkan jika langit runtuh juga tetap ada aku.” David menghiburnya sejenak dan bergegas ke rumah Keluarga Windian bersamanya. Keduanya baru masuk dan mereka menemukan seluruh petinggi Keluarga Windian sudah berkumpul. Raut wajah semua orang sangat tidak enak dilihat dan lebih tepatnya bergetar!“Nenek, Anda memanggilku kemari apa karena ada urusan?” kata Melinda dengan wajah penuh kebingungan. “B*rengsek! Segera berlutut kepadaku!” bentak Nyonya besar Keluarga Windian.Wajah Melinda langsung berubah. Dia mengerutkan alis sambil berkata, “Nenek, apa salahku sampai Nenek menyuruhku berlutut?”“Melinda, sudah di saat seperti ini dan kamu masih berpura-pura bodoh dengan kami
Selesai berbicara, David langsung meninggalkan rumah Keluarga Windian dengan membawa Melinda.Melihat menghilangnya kedua orang itu, Shelly tersenyum menghina dan berkata, “Apakah kalian sudah mendengar omongan terakhir anak itu?”“Menyuruh kita untuk tidak menyesal dan mengatakan kita akan memohon Melinda untuk kembali ke Keluarga Windian? Benar-benar tidak malu untuk membual.”“Apa yang dikatakan Shelly benar. Dia kira siapa dia? Kepala Instruktur Pencak Silat Persaudaraan Setia?”“Jika harus menyesal, merekalah yang harus menyesal. Tanpa Keluarga Windian mereka bukan apa-apa. Cepat atau lambat akan mati di jalanan!”“Lihat saja, merea berani menyinggung orang Pencak Silat Nusantara. Demi menenangkan masalah, Pencak Silat Persaudaraan Setia pasti akan mengeluarkan Melinda!”“……”Sekian banyak anggota Keluarga Windian mulai mengejek dengan perkataan masing-masing. Dalam omongan mereka penuh dengan hinaan. Nyonya besar Keluarga Windian juga tersenyum dingin dan berkata kepada Shelly.
Setelah memutuskan sambungan telepon, David melihat ke kamar dan bergumam. “Kakak Ke-enam, karena kamu menginginkan dunia, maka aku yang menjadi adikmu ini akan mengabulkannya!”……Di dalam rumah Keluarga Windian.Shelly masuk dengan membawa kunci vila dan dengan puas berkata, “Nenek, si jalang kecil itu sudah pindah keluar.”“Apakah dia tidak mengatakan apapun, misalnya omongan penyesalan?” tanya nyonya besar Keluarga Windian secara reflek.Dia menyuruh Shelly melakukan hal ini karena ingin membuat Melinda menyesal. Yang paling baik adalah jika dia kembali memohon kepadanya untuk memberinya kesempatan sambil menangis. Shelly menggeleng dan berkata, “Dia tidak mengatakan apapun dan bahkan tidak meneteskan setetes air mata pun. Dia bertindak dengan langsung.” Alis nyonya besar Keluarga Windian mengkerut dan dengan tidak puas, dia berkata, “Kelihatannya dia sudah bertekad untuk pergi bersama anak itu. Karena seperti itu, maka aku ingin melihat mereka bisa bertahan hingga seperti apa.”
Tidak hanya Keluarga Windian yang sudah menerima undangan. Bahkan keluarga konglomrat di Ciracap yang lain juga sudah menerimanya. Keluarga Jiman juga tidak terkecuali.Malam telah tiba. Ishan membawa Yudas datang ke sebuah klub swasta. Tanpa menunggu Yudas bertanya, Ishan langsung berkata kepada pria kekar berjas di depan pintu. “Aku ingin bertemu dengan Tuan Miyaki.”Setelah pria kekar berjas menelepon ke sebuah nomor di dalam ruangan, dia kemudian berkata kepada Ishan, “Tuan Ishan, Tuan Miyaki sedang menunggu Anda di dalam.” Ishan langsung ingin masuk dengan membawa Yudas. Tapi dia justru dihadang oleh pria kekar berjas. “Tuan Ishan, maaf. Teman Anda tidak boleh masuk.” “Kurang ajar. Ini adalah ayahku, kepala keluarga konglomerat Jiman di Ciracap. Kali ini aku datang dengan membawanya untuk mendiskusikan hal besar bersama Tuan Miyaki.” Bentak Ishan.Wajah pria kekar langsung berubah, kemudian memberi jalan. Keduanya baru saja berjalan masuk dan pintu sudah ditutup oleh seseora