Share

Tukang Paket Dan Putri Bos Mafia
Tukang Paket Dan Putri Bos Mafia
Penulis: Kopika

Sein Kanan Belok Kiri

Jono melangkah sambil menenteng sebuah paket menuju ke sebuah rumah mewah, ia memarkirkan motor bututnya di pinggir jalanan. Mengecek smartphone dan mengangguk setelah berhasil menyamakan alamat dan nomor rumah yang tertera di layar dengan yang ada di tembok di pinggir gerbang rumah mewah tersebut.

“Pakeeet…!” teriak Jono dengan sangat lantang di gerbang rumah tersebut.

Tidak ada jawaban, tentu saja sebab jarak dari gerbang menuju ke rumah tersebut masih berjarak sekitar dua puluh meteran. Sekencang apa pun Jono berteriak, suaranya pasti sudah lenyap ditelan angin saat masih setengah jalan.

“Buset dah! Nih rumah halamannya dah kayak lapangan bola aja!” keluh Jono setelah ia menyadari kalau bakalan percuma berteriak sekencang apapun.

Jono mengecek smartphonenya, tidak ada instruksi untuk menaruh paket itu di halaman atau menitipkannya ke rumah tetangga sebelah atau Pak RT. Paket ini harus diterima langsung sama orang yang memesannya.

“Apa gue lempar aja ya nih paket?” gumam Jono sambil mengamati paket yang sedang ia pegang tersebut. Jono menduga-duga apa kira-kira isi paket tersebut, sepertinya bukan barang pecah belah.

Cukup lama Jono berdiri dan memanggil-manggil, ia juga sudah memencet bel yang ada di gerbang rumah itu berkali-kali. Tapi tidak terlihat ada orang yang datang menjawab suara bel tersebut. Dua puluh menit sudah ia berada di depan rumah besar dan mewah tersebut.

“Gak ada orang kayaknya, mending gue muter buat ngirim paket yang lainnya saja. Nanti sore baru balik lagi kesini.” Gumam Jono sambil menatap tas besar yang ada di kiri kanan motornya yang berisi paket lain untuk diantarkan.

Baru saja Jono hendak mengambil motor yang ia parkirkan, dari dalam rumah besar itu terdengar pintu dibuka. Jono menoleh dan melihat seorang gadis berambut panjang sedang menuju ke arahnya, tapi aneh ia terlihat sangat buru-buru dan bahkan berlari dengan cepat.

Gadis itu sampai ke depan gerbang tempat Jono sedang berdiri di luarnya. Mengguncang gerbang besi itu yang memang terkunci.

“Mas gak bisa dibuka ini?” tanya sang gadis dengan nafas yang naik turun.

“Mbak Renata? Gak usah dibuka, saya kasihkan saja ini melalui celah pagar.” Ujar Jono sambil berusaha menyelipkan paket yang ia genggam.

Tapi anehnya gadis itu malah naik ke atas pagar dan kemudian ia turun meluncur melalui jeruji besi gerbang dan meloncat keluar.

“Ayo Mas! Kita harus cepat pergi dari sini!” ujar gadis berambut panjang yang kini setelah mereka berhadapan ternyata sangat cantik itu.

“Pergi kemana Mbak? Saya hanya mengantarkan paket ini?” Jono menyodorkan paket yang ia pegang.

“Kalau Mas masih sayang sama nyawa Mas, sebaiknya kita segera pergi dari sini!” ujar Gadis itu.

Dari dalam rumah mewah itu muncul tiga orang pria memakai jas serba hitam.

“Itu dia! Kejar!” ujar salah seorang diantara mereka.

Jono masih terpaku kebingungan.

“Ayo bodoh!” teriak Renata.

‘Dor!’ seorang diantara tiga orang pria itu melepaskan sebuah tembakan dari pistol yang ia raih dari saku dalam jasnya.

Meleset, peluru yang dilepaskan oleh pria itu hanya mengenai tembok gerbang.

Jono pias, ia tidak tahu apa yang sedang terjadi tapi kalau ia diam saja di tempatnya berdiri sekarang, maka ia pasti akan mati terkena peluru nyasar.

“Ayo Bodoh! Cepat kita pergi dari sini!” gadis itu kembali memerintah.

Jono mengangguk dan segera naik ke atas motornya, gadis itu ikut naik dan duduk di belakang di antara tas besar yang berisi paket antaran Jono di kiri kanannya. Jono dengan sigap menyalakan dan menjalankan motornya, menjauh dari rumah besar itu.

“Sialan! Ambil mobil!” suruh salah seorang pria berjas hitam kepada yang lainnya.

