Home / Urban / Tukang Pijat Tampan / Uji Coba Kemampuan Larasati

Share

Uji Coba Kemampuan Larasati

Author: Black Jack
last update Huling Na-update: 2025-06-29 11:44:19

Pagi pun tiba dengan cahaya matahari yang menyusup melalui celah-celah jendela kamar Adit. Tangannya meraba-raba kasur mencari ponsel sambil mata masih enggan terbuka sepenuhnya.

Setelah menemukannya di bawah bantal, Adit memicingkan mata menatap layar yang menyilaukan. Jam menunjukkan pukul 7 pagi. Matanya yang masih buram perlahan fokus pada notifikasi yang bertebaran di layar. Dua pesan masuk dan satu panggilan tak terjawab. Semua dari Larasati.

"Aduh," gumamnya sambil menepuk dahi. Sejak semalam ponselnya memang ia atur dalam mode silent karena tidak ingin diganggu setelah seharian yang melelahkan.

Dengan mata yang masih separo terbuka, ia membuka pesan pertama yang masuk jam 6 pagi: "Adit, udah bangun belum? Aku mau berangkat nih."

Pesan kedua jam setengah 7: "Aku udah di perjalanan ya. Sampai sana kira-kira jam 7 lebih dikit."

Seketika mata Adit terbuka lebar. Rasa kantuk langsung sirna digantikan kepanikan. "Gila, dia udah di jalan!"

Adit melompat dari kasur dan berlari ke kama
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Cipto Dety
lanjutannya mana min?
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Tukang Pijat Tampan   Selalu Ada Tegangan Di Tempat Kerja

    "Itu mereka, Bang Rudi! Nggak tahu dari mana. Datang-datang sudah langsung main minta jatah aja!" kata Adit, suaranya lugas dan tanpa basa-basi, masih dengan napas teratur. Di belakangnya, lampu-lampu kafe mulai menyala, menciptakan kontras antara cahaya gemerlap di dalam dan suasana tegang di luar.Rudi mengangguk, sorot matanya tajam. "Biar kami urus."Dengan langkah cepat, Rudi, Kobra, dan beberapa anak buah mereka bergegas mendekati gerombolan preman yang terkapar di aspal. Aroma karet terbakar dari gesekan sepatu dan bau darah samar-samar tercium di udara. Didik dan Seto masih berdiri kaku di tempat mereka, menatap kosong ke arah tubuh-tubuh yang tak berdaya. Adit menghampiri mereka, menepuk pundak Didik. "Sudah, biar mereka yang urus. Kalian bantu bersihkan sisa-sisa botol dan sampah di sini."Didik dan Seto mengangguk, gerakan mereka lambat seolah masih dalam keadaan syok. Tegar berdiri mematung di sisi parkiran, ekspresinya adalah campuran antara rasa takut dan penyesalan yang

  • Tukang Pijat Tampan   Membereskan Semuanya Dengan Mudah

    Para preman itu menerjang Adit dengan ganasnya menggunakan segenap kemarahan atas sikap Adit yang tak mau tunduk. Dua puluh orang, berbadan kekar dan beringas, menghunuskan tinju, tendangan, bahkan beberapa di antaranya mengeluarkan pisau lipat dan juga potongan kayu yang mereka bawa dari tadi. Suasana mendadak dipenuhi suara gaduh, raungan, dan benturan sepatu di aspal.Adit tidak panik. Matanya bergerak cepat, memindai setiap pergerakan. Instingnya, yang terasah dari pengalamannya serta kekuatan gaib yang ia miliki mengambil alih kediriannya.Ketika tiga orang melancarkan pukulan bersamaan, Adit bergerak merunduk, menghindari tinju pertama yang mengarah ke kepalanya. Dalam gerakan lanjutan yang mulus, ia memutar tubuhnya, siku kirinya menghantam sisi rahang salah satu penyerang. Suara benturan tumpul terdengar merdu, dan orang itu langsung limbung, matanya berkedip bingung menatap ribuan kunang-kunang yang tiba-tiba muncul begitu saja.Tanpa jeda, Adit melancarkan tendangan rendah k

