Share

Bab. 25

Author: Bunga Peony
last update Huling Na-update: 2024-12-18 20:52:04

Tak pernah ada yang tahu takdir mereka seperti apa dan kisah cinta berakhir dalam pelukan siapa.

Seolah takdir tengah bermain-main dengan kehidupan Leya dan Nirwan. Mereka yang tengah mengalami kemelut kehidupan yang sama pun dipertemukan pada tempat yang tak terduga.

Leya yang baru saja sampai di sebuah resto hotel berbintang lima untuk malan malam tanpa sadar duduk pada meja yang ada di seberang meja Nirwan.

Posisi mereka saling berhadapan. Dalam diam Leya terpaku tanpa tahu harus berbuat apa saat matanya tak sengaja beradu pandang pada mata yang selalu menatapnya tajam.

Di tengah keterdiamannya, di benak Leya tiba-tiba kembali terbesit bayangan Abram dan juga Arsya. Ditambah Abram yang baru saja menemuinya untuk rujuk membuat hatinya gelisah.

Leya takut dirinya kembali dalam pelukan Abram, bukan karena dirinya yang goyah tetapi karena kepiawaian lelaki itu yang terus mencari kesempatan untuk mendekatinya.

"Selamat malam, Mbak. Mau pesan apa?" Suara waiters menarik atensi Leya.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Tukar Ranjang   Bab. 112

    Dunia Nadira tak lepas dari Nirwan. Selama ia masih memiliki keterikatan kontrak kerja, maka selama itu pula ia akan terus bertemu dengan lelaki tersebut. Seperti siang ini, ia dan Nirwan kembali di pertemukan dalam sebuah ruangan yang cukup luas. Tentunya untuk membahas perihal kerjaan. Nadira menghindari tatapan mata Nirwan, ia mencoba untuk tetap fokus pada layar walau pikirannya melayang-layang entah kemana. Nadira masih kepikiran dengan perdebatan yang terjadi antara dirinya dan Devan. Terbesit rasa bersalah di hati wanita itu. Nirwan mengamati Nadira cukup lama sebelum akhirnya mengetuk meja pelan, membuat wanita itu tersentak kecil.“Kamu nggak fokus,” ucapnya tenang, tapi jelas. Tatapannya menembus, seolah mengetahui seluruh isi kepalanya.Nadira buru-buru menegakkan bahu. “Maaf, aku hanya kepikiran sesuatu—”"Apa soal lelaki itu?” sela Nirwan tanpa mengalihkan pandangan. Wajah lelaki itu berubah dingin.Nadira terdiam. Tenggorokannya mengering. Ia

  • Tukar Ranjang   Bab. 111

    "Kamu beneran gak mau cerita sama Mama? Apa karena kamu gak percaya sama Mama?" Nirwan memejamkan mata sejenak, ia lelah, tapi bukan karena pertanyaan itu.Justru karena ia tahu ini adalah pertanyaan yang selalu berhasil membuat pertahanannya runtuh.Nirwan menggeleng pelan. “Bukan begitu, Ma.”Liliana menatapnya dalam-dalam. “Lalu kenapa? Kenapa kamu pikir kamu harus menanggung semuanya sendiri?” Suaranya lembut, tapi ada ketegasan seorang ibu yang merasa pintu hatinya sedang didorong tertutup oleh anaknya sendiri.Nirwan mengusap wajahnya, menarik napas panjang sebelum akhirnya berkata. “Kerena ini bukan masalah besar. Aku juga gak mau Mama khawatir akan hal itu.”Liliana tersenyum lirih. “Mama cuma gak mau kamu menanggung beban sendirian."Nirwan tersenyum tipis. Ada kehangatan yang perlahan meresap ke dadanya ketika mendengar kata-kata penuh cinta dari Liliana. Kegundahan yang sejak tadi menekan dadanya seakan mencair, mereda sedikit demi sediki

