Aku melangkah maju tak gentar masuk ke dalam hotel yang disinyalir tempat Mas Alfa dan si cewek itu bersama-sama. Setelah misi penguntitan yang amatir tadi, akhirnya aku memutuskan untuk memergoki mereka dengan mata kepalaku sendiri.Menilai kesetiaan Mas Alfa, aku tidak mau banyak prasangka. Lebih baik langsung pastikan saat ini juga.Aku ingin membuktikan omongan Yoga dengan tanganku sendiri."Dasar Mas Alfa! Ngapain dia masuk ke hotel berdua saja?! Ini gak bisa dibiarkan!" umpatku mencak-mencak.Brak!Usai merepet janda disertai rasa panas yang membakar jiwa, aku menggebrak meja resepsionis hotel. Kali ini, kagak ada yang namanya sembunyi dan curiga lagi. Aku ingin tahu ada urusan apa Mas Alfa kemari?"Mbak! Saya mau tahu di mana kamar suami saya? Cepat!" tanyaku lantang dengan napas memburu dan dada yang terbakar cemburu.Mbak resepsionis dengan jambul khatulistiwa itu terperanjat kaget. "Eh, eh, maaf Bu. Sebentar! Ada perlu apa? Dan siapa nama suami Ibu? Saya gak tahu.""Ya Sal
"Fa, nanti mampir ya, Ibu mau ngasih sesuatu buat Aksa, pokoknya Ibu beliin mainan sama yang lain. Awas kalau gak mampir! Ibu ngambek.""Iya Bu, insya Allah nanti Alfa mampir. Makasih sebelumnya Bu."Aku menutup telepon dari Ibu seraya menyunggingkan senyum di bibir.Baru kusadari, semenjak Zela hamil dan melahirkan, sikap Ibu banyak berubah. Kini Ibu bersikap layaknya Nenek yang super perhatian sampai fokusnya hanya pada Aksa saja. Namun, aku bersyukur karena dengan begitu Ibu sudah tidak kesepian lagi dan menerima kami seutuhnya.Harus kuakui menjadi putra satu-satunya dari seorang ibu yang pernah mengalami dikhianati dan terluka akibat perselingkuhan itu tak mudah. Terlalu banyak pertimbangan dan banyak hal yang menjadi perhatian. Di satu sisi, aku harus berbakti karena akulah yang menjaga Ibu tapi di satu sisi aku juga memiliki keluarga yang harus aku jaga, siapa lagi kalau bukan Zela dan Aksa.Ya, Zela dan Aksa.Dua nama yang selalu ada dalam ingatanku setiap saat bahkan ketika
Tak terasa kini umur Aksara sudah menginjak bulan ke enam. Anakku yang ganteng dan menggemaskan itu sudah bisa diajak ke mana-mana dan tumbuh kembangnya pun baik. Mungkin sebentar lagi, Aksara sudah bisa main piano atau jadi Superman-lah kira-kira.Hahahaha! Canda.Pokoknya sebagai ibu rumah tangga yang baik, aku merasa bahagia telah melahirkan Aksara. Terutama setelah kelahirannya banyak hal baik yang terjadi. Salah satunya adalah, akhirnya ayah Rengga dan Bu Dahlia bisa tinggal bareng setelah rujuk kembali tentunya. Honestly, di antara kebahagiaan yang terjadi di dunia ini kupikir kebersamaan orang tuaku-lah yang paling membuatku nangis bombay. Aku tahu tak mudah bagi hati ini menerima tapi seperti kata Mas Yuga memendam sifat balas dendam pun nggak ada artinya. Maka, setelah ayah Rengga sembuh aku mencoba memaafkannya dengan syarat dia tidak boleh menyakiti ibu kandungku lagi dan dia setuju.Alhamdullilah! Meski belum sempurna, setidaknya Aksara memiliki kakek dan nenek yang siap
Ternyata benar menjadi istri dari seorang dokter yang punya ketampanan di atas rata-rata seperti Mas Alfa itu harus siap lahir batin. Buktinya walau pun suamiku sudah memploklamirkan kalau dia hanya memiliki aku sebagai istrinya dan gak berniat membuka lowongan buat istri kedua apalagi selingkuhan tetap saja para pelakor tetap datang tanpa henti membuat aku gondok setengah mati. Dan sialnya itu terjadi seperti saat ini. Sungguh, aku tidak menyangka di saat aku merasa bahwa persoalan sudah selesai rupanya ada gosip baru yang cukup mengganggu perasaanku yaitu konon katanya ada sahabat sejawat Mas Alfa saat kuliah kini pindah tugas ke klinik kesengsem dan meng-caper sama suamiku sekali pun dia tahu kalau Mas Alfa udah punya istri. Coba bayangkan! Apa gak kurang ajar itu namanya? Pasti kalian bertanya kan, kok aku bisa tahu? Oho! Zela gitu loh, mantan intel cap batako begini dilawan. Jangan salah! Meski Mas Alfa gak cerita, sebagai istri Mas Alfa yang juga mantan perawat aku tentu saja
