Share

Bab 4 Langkah Awal

Nabila sudah berdandan rapi pagi itu. Usai berpamitan pada ibunya akhirnya dia pergi ke rumah suaminya untuk melamar pekerjaan yang kemarin ia lihat.

Tekadnya sudah bulat untuk membalas semua perbuatan Fernando dan Lita padanya bagaimanapun caranya.

Sesampainya di rumah Fernando, di sana hanya ada beberapa pelamar yang sedang menunggu di ruang tamu.

Shanaz yang ada di dalam tubuh Nabila saat ini tahu jika mereka saat ini sedang diwawancarai oleh mertuanya di ruang kerja Fernando.

Keputusan biasanya diserahkan pada Shanaz dan Fernando, barulah itu pada mertuanya. Namun kali ini dia tidak tahu apakah Lita akan ikut andil atau tidak.

Ada seorang wanita yang baru saja keluar dengan wajah yang murung. Sepertinya dia ditolak, Nabila membatin.

Wanita itu terlihat sangat gemuk, mungkin mertuanya tak mau memiliki kepala pelayan yang tidak gesit dan banyak makan.

Lalu wanita kedua juga ditolak karena mungkin terlalu kurus, mungkin dipikirkan mereka wanita itu akan mudah jatuh sakit jika bekerja di sana.

Kemudian perempuan yang agak tua masuk. Belum lama ada di dalam, dia keluar lagi sambil mengumpat.

“Memangnya salah kalau umurku sudah lima puluh tahun?! Mereka sebenarnya mau aku bekerja sebagai pelayan atau istri!”

Nabila yang mendengarnya tersenyum, sebelum akhirnya tiba lah gilirannya.

Jika sejak tadi dia bisa berpikir dengan tenang dan bersikap santai. Namun saat ini jantungnya tiba-tiba berdegub kencang. Ia tidak gugup karena masalah wawancara ini. Melainkan akhirnya dia bisa melihat suaminya dan wanita yang sudah merebut posisinya setelah beberapa hari berlalu.

Tangan Nabila gemetar ketika dia hendak meraih kenop pintu. Ia menarik napasnya dalam-dalam hingga akhirnya masuk dan melihat tiga orang yang membuatnya seketika jijik.

“Masih muda ya?” Lita langsung berkomentar. “Bagus sih, daripada sudah tua. Tapi—” Lita menggantung kalimatnya.

“Tapi kenapa?” tanya Fernando pada Lita.

“Kalau cantik memang mau bekerja jadi kepala pelayan?” Lita menatap Fernando kemudian memeluk pinggang lelaki itu.

Bara api yang ada di dada Shanaz seketika berkobar melihat pemandangan itu. Mereka bahkan belum sah di mata hukum. Tapi—

“Jadi bagaimana? Kamu sudah tahu kan kalau kami membutuhkan kepala pelayan?” tanya Ibu Fernando.

“Saya tahu Nyonya,” jawab Shanaz. Ia mengepalkan kedua tangannya. Untuk menahan kekesalannya.

“Sudah dia saja. Aku tidak mau kepala pelayan yang tua, karena tidak gesit dan sembrono,” kata Lita.

Fernando sejenak berpikir. Dia melihat Nabila dari ujung kaki sampai ujung kepala sambil mengangguk.

“Kamu tidak takut aku menggoda kepala pelayan?” tanya Fernando dengan bercanda.

Lita tertawa ringan. “Aku tahu selera kamu tinggi, Sayang. Mana mungkin kamu doyan dengan pelayan,” jawab Lita dengan nada mengejek.

Shanaz mengangkat satu sudut bibirnya. Jelas tercetak senyum samar di wajahnya. Ia tidak apa-apa dihina seperti ini. Namun sayangnya dia tidak mau hinaan itu keluar dari mulut seorang wanita yang sudah merebut suaminya.

“Baiklah kalau begitu, kamu bisa bekerja mulai besok pagi. Mengenai gaji dan pekerjaan kamu. Besok akan diberitahu oleh kepala pelayan yang lama.” Fernando mengakhiri sesi wawancara itu.

Entah Nabila sedang beruntung. Ataukah alam sedang membantunya saat ini, karena yang jelas rencananya untuk masuk ke dalam rumah Fernando akhirnya bisa tercapai sekarang.