Tak lama ketiga pria berjas hitam itu sudah berada di dalam mobil dan kemudian mereka mengejar Jono dan gadis berambut panjang itu setelah menabrak gerbang besi. Mereka sangat buru-buru sampai tidak ingat membuka kunci dan gerbang rumah.

“Mbak sebenarnya apa yang sudah terjadi? Siapa ketiga orang tadi?” tanya Jono kepada gadis berambut panjang itu.

“Mereka penjahat Bodoh. Mereka hendak menculik dan membunuh saya, tadi kamu lihat kan kalau mereka menembaki kita?” jelas gadis itu.

Jono mengangguk, ia baru kali ini ditembak oleh orang tidak dikenal, ya bukan berarti ia pernah ditembak oleh orang yang ia kenal juga.

“Percepat jalannya, Bodoh! Mereka mengikuti di belakang kita!” Ujar gadis itu yang menengok ke belakang dan melihat mobil berisi tiga pria berjas hitam itu.

Jono melirik spion motornya, benar apa yang dikatakan oleh gadis tersebut. Ia segera menggeber motornya dan menarik tuas gas sedalam mungkin.

Tapi, karena motor Jono memang sudah cukup udzur dan hanya memiliki kapasitas mesin 110 cc, tentu saja tidak bisa mengimbangi kecepatan mobil yang mengejar mereka di belakang. Hanya beberapa menit maka Jono dan gadis cantik yang diboncengnya akan segera tersusul.

“Bodoh! percepat lagi motornya!” saran gadis itu.

“Aduh ini sudah gas pol loh Mbak!” sahut Jono.

“Belok kiri di depan sana, Bodoh!” suruh gadis itu memberikan petunjuk.

“Mbak bisa gak, enggak bilang Bodoh terus kepada saya?” tanya Jono.

“Bisa tapi nanti kalau sudah aman dan kita bisa kenalan. Sekarang belok, Bodoh!” gadis itu masih tetap memanggil Jono dengan sebutan Bodoh.

“Siap!” ujar Jono dan di beberapa meter di depan ia belok ke sebelah kiri.

Tapi mobil yang membawa ketiga pria berjas itu masih membuntuti dan kini salah seorang dari mereka mengeluarkan kembali pistolnya, membidik dan bersiap melepaskan tembakan kembali.

“Astaga!” ucap Jono.

“Kenapa Bodoh?” tanya gadis itu.

“Barusan saya ngasih sein kanan eh kita malah belok kiri!” ujar Jono.

“Aduh dasar kamu ya memang benar-benar Bodoh! urusan kecil begitu aja kirain kenapa.” Timpal sang gadis.

“Saya takut kita kena tilang sama pak polisi Mbak, begini-begini saya ini pengguna jalan yang taat aturan.” Ucap Jono membela dirinya.

‘Dor!’ dengan tak terduga sebuah peluru menyalak dari pistol salah seorang pria berjas hitam.

Jono kembali merasakan ketakutan, hanya sekian milimeter peluru itu melewati pipinya dan menghantam ke sebuah tiang listrik.

“Masuk ke dalam gang!” agak panik sang gadis yang dibonceng oleh Jono berteriak.

Jono segera berbelok ke sebuah gang dan kali ini ia tidak peduli apakah sein motornya menyala atau tidak. Nyawa mereka berdua jauh lebih penting daripada mempermasalahkan urusan lampu sein.

Mobil yang dikendarai oleh ketiga pria berjas itu tiba dan parkir di mulut gang tempat Jono berbelok masuk. Ketiga pria berjas itu turun dari mobil dan manatap Jono serta sang gadis cantik berambut panjang yang menjadi incaran mereka.

Salah seorang diantara mereka mengeluarkan pistolnya kembali dan membidik, ia masih bisa menembak jatuh target mereka.

“Jangan! Terlalu ramai disini!” cegah salah satu orang berjas lainnya sambil menutupi senjata temannya itu dengan tubuhnya sendiri.

Pria berpistol itu mengamati situasi, gang ini cukup banyak orang yang hilir mudik. Meski ia berhasil menembak targetnya tapi mereka pasti akan diringkus oleh masyarakat.

“Sial! Lantas bagaimana? Apa kita biarkan mereka lolos begitu saja?” tanya pria berpistol itu.

Rekannya menggeleng “Kita akan mengejar mereka. Kita berputar dan hadang mereka di ujung lain gang ini. Ayo!”

Maka ketiganya kembali menuju ke mobil mereka dan memutar menuju ke mulut gang yang berada di ujung yang lainnya.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status