Pernah nggak sih ngerasa pegal mendadak? Mau melakukan apapun rasanya pegal. Minum? Pegal. Makan? Pegal. Duduk? Pegal. Nonton? Pegal. Shopping? Pegal banget. Apalagi ghibah duh gak deh.Padahal aku nggak ke mana-mana tapi rasanya udah kaya ditimpa Thanos berkekuatan super. Pokoknya kehamilan kali ini rasanya ekstra pegal udah kaya mie goreng ekstra pedasnya.Alhasil karena merasa syndrom pegal-gegal ini tidak mau pergi dari badanku, kuputuskan untuk terkapar saja di kasur dan menjadikan ranjang sebagai teman setiaku selama proses kehamilan si kembar.Sayangnya, akibat seharian bergelut di kasur akhirnya di saat malam tiba aku bukannya tidur tapi malah melek padahal sekarang udah jam kunti pergi ngeronda. Entah kenapa di saat semua orang harusnya terbang ke pulau indah kapuk aku malah membayangkan mangga muda yang kalau dimakan rasanya maknyoos.Astaga! Bisa gila aku kalau terus membayangkannya."Jam 2? Heum ... aduh, gimana ini? Aku lapar."Merasa frustasi karena gak bisa tidur juga,
POV JINGGAIni hari pernikahanku. Kurang lebih beberapa menit lagi akad akan terjadi antara aku 'si gadis kampung' yang beruntung dan Deni--si tampan nan rupawan anaknya teman Pak Alfa. Oh ... rasanya masih terasa mimpi jika aku melihat situasi saat ini. Kupikir karena latar belakangku yang sangat miskin, tak ada pria yang mau menikahiku tapi ternyata aku salah. Siapa sangka, atas bantuan Bu Zela dan Alfa, aku akhirnya bisa dijodohkan dengan Bang Deni."Duh ... cantiknya ... Masya Allah calon pengantin ini," seru Teh Mirah-- tukang rias hari ini padaku.Aku hanya tersenyum malu seraya menatap lekat parasku yang tampak cantik nan chubby di cermin kamar. Tak sia-sia rasanya berdandan dari setelah subuh hingga jam 9.00 pagi ini, menurutku baru kali ini aku terlihat bak putri sunda sejati. Dengan hiasan melati dan kebaya putih, entah mengapa aku merasa sangat anggun. Mungkin inilah namanya keajaiban make-up.Wajahku yang semula berminyak kayak kue donat gara-gara make-up kini telah berha
Aku terduduk di kursi singgasana pengantin dengan perasaan campur aduk. Jika aku punya robot kucing seperti Doraemon kayaknya aku bakal minta dibukakan pintu ke mana saja, agar aku juga bisa kabur seperti perbuatan Bang Deni yang telah menghinaku. Namun, sayangnya itu hanya mimpi, mau tidak mau aku harus terjebak di sini.Tak pernah aku bayangkan, seorang pembantu sepertiku bisa menjadi seorang istri dari Aksara Muhammad Prawira yang merupakan majikanku sendiri. Di lihat dari segi mana pun, status kami sangat jauh berbeda.Aku yang berumur 23 tahun, kucel, dekil belum sarjana dan beban keluarga Alfa Prawira mendapatkan lelaki berumur 30 tahun yang merupakan seorang dokter dengan status idola wanita.Ya ampun ... apa yang harus kulakukan menyikapi semua ini? Pantaskah aku duduk di sini? Haruskah aku meminta Den Aksa mentalakku malam ini juga? "Kamu bisa lepas sepatu berhak kamu jika kamu capek. Kaki kamu merah."Akhirnya setelah hampir dua jam kami jadi pajangan di pesta resepsi, sat
Setiap perempuan pasti mendambakan sehabis malam pertama itu terbangun dengan segar dan bugar karena baru saja melepas keperawanannya tapi tampaknya keberuntungan itu gak berpihak pada semua perempuan karena aku adalah pengecualian.Berbeda dengan kebanyakan pengantin wanita yang bahagia di malam pertama sebaliknya aku malah merasa gelisah dan terjaga sepanjang malam.Coba saja bayangkan, wanita mana yang bisa tidur setelah ditinggal di malam pertamanya oleh suaminya sendiri? Terlebih yang jadi suamiku itu adalah mantan majikanku yaitu Den Aksara Muhammad Prawira yang mungkin menikahiku karena terpaksa. Dan setelah kesedihan yang terjadi, payahnya keadaanku diperburuk dengan hadirnya chat info tentang Den Aksa dari si Kalila.Ya, Kalila dia memang sama biang keroknya sama Bang Deni. Si pelakor yang telah kabur dengan Bang Deni itu mengatakan kalau Den Aksa sebenarnya hanya mencintai Nadia yang ternyata janda sahabatnya. OH MY GOD! Kenyataan macam apa ini? Kalau info si Kalila itu be