Beranda / Urban / Tukang Pijat Tampan / Wanita Dari Tiongkok

Share

Wanita Dari Tiongkok

Penulis: Black Jack
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-18 22:21:06

Bel berbunyi nyaring, menandakan dimulainya pertarungan yang ditunggu-tunggu. Adit melangkah masuk ke dalam ring octagon dengan langkah mantap, meski jantungnya berdebar lumayan keras. Di seberang sana, Vikram Singh berdiri dengan postur menakutkan; seperti raksasa yang siap menghancurkan apapun yang menghalanginya.

Para penonton berteriak-teriak, sebagian besar mendukung Vikram dan mengejek Adit. Suara mereka bercampur menjadi gemuruh yang memekakkan telinga. Namun Adit berusaha mengabaikan semua itu, fokus hanya pada lawannya yang kini mulai bergerak mendekatinya.

"Kamu yakin mau lanjut, bocah?" tanya Vikram dengan aksen India yang kental, sambil menggulung-gulung bahu besarnya. "Aku tidak mau disalahkan kalau kamu pulang dalam keadaan cacat."

Adit tidak menjawab. Ia mengambil stance pertarungan, kedua tangannya terangkat dalam posisi bertahan. Dalam hatinya, ia bertekad untuk tidak menggunakan kekuatan ghaib yang selama ini ia sembunyikan. Ia ingin menang dengan kemampuan normal, d
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Tukang Pijat Tampan   Kemenangan Yang Penuh Perjuangan

    Dalam kepanikan, Adit melancarkan serangan ceroboh; sebuah haymaker yang kuat tapi tidak diperhitungkan dengan baik. Li Mei dengan mudah menghindarinya dan melancarkan ayunan tinjunya dengan telak dan tepat ke dada Adit.BRAK!Adit terpental mundur, punggungnya menabrak dinding kawat arena. Ia terbatuk-batuk, darah segar keluar dari mulutnya. Kekuatan tenaga dalam Li Mei ternyata tidak kalah dari energi ghaibnya."Kau masih punya banyak yang harus dipelajari," kata Li Mei sambil berjalan pelan mendekati Adit. "Kekuatan tanpa kontrol hanya akan membuatmu kalah."Tapi Adit belum menyerah. Dengan kekuatan ghaib yang masih mengalir dalam tubuhnya, ia menggunakan dinding sebagai tumpuan dan meluncurkan dirinya ke arah Li Mei seperti peluru. Ia melancarkan sebuah spear tackle; gerakan menubruk, yang dilakukan dengan kecepatan penuh.Li Mei tidak sempat menghindar sepenuhnya. Adit berhasil menangkap pinggangnya dan membanting wanita itu ke lantai ring. Tapi bahkan dalam posisi terbanting, Li

  • Tukang Pijat Tampan   Kewalahan

    Bel berbunyi untuk kedua kalinya malam itu, menandakan dimulainya pertarungan yang bahkan lebih menegangkan dari sebelumnya. Adit masih merasakan kelelahan dari pertarungan melawan Vikram, tapi matanya tidak lepas dari Li Mei yang berdiri di hadapannya dengan ketenangan yang menakutkan.Li Mei mengambil stance Wing Chun klasik, kedua tangannya terangkat dalam posisi siap menyerang dan bertahan secara bersamaan. Tubuhnya sedikit condong ke depan, kaki kirinya sedikit maju, dan matanya menatap tajam ke arah Adit tanpa kedip."Jangan meremehkanku karena aku perempuan," kata Li Mei pelan, suaranya terdengar seperti bisikan angin yang dingin. "Di tempatku, mereka menyebutku 'Iblis Putih' karena caraku menghabisi lawan."Adit tidak menjawab. Ia mengambil stance yang sama seperti sebelumnya, tapi kali ini ada keraguan dalam hatinya. Energi ghaib yang tadi mengalir deras dalam tubuhnya kini terasa lemah, seperti air yang hampir habis dari sumur.Tanpa aba-aba, Li Mei bergerak.Kecepatannya lu

