Share

Bab 4

Rayna dan Mas Adnan yang mendengar hal itu langsung melebarkan matanya. 

"Mas, kamu bercanda kan?"

"Menurutmu?" tanyanya sembari terkekeh. 

"Pak Zayyan suka bercanda ternyata." Mas Adnan ikut tertawa, ia lalu menatap ke arahku. "Mana mungkin saya ingin bertukar istri, saya sangat mencintai Kania," ucapnya membuat wanita yang berada di sampingnya tampak memandang lelaki itu dengan tajam. 

"Hm, kamu sangat beruntung Adnan. Tetapi saya lebih beruntung," ujar Mas Zayyan sembari memandang Rayna. Namun, tangan lelaki itu turun dan menggenggam tanganku.

Aku melihat Wajah Rayna tampak bersemu merah, tapi aku tidak tau entah keberuntungan apa yang di maksud Mas Zayyan. 

Tiba-tiba seorang pelayan datang dan mengantarkan makanan yang kami pesan, akan tetapi selera makanku sudah benar-benar hilang.  

"Kenapa gak di makan?" tanya Mas Zayyan. 

"Gak papa." 

Deg! 

Aku langsung melebarkan mataku, dan mendongak menatap Rayna yang ikut terkejut karena jawaban kami berdua bersamaan.

"Ma--maaf, saya kira itu Mas Adnan." Aku kembali menundukkan kepala, sungguh malu rasanya. Aku yang sudah terbiasa mendapat perhatian dari Mas Zayyan, dengan gegabah berpikir bahwa ucapan tersebut ditujukan untukku. Aku lupa,  bahwa di sini juga ada istrinya. 

"Tidak papa, Kania. Akupun sempat kaget, bukan karna kita sama menjawab. Akan tetapi, karna Mas Zayyan perhatian padaku." 

Rayna tersenyum, ia lalu menarik tangan kanan Mas Zayyan yang sedang memegang sendok. 

"Terimakasih yah, Mas. Sudah perhatian padaku."

Mas Zayyan tampak berdehem sejenak, ia langsung menarik tangannya kembali. 

"Hm, cepat makan." 

"Iya, Mas," ujarnya sambil menatap sejenak ke arah Mas Adnan sebelum kembali makan.

Wanita itu benar-benar licik, dia menginginkan Mas Zayyan tetapi dia juga tertarik pada Mas Adnan. Aku benar-benar tidak tahan melihat sifatnya yang seperti ular, entah mengapa aku merasa begitu cemburu terutama setelah melihat mereka berpegangan tangan seperti tadi. 

"Sayang, ada apa?" tanya Mas Adnan yang mungkin melihat wajahku yang sudah masam. 

"Mas, sepertinya aku ingin makan di rumah aja," jawabku membuat Mas Zayyan menatap ke arahku. 

"Yasudah kalo gitu, biar kita bungkus saja makanannnya." 

Aku mengangguk, lalu berdiri dan bermaksud untuk pergi, namun tiba-tiba tanganku dipegang dengan erat.

Aku menatap ke bawah, tampak Mas Zayyan menahan tangan ini. 

"Sayang, ayo!" 

Mendengar hal itu, sontak Mas Zayyan langsung melepaskan genggamannya pada tanganku. 

"Bu Rayna ... Pak Zayyan, saya duluan yah." 

Mas Adnan lalu menarik sebelah tanganku dan membawaku pergi. Aku menatap ke belakang dan melihat Mas Zayyan menatapku dengan lekat. Maafkan aku Mas, tapi ini lebih baik. Aku tidak ingin, rasa cemburuku menghancurkan rencana kita.

***

Mobil berhenti di depan rumahku, aku yang sedari tadi diam kemudian langsung menuju dapur dan menyiapkan makanan Mas Adnan. 

"Mas, aku langsung ke kamar yah," ujarku saat berada di meja makan. 

"Katanya mau makan di rumah, kamu kenapa sayang?" Mas Adnan yang sudah duduk kembali berdiri dan langsung menghampiriku. 

"Kamu gak sakit 'kan?" tanyanya, dengan raut wajah yang terlihat khawatir. 

