Share

Bab. 33

Penulis: Bunga Peony
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-29 20:05:05

Nirwan duduk di bangku penumpang sedangkan Federick di samping sopir. Mereka baru saja menjemput Nirwan dari bandara. Setelah melakukan perjalanan bisnis selama 2 hari, lelaki gagah itu akan langsung ke kantor tanpa pulang ke rumah terlebih dahulu.

"Anda yakin kita akan langsung ke kantor, Pak?" tanya Federick sekedar memastikan.

Nirwan melihat jam tangan mewah yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Baru jam sebelas, belum masuk jam makan siang."

"Bukan itu maksud saya, Pak. Anda sudah memiliki istri lagi sekarang. Apa anda tidak mau menemuinya lebih dulu? Maaf jika saya lancang, tapi apa bapak tidak belajar dari pengalaman yang terjadi di pernikahan anda sebelumnya?" ujar Federick penuh hati-hati.

Dia sadar apa yang dia ucapkan bukan lagi ranahnya. Tetapi sebagai seseorang yang selalu ada untuk bosnya itu, menurut Federick tak ada salahnya jika mereka saling mengingatkan.

"Apa kamu digaji untuk mengurusi kehidupan rumah tanggaku, Federick," ucap Nirwan dingin. Pandangan matany
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Tukar Ranjang   Bab. 85

    Seorang wanita berambut panjang tampak gelisah menatap ponselnya sedari tadi. Panggilan telpon berulang kali ia lakukan, namun tak sekalipun mendapatkan jawaban."Di mana dia?" gumamnya kesal.Langit mulai menggelap, menyisakan semburat jingga di ufuk barat. Suara kendaraan yang lalu-lalang tak mampu mengusir kegelisahan di wajahnya. Ia menggenggam ponsel lebih erat, seolah berharap benda itu bisa memberinya jawaban."Aneh, tak biasanya dia susah dihubungi. Sudah dua hari dia tak menjawab teleponku?"Kegelisahan kini menyelimuti seorang wanita berbaju seksi tersebut. Langkah-langkah kecilnya berputar-putar dalam ruangan kecil itu.Telunjuk rampingnya mengetuk bibir, namun tak seirama dengan detak jantungnya yang semakin tak menentu. Ia berhenti di bawah lampu yang menyala redup, memandangi layar ponsel yang kini hanya menampilkan nomor kontak yang sedari tadi tak dapat dihubunginya.Matanya menatap kosong ke dinding, ke arah jam yang tengah berdetak pelan. Ada sesuatu yang tak beres.

  • Tukar Ranjang   Bab. 84

    "Lepaskan Bintang!" teriak Liliana lantang. Tangannya berusaha meraih bocah lelaki yang kini berada dalam dekapan Silvia. Silvia yang berpenampilan sederhana tersenyum miring, matanya yang dingin berkilat penuh kemenangan. Tubuh kecil Bintang meronta, wajahnya memerah karena tangis yang tertahan. "Jangan coba-coba mendekat, wanita tua!" suara Silvia serak, tapi tegas, seakan setiap katanya menusuk tajam ke udara. Tangannya mencengkeram bahu Bintang lebih erat, membuat bocah itu mengaduh pelan. Liliana melangkah maju, hatinya diguncang antara marah dan tak tega melihat wajah Bintang yang bersimbah air mata dengan tubuh yang gemetar karena ketakutan. "Lepaskan dia! Kau tidak berhak membawanya pergi!" suara Liliana pecah, penuh emosi yang menekan dada. Silvia terkekeh lirih, lalu semakin menarik tubuh Bintang untuk mendekat padanya. "Dia anakku, kenapa aku tidak boleh membawanya pergi?" Bintang m