  • Tukang Pijat Tampan   Wanita Dari Tiongkok

    Bel berbunyi nyaring, menandakan dimulainya pertarungan yang ditunggu-tunggu. Adit melangkah masuk ke dalam ring octagon dengan langkah mantap, meski jantungnya berdebar lumayan keras. Di seberang sana, Vikram Singh berdiri dengan postur menakutkan; seperti raksasa yang siap menghancurkan apapun yang menghalanginya.Para penonton berteriak-teriak, sebagian besar mendukung Vikram dan mengejek Adit. Suara mereka bercampur menjadi gemuruh yang memekakkan telinga. Namun Adit berusaha mengabaikan semua itu, fokus hanya pada lawannya yang kini mulai bergerak mendekatinya."Kamu yakin mau lanjut, bocah?" tanya Vikram dengan aksen India yang kental, sambil menggulung-gulung bahu besarnya. "Aku tidak mau disalahkan kalau kamu pulang dalam keadaan cacat."Adit tidak menjawab. Ia mengambil stance pertarungan, kedua tangannya terangkat dalam posisi bertahan. Dalam hatinya, ia bertekad untuk tidak menggunakan kekuatan ghaib yang selama ini ia sembunyikan. Ia ingin menang dengan kemampuan normal, d

  • Tukang Pijat Tampan   Kembali Ke Arena Pertarungan

    Malam berikutnya datang dengan intensitas yang sama. Seolah-olah ada magnet tak kasat mata yang menarik Adit dan Dinda ke dalam pusaran yang sama, mereka kembali terjerumus dalam kenikmatan terlarang yang seharusnya tidak pernah terjadi.Kali ini, tidak ada lagi kecanggungan seperti malam sebelumnya. Dinda datang ke kamar Adit dengan lebih percaya diri, dan Adit menyambutnya tanpa ragu-ragu yang berlebihan. Mereka sudah melewati fase pertama dari sebuah hubungan yang salah, dan kini bergerak menuju zona yang lebih berbahaya; zona di mana perasaan mungkin saja mulai terlibat.Dalam kegelapan kamar yang hanya diterangi lampu tidur yang redup, mereka tenggelam dalam kenikmatan yang lebih dalam. Setiap sentuhan, setiap bisikan, setiap detik kebersamaan mereka semakin mengikat mereka dalam jaring yang sulit dilepaskan.Namun, di tengah-tengah kepuasan fisik itu, Adit merasakan dilema yang semakin membesar dalam dadanya. Ia mulai menyadari bahwa apa yang mereka lakukan bukan hanya sekedar p

  • Tukang Pijat Tampan   Hampir Saja!

    Begitu pintu terbuka, Dinda langsung memeluk Adit tanpa kata-kata. Pelukan itu begitu erat, seolah-olah wanita itu sudah lama menahan kerinduan yang membara. Aroma parfum lembut bercampur dengan kehangatan tubuhnya membuat Adit terpaku sesaat.Awalnya, Adit hanya berdiri kaku seperti patung. Tangannya menggantung lemas di samping tubuh, tidak tahu harus diletakkan di mana. Pikiran dan hatinya berperang hebat - antara akal sehat yang menyuruhnya mundur dan hasrat yang mulai bangkit perlahan."Kak..." bisik Adit dengan suara yang hampir tidak terdengar, masih berusaha mempertahankan sisa-sisa pengendalian dirinya.Tapi pelukan Dinda semakin erat, dan kehangatan tubuh wanita itu mulai melelehkan pertahanan Adit. Tanpa sadar, tangannya perlahan terangkat dan membalas pelukan itu. Seketika, sesuatu dalam dirinya seperti terbendung jebol.Dengan gerakan yang masih ragu, Adit mendorong pintu hingga tertutup, kemudian menguncinya dengan tangan yang bergetar. Suara klik dari kunci pintu terden

  • Tukang Pijat Tampan   Bermain Dengan Yoga

    Sore hari menjelang petang, setelah percakapan yang menegangkan di area cuci, Dinda mengajak Adit untuk kembali ke dalam rumah. Yoga sudah bangun dari tidur siangnya dan terlihat segar bugar."Dit, kamu mau main sama Yoga?" tanya Dinda sambil menggendong bayinya yang sedang menggerak-gerakkan tangan mungilnya.Adit yang masih merasa canggung setelah percakapan tadi, mengangguk pelan. "Boleh, Non. Tapi aku gak tau cara main sama bayi.""Gampang kok. Yoga orangnya mudah banget." Dinda tersenyum lebar. "Dia pasti suka sama kamu. Oh iya, jangan panggil aku nona lagi dong… kayak apa aja…"“Lha terus panggil gimana?” tanya Adit.“Panggil kak aja, lebih enak didengar…”“Baik, Kak…”“Dan nggak usah terlalu kaku. Santai saja!”“Iya… hehehe…” balas Adit canggung.Mereka duduk di ruang keluarga yang nyaman. Dinda meletakkan Yoga di atas playmat berwarna-warni yang dipenuhi mainan gantung. Bayi berusia enam bulan itu langsung tertarik dengan mainan-mainan yang berdering ketika disentuh."Coba kam

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status