Aku menggeleng dengan cepat, "Ngga Mas, aku hanya kecapean aja!" 

"Yaudah, nanti setelah Mas selesai makan. Mas susul ke kamar yah!" 

Aku mengangguk, lalu masuk ke dalam kamar. Rasanya begitu lelah, sangat lelah harus selalu berpura-pura seperti ini. 

Mungkin kalian mengira aku begitu santai melihat suamiku berselingkuh. Tidak seperti wanita lain yang bisa langsung meluapkan emosi, menangis, dan melabrak pelakor.

Tapi kenyataannya tidak begitu. Saat aku mengetahui bahwa Mas Adnan berselingkuh, aku langsung merasa hancur dan setiap hari hanya menangis sendirian. 

Mas Adnan tidak menyadari hal ini karena dia sedang berlibur bersama kekasih gelapnya dengan alasan pekerjaan di luar kota, hanya Mas Zayyan yang mengetahuinya. Lelaki itu selalu ada untuk menghiburku dan meyakinkanku agar tetap kuat dalam menghadapinya.

Aku sering kali ingin melabrak mereka. Beberapa kali, aku merasa tidak bisa lagi menahan diri dan ingin menampar wanita tersebut yang sama sekali tidak memiliki rasa hormat. Tapi lagi-lagi, Mas Zayyan meyakinkanku untuk tetap tegar. Dia mengatakan bahwa suatu saat, bom ini akan meledak dan menghancurkan mereka berdua.

Aku menatap diriku di cermin, sampai sekarang aku masih tidak mengerti, entah apa yang membuat Mas Adnan berpaling dan mencintai wanita itu. 

Apakah aku kurang cantik darinya, yah itu mungkin. Penampilanku dan Rayna sungguh berbeda, aku melihat Rayna yang selalu berpenampilan seksi berbanding terbalik denganku yang malah seadanya. Namun, Mas Zayyan bilang jika dia lebih menyukaiku dari pada istrinya karna kesederhanaanku, aku benar-benar tidak mengerti apa mungkin istilah rumput tetangga lebih hijau itu benar adanya. 

"Sayang." 

Aku terperanjat saat Mas Adnan sudah berada di belakangku. Aku ingin berbalik, akan tetapi lelaki itu malah menahan tubuhku yang sedang memunggunginya. 

"Tetaplah seperti ini, dan pejamkan matamu." 

"Untuk apa Mas?" 

"Mas punya suatu untukmu." 

Aku memejamkan mataku dan merasakan Mas Adnan menyingkap rambutku. 

"Cantik," pujinya. 

Aku langsung membuka mataku, terlihat sebuah kalungan yang tampak indah baru saja dia pasangan di leherku. 

Aku tersenyum, lalu memegang liontin kalungnya. Entah kenapa rasanya biasa saja mendapat hadiah darinya, bukan karna hanya kalung emas biasa tapi karna apa yang telah dia lakukan, sekarang apapun yang kejutan yang dia berikan rasanya tampak hambar. Apa mungkin rasa ini sudah benar-benar hilang untuknya. 

"Kenapa kamu diam saja, apa kamu tidak suka?" tanyanya, karna melihatku yang hanya diam. 

Aku menggelengkan kepala dengan cepat. "Suka Mas."

"Maaf yah, Mas hanya mampu membelikan kalung ini untukmu. Nanti, jika Mas banyak uang, Mas akan membelikan kalung berlian untukmu sayang."

"Aku tidak butuh itu semua, Mas," jawabku cepat. 

"Kania, kamu memang berbeda dari wanita lain, itulah mengapa Mas sangat mencintaimu."

Mas Adnan tampak tersenyum, tiba-tiba ia memeluk pinggangku dengan erat serta wajahnya yang sudah menelisik di leherku. 

"Mas, kangen." 

Brak! 

Mas Adnan langsung terkejut karna melihatku mengindar sampai tubuhku membentur meja. 

"Kania ....?"

"Maaf, Mas. Aku sedang datang bulan," ucapku membuat lelaki itu terlihat kecewa.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
mencintai kok selingkuh nan, cintamu hanya di bibir saja. kania jgn mau km dsntuh sm laki2 yg sudah celup2 ke wanita lain
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status