  • Tukang Pijat Tampan   Para Preman Minta Jatah

    Siapa yang datang mencari Adit itu sebetulnya adalah sebuah bagian dari rencana Jarwo. Sejak awal, ia sudah menghubungi teman-temannya dari masa lalu. Jumlahnya dua puluhan orang lebih yang kini sudah berjejer di depan kafe, sebagian besar berbadan tegap, tato memenuhi lengan, dan sorot mata mengancam.Sebagian dari anak buah Adit, yang kenal dekat dengan Jarwo, tahu soal rencana busuk itu. Namun memang tidak semua setuju dengan hal itu, kecuali Tegar, yang terlihat menyeringai tipis di belakang Jarwo.Hanya saja, mereka yang mengetahui rencana Jarwo itu memilih diam saja. Mereka tahu, Jarwo yang menjadi kepala keamanan sebelum Adit, dulu pun adalah preman yang sudah punya reputasi sangar di jalanan, bahkan sudah pernah dipenjara sampai dua kali. Aura dan masa lalunya cukup untuk membungkam siapa pun yang ingin protes.Adit melihat orang-orang itu begitu ia sampai di depan. Gerombolan preman dengan pakaian serba hitam dan wajah sangar itu memenuhi area parkir kafe. Tanpa ragu, Adit la

  • Tukang Pijat Tampan   'Tamu' Mencari Adit

    Pukul dua lewat dan hampir setengah tiga sore, hawa sejuk dari pendingin ruangan masih menusuk kulit. Renata dan Adit sudah siap untuk berangkat setelah selesai mandi dan berpakaian.Celina masih terlelap pulas, napasnya teratur, bibirnya sedikit terbuka, menunjukkan betapa lelap tidurnya. Dia tetap harus dibangunkan, meskipun tak perlu kembali ke tempat kerja."Bangun Cel, kami mau balik!" Renata mengguncang pelan bahu Celina, nada suaranya sedikit malas namun ada gurat geli."Eh... hoh... jam berapa ini?" Celina menggeliat, kelopak matanya berkedut sebelum terbuka perlahan. Matanya mengerjap-ngerjap, berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya remang ruangan."Kamu tidur aja. Kami naik taksi!" Renata bersiap meraih tasnya."Aduh... masak naik taksi..." Celina mencoba bangkit, mengusap wajahnya yang masih terasa lengket dan lelah. Setiap otot di tubuhnya serasa ditarik ulur, lemas tak bertenaga. "Duh maaf ya... pegel banget kakiku. Lemes... kok bisa capek kayak gini ya... kamu nggak cap

  • Tukang Pijat Tampan   Harapan Renata

    Betapa cepat Celina sampai di puncak kebahagiaannya. Tentu hal itu bukan karena sesuatu yang masuk ke dalam tubuhnya itu saja, namun juga Adit yang sengaja kembali mengaktifkan tangan ajaibnya, di mana sentuhan di bagian tubuh manapun pada diri Celina akan membuatnya semakin menggila.Kurang dari lima menit ia bergerak di atas tubuh Adit, sungai kenikmatan itu mengalir deras. Energinya terkuras habis-habisan dan ia sudah tak sanggup lagi untuk bergerak."Gila... ini enak banget, Ren..." ucap Celina yang ambruk di tubuh Adit, belum melepaskan penyatuannya. Napasnya terengah-engah, suaranya tercekat karena desahan sisa gairah."Baru sebentar... aku bisa main lama loh sama Adit..." kata Renata, nada suaranya penuh percaya diri."Gantian kamu... aku butuh rebahan... nggak kuat... ouch..." tubuh Celina bergetar sedemikian rupa saat ia melepaskan diri dari Adit. Ia pun rebah begitu saja di samping Adit, memejamkan mata, menghirup udara sebanyak-banyaknya dan tak memedulikan apapun lagi. Jej

  • Tukang Pijat Tampan   Hal Baru Yang Berbeda

    Adit semakin bersemangat untuk menyenangkan kedua wanita itu. Kedua tangannya kini tak hanya mengusap dan memijat tipis-tipis di bagian punggung, namun juga sudah turun ke bawah, menelusup melewati celah celana dalam yang sudah basah itu.Celina dan Renata terus menjerit menyuarakan kebahagiaan yang dahsyat itu. Adit merasakan jari-jarinya terjepit kehangatan yang licin itu. Ombak kebahagiaan menerobos keluar, mengucur deras bersamaan dengan geliat tubuh kedua wanita itu yang tak terkendali seperti cacing yang ditetesi air jeruk.Mungkin sudah 10 menitan Adit melancarkan aksinya yang membuat Renata dan Celina menggila. Kini ia menyudahinya. Ia tak mau kedua wanita itu malah ketiduran dan dia tak mendapatkan apa-apa.Adit merebahkan tubuhnya di antara mereka berdua yang masih tengkurap dengan nafas memburu menikmati sisa kebahagiaan yang berangsur menipis itu, mengumpulkan tenaga yang baru saja terkuras.Celina lebih awal bangkit dari posisinya. Ia duduk dengan wajah memerah dan dengan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status