“Terima kasih Nyonya, Tuan,” kata Nabila. Ia pun keluar dari ruangan itu. Tak lama setelah dia keluar, ia mendengar suara gelak tawa dari Lita.

Mereka bertiga terlihat jika tidak bersedih setelah Shanaz menghilang karena mengalami kecelakaan. Tapi kenapa? Apakah sejak dulu dia memang tidak diinginkan seperti ini?

Ia masih ingat waktu itu, jika Fernando sangat mencintainya. Bahkan lelaki itu terlihat jika dia tidak akan mengkhianatinya dengan cara seperti ini. Namun kenapa semua harus berakhir dia bersama dengan wanita lain?

Bayangan demi bayangan ketika Fernando selalu bersikap manja padanya. Kemudian selalu melindungi dan menjaganya. Shanaz jelas saja tidak akan menyadari jika lelaki itu akan bermain di belakangnya.

“Bukankah suami yang terlihat selalu manis itu lebih menyeramkan?” Dina teman Shanaz saat itu pernah berkata seperti itu padanya. Namun Shanaz tidak memercayainya.

“Fernando memang selalu manis, Din. Kamu jangan membuatku tidak percaya dengan suamiku sendiri,” jawab Shanaz dengan santai. Percaya saja dengan apa yang dilakukan oleh suaminya.

Hingga perkataan temannya itu terbukti belum lama ini. Jika ternyata ucapan Dina benar-benar terjadi.

“Tubuh Shanaz belum ditemukan?”

Shanaz menoleh ke arah suara. Lorenzo baru saja turun dari mobil dan berbicara dengan seseorang di telepon.

“Jangan berkata mayat jika tubuhnya belum ditemukan. Karena mungkin saja dia masih hidup dan kita tidak tahu!”

Shanaz tertegun. Lain dengan Fernando, dia melihat Lorenzo begitu mencemaskannya. Bahkan dia menghubungi orang lain untuk mencari keberadaannya.

Lorenzo melewatinya begitu saja. Lorenzo tidak tahu jika Shanaz yang dia cari ada di sana.

“Tidak! Teruskan pencarian, polisi sudah menghentikannya dua hari yang lalu. Tapi aku ingin kalian mencarinya sampai ketemu!” perintah Lorenzo.

Tubuh Shanaz seketika luruh. Sampai tanpa sadar tas yang tersampir di pundaknya terjatuh. Isi di dalam tasnya berhambur mengeluarkan suara membuat Lorenzo menoleh dan buru-buru membantunya.

“Maaf,” kata Nabila. Dia memunguti barang-barangnya dengan gugup.

Lorenzo membantunya mengambil barang-barangnya. Lelaki itu menatap sekilas wajah Nabila. Membuat wanita itu menundukkan wajahnya karena takut ketahuan oleh Lorenzo.

“Kamu baru saja wawancara di rumah ini?” tanya Lorenzo.

“Iya,” jawab Nabila.

Perempuan itu segera pergi, ia menundukkan kepalanya sedikit sebelum pergi meninggalkan Lorenzo.

“Tunggu!”

Shanaz mendadak gugup. Dia berhenti kemudian mendengar suara langkah mendekat.

“Lipstikmu ketinggalan,” kata Lorenzo sambil mengulurkan lipstick milik Nabila.

“Terima kasih banyak.”

Lorenzo mengangguk, Nabila pun segera pergi dari sana.

Ia tidak menyangka jika kakak iparnya itu akan mencarinya. Tapi, sepertinya akan sangat sulit untuk tubuh Shanaz ditemukan.

Jelas-jelas tubuhnya terjatuh di bawah jembatan itu. Tapi, kenapa sampai sekarang tubuhnya tidak mengambang? Atau—Nabila yang ada di dalam tubuh Shanaz itu masih hidup hingga ia berada di suatu tempat saat ini?

Entahlah, Shanaz tidak tahu. Dia juga tak ingin berpikir. Karena yang terpenting sekarang adalah dia harus buru-buru membuat Lita dan Fernando menderita. Sebelum, dia kembali ke tubuhnya dan mati—mungkin?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status