  • Tukar Ranjang   Bab. 83

    Liliana menatap Nirwan heran, lelaki yang kini tengah duduk bergabung untuk sarapan bersama itu tampak terlihat berbeda. Stelan santai melekat di tubuhnya yang kurus, senyum tipis sesekali terukir di wajah cekungnya. Persis seperti bunga yang baru saja tersiram air segar setelah hampir gersang dan mati. "Kamu tidak kerja hari ini, Nak?" Suara Liliana terdengar lembut."Hari Minggu," sahut Nirwan santai. "Mama tahu sekarang hari Minggu, tapi biasanya hari raya besar pun kamu tak pernah libur. Apa ada yang membuatmu senang?" balas Liliana semakin menyelidik. Bukannya ia tak senang dengan sedikit perubahan putranya yang tiba-tiba tersebut, hanya saja ia sedikit penasaran.Hal apa yang mampu membuat wajah putranya yang begitu suram bisa kembali berseri. Liliana menatap putranya lebih lama, mencoba mencari celah untuk memahami. Ada sesuatu yang berbeda pada sorot mata Nirwan kali ini—lebih terang, meski masih samar, seperti sinar mentari pagi yang malu-malu menembus tirai tipis.Nirwan

  • Tukar Ranjang   Bab. 82

    Sartika menarik napas pelan. Ia meletakkan cangkir tehnya ke atas meja, lalu menatap putrinya dalam-dalam.“Kadang, apa yang terlihat di luar bisa sangat berbeda dengan kenyataan di dalam, Nak. Dunia bisnis itu keras. Banyak yang terlihat mengagumkan, tapi rapuh di dalam. Bisa jadi dia mengambil risiko yang terlalu besar atau terlalu cepat berekspansi tanpa fondasi yang cukup kuat.”Nadira mengangguk pelan, menyimak setiap kata. Tapi pikirannya tetap berputar pada satu hal ketidakwajaran dari kejatuhan perusahaan tersebut, secepat itu, tanpa tanda-tanda sebelumnya.“Apa kamu sudah cek semua laporan keuangannya? Laporan audit terakhir?” tanya Sartika lebih serius.“Sudah dan di sanalah masalahnya. Laporan keuangan terlihat rapi, terlalu rapi bahkan. Nyaris sempurna. Tapi saat aku minta detail transaksi, ada beberapa dokumen yang belum bisa mereka tunjukkan. Katanya sedang direkap ulang,” jelas Nadira, menekankan nada curiga di akhir kalimatnya.

  • Tukar Ranjang   Bab. 81

    Mentari pagi yang terbit membawa cahayanya yang terasa hangat masuk ke dalam kamar melalui celah-celah jendela. Nadira berdiri di balkon menatap ke arah jalan raya, banyak anak-anak yang berlalu-lalang dengan seragam yang melekat di badan. Ada yang jalan santai sambil membaca buku, ada juga yang terlihat berbincang dengan teman jalannya dan ada juga yang tengah berlari seakan sedang dikejar sesuatu. Dering ponsel memanggil dirinya. Nadira mendengus kasar kemudian berbalik memasuki kamar. Ia meraih ponsel yang tergeletak di atas ranjang. Ia melihat ke layar, melihat nomor siapa yang tengah menelponnya. Senyum di bibirnya seketika terkembang. Satu nomor yang telah ia nantikan sejak kemarin. "Devan," serunya bahagia setelah mengangkat telpon tersebut. Suara tawa terdengar begitu nyaring dari balik telepon. "Nadira, akhirnya kamu angkat juga. Kupikir kamu masih marah," ujar suara di seberang sana, hangat dan sedikit menggoda.

  • Tukar Ranjang   Bab. 80

    Silvia pulang ke rumah dengan hati yang bahagia. Namun senyum di bibirnya seketika surut saat mendapati sosok lelaki berjaket coklat yang masih duduk di atas motor yang terparkir di teras rumahnya. "Ngapain kamu ke sini?" Kesal Silvia. Lelaki yang seharusnya tak lagi muncul dalam hidupnya, tiga bulan ini tiba-tiba hadir seperti parasit yang menghisap darahnya secara perlahan. "Gak perlu galak-galak begitu pada ayah anakmu ini," ujar lelaki itu santai sembari turun dari motornya. Ia mengikuti Silvia dari belakang untuk masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu, lelaki itu langsung merampas tas yang Silvia pegang. Tentu saja Silvia tak tinggal diam. Tubuh kecilnya tak menjadi halangan untuk ia melawan. Namun sayang, nyali dan kenyataan tak lah sesuai. Silvia kalah setelah lelaki itu memberi sedikit sentakan hingga tas yang diperebutkan dapat di ambil. Silvia terdiam. Matanya menatap tajam ke arah lelaki itu yang kini membuka tasnya tanpa rasa bersalah sedikit pun. "Kembalikan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status