  • Tukar Ranjang   Bab. 109

    "Perbedaan?" Nadira menaikkan salah satu alihnya pertanda ia mulai tertarik dengan obrolan mereka yang canggung. “Iya, sikap manjamu seakan tak bisa melakukan apa pun—berbanding terbalik dengan Leya yang selalu mandiri.” Nirwan mengatakannya dengan nada hati-hati, seolah setiap kata dipilih agar tidak melukai. Tetapi kalimat itu tetap saja membuat dada Nadira menghangat, bukan marah, hanya … tersentuh dan sedikit tersindir. “Manja?” Nadira mengulang kata itu sambil menyandarkan kepala pada jendela, matanya mengarah ke jalanan yang padat. “Aku tidak manja. Aku hanya … terbiasa ditemani.” Nirwan melirik sekilas. “Itu bukan sesuatu yang buruk, kamu tahu. Sikapmu membuatku seakan dibutuhkan." Nadira memajukan bibirnya seraya berdecak. "Memangnya kapan aku bersikap manja padamu?" Nadira mencoba mengingat-ingat setiap hal yang ia lakukan pada saat mereka bersama. Ia merasa dirinya tak bersikap seperti yang Nirwan ucap

  • Tukar Ranjang   Bab. 108

    Silvia kembali datang ke kediaman keluarga Anggara, seperti halnya yang sering ia lakukan di masa lalu. Ia kerap datang hanya untuk meminta biaya hidup berdalih dengan alasan Bintang. "Kenapa tidak kamu bawa Bintang ke sini? Bagaimana kondisinya, apa dia sehat?" tanya Liliana setelah menyerahkan uang yang ada di dalam amplop ke tangan Silvia. Silvia tersenyum bahagia. Amplop coklat yang ia pegang terasa tebal. "Keadaannya sehat," jawabnya acuh tak acuh. Silvia mengintip ke dalam amplop tersebut, memeriksa sekilas lembaran uang pecahan berwarna biru itu."Bawa Bintang ke sini, biar Mama yang merawatnya. Mama yakin kamu tak akan mungkin merawatnya dengan baik. Kasihan anak itu ... dia pasti kesepian seorang diri di rumat setiap kamu tinggal begini."Liliana menghela napas panjang, suaranya bergetar oleh kekhawatiran yang sudah lama ia tahan. Namun Silvia hanya menutup amplop itu, meremasnya sedikit seolah memastikan isinya benar-benar nyata, lalu memasukkannya k

  • Tukar Ranjang   Bab. 107

    Hari ini hari di mana Mas Abram melamarku. Ia begitu romantis, baik dan juga penyayang. Katakan ... apa lagi yang membuatku menolaknya? "Abram?" gumam Nadira setelah membaca bait pertama pada bagian depan buku tersebut. "Sepertinya buku ini adalah dairy pribadiku." Nadira mencoba mengingat apakah ada memory yang tersimpan di kepalanya, namun nihil. Ia kembali membaca kelanjutan yang tertulis di dalamnya. Semua hal yang telah terjadi dari hari ke hari, tertulis dengan singkat dan jelas di dalam buku tersebut hingga sebuah perselingkuhan yang membawa nama Arsya di sebutkan di dalamnya. Nadira menutup mulutnya karena terkejut. Ia kembali teringat pada percakapan antara dirinya dan Arsya terakhir kali. "Jadi apa yang dia katakan saat itu semuanya bohong. Pintar sekali dia memutar balikkan fakta," ujarnya geram. Nadira ingin kembali melanjutkan kembali membaca isi dari buku tersebut, namun ia kembali teringat akan sesuatu. Na

  • Tukar Ranjang   Bab. 106

    Semalaman Nadira tak bisa tidur. Perbincangannya dengan Sartika terus hingga di kepalanya. Kemungkinan-kemungkinan buruk di balik peristiwa kelam yang telah ia hadapi dan belum semuanya ia ingat. Detak jam pun terus berputar menjadi teman dalam keheningan malamnya. Hingga jam berputar di angka tiga subuh barulah mata dengan bulu lentik itu terpejam. Dengkuran kecil terdengar dari bibir tanpa ronanya. Semilir angin subuh menyelinap lewat celah jendela kamar, menggoyangkan tirai tipis yang menggantung lemas. Nadira tidak merasakannya. Tubuhnya akhirnya menyerah setelah berjam-jam dipaksa berjaga. Namun ketenangan itu tidak bertahan lama. Sekitar satu jam setelah ia terlelap, napasnya mulai tidak stabil. Alisnya berkerut, seperti seseorang yang tengah mencoba melawan sesuatu dalam mimpi. Jari-jari tangannya sedikit menggenggam seprai, seolah ingin berpegangan pada sesuatu yang tak ada wujudnya. Dalam tidurnya, bayangan samar itu kemba

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status