Share

Bab 3

Penulis: Chikyciki
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-10 22:26:09

Aku terkekeh melihat isi pesan mereka berdua, jika dilihat seperti ini pasti semuanya akan memilih Mas Adnan dan mencurigai Mas zayyan. Tapi ternyata semuanya berbanding terbalik, yang selalu bersikap manis malah lebih lihai dalam bermain di belakang. 

Aku memejamkan mata tidak ingin memikirkan hal apapun lagi, sekarang waktunya untuk istirahat karna berpura-pura baik setiap hari juga membutuhkan tenaga. 

***

Paginya aku bangun dan langsung bersiap untuk pulang, aku tidak ingin Mas Adnan curiga jika melihatku tidak ada di rumah saat dia pulang nanti. 

Tiba-tiba terdengar suara bell pintu berbunyi, membuatku terkejut sejenak sebelum aku segera berjalan mendekati pintu. Aku yakin itu pasti Mas Zayyan yang datang.

Benar saja, saat aku membuka pintu. Mas Zayyan sudah tersenyum manis ke arahku. 

"Masuk, Mas!" 

Lelaki itu mengangguk, ia lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam. 

"Kania, kemarin saya sudah merekam pergumulan mereka. Di tambah dengan beberapa bukti yang kita kumpulkan mungkin semuanya sudah cukup buat saya untuk membongkar semua ini." 

"Aku serahin semuanya sama Mas aja." 

"Baiklah, sekarang biarkan mereka bersenang-senang beberapa hari. Lebih baik kita juga cepat pergi dari sini, hm ... Kamu mau jalan-jalan?" 

"Mas, sepertinya liburan mereka di batalkan ... Lihat ini, " jawabku sembari menyodorkan chat Mas Adnan semalam.

Mata Mas Zayyan mendelik seketika. "Apa-apaan, ini. Kita sudah jauh-jauh ke sini, dan mereka hanya seperti itu." 

Apa? Hanya. Astaga, apa Mas Zayyan tidak punya perasaan, kenapa dia seolah-olah begitu biasa melihat perbuatan mereka. Istrinya sudah berbuat hal di luar batas dan dia bilang hanya, aku curiga. Apa penyebab Mas Zayyan setenang ini, karna walaupun kita sudah tidak mencintai pasangan kita mungkin saja ada rasa sakit yang tidak bisa di jabarkan karna sudah dikhianati. 

"Kania ... Hey, kenapa kamu diam?" 

"Mas, apa tidak ada secuil pun rasa marahmu pada istrimu?" 

"Ada Kania. Saya juga begitu dendam dan kecewa, karna saya merasa direndahkan sebagai suaminya. Tapi tidak berlebihan sepertimu," ucapnya sembari mendengus. Lah, malah nyindir. 

"Sudahlah, ayo. Sebelum pulang, kita makan ke restoran  kesukaanmu." 

"Benarkah?" Mataku langsung berbinar mendengarnya. 

"Iya, ayo!" 

***

Mobil berhenti di sebuah restoran yang cukup sederhana, tapi walau begitu makanan di sini begitu nikmat. Sebagai seseorang yang dulunya hidup dengan sederhana, aku sangat menyukai makan di tempat ini. Apalagi, harganya sangat terjangkau, terutama saat aku masih menjadi seorang mahasiswa.

"Ayok!" ucap Mas Zayyan sembari menarik tanganku untuk masuk ke dalam. 

"Tunggu di sini, saya ke toilet sebentar." 

Aku menganggukkan kepala dan duduk sambil memandangi jalanan. Tiba-tiba, pandanganku tertarik pada mobil yang baru saja berhenti. 

Jantungku seketika ingin melompat saat aku melihat Mas Adnan dan Rayna keluar dari mobil tersebut.

Astaga, mengapa mereka datang ke sini? Aku menjadi panik karena berada di tengah-tengah dan kemungkinan besar akan terlihat oleh mereka. Tanpa pikir panjang, aku segera meraih buku menu dan menggunakannya untuk menutupi wajahku.

"Semoga mereka tidak melihatku."

"Kania ...."

Deg! 

Aku langsung mendongak, mataku melebar melihat Mas Adnan sudah berdiri di depanku. 

"Ma--mas Adnan, kok bisa ada di sini?" tanyaku sembari celingukan. Kenapa tidak ada Rayna, kemana wanita itu. 

"Hm, Mas ke sini ingin membelikan makanan kesukaanmu. Tapi ternyata kamu juga ada di sini," jawabnya membuatku tersenyum. Suamiku ini memang pandai mencari alasan. 

"Kenapa belum pesan, biar Mas pesankan." 

Ia lalu duduk dan mengambil buku menu yang berada di tanganku, wajah lelaki itu juga terlihat begitu santai. Ia begitu pandai menyembunyikan ekspresinya, walau ku tau dirinya terlihat mencemaskan Rayna yang pergi menghilang. 

"Pelayan," panggil Mas Adnan, sembari menatap ke sekeliling. 

Tiba-tiba lelaki itu kembali berdiri, dengan wajahnya yang berubah pucat. 

Aku yang heran melihat ekspresinya, lalu menoleh ke belakang. Seketika aku ikut terkejut saat melihat Mas Zayyan dan Rayna berjalan ke arah kami. Wajah Rayna terlihat begitu masam, berbeda dengan Mas Zayyan yang sangat tenang dengan tangannya di masukan ke kantong celana.

"Bb--bos." 

"Hallo, Adnan. Kebetulan sekali, kita bisa bertemu di sini," ucap Mas Zayan sembari tersenyum ke Arah Mas Adnan. 

"Ii--iya, Pak." 

"Ah iya, bagaimana liburan kamu?" tanya Mas Zayyan membuat keningku berkerut.

"Liburan?" tanyaku. Mas Zayyan seketika menatap lekat ke arahku, aku langsung tersenyum saat tau apa yang dia maksud. Baiklah, aku ikuti permainanmu Mas. 

"Adnan, kenapa diam saja?" tanya Mas Zayyan pada suamiku yang sudah seperti mayat hidup. 

"Mas, apa kamu membohongiku? Bukannya kamu bilang kemarin ada proyek dengan Bosmu? Lalu ... Mas, kemana kamu semalam?" cecarku dengan wajah di buat agar terlihat mencurigainya.

"Mm--mas, kemarin ...." Mas Adnan terlihat gugup untuk bicara, wajahnya pun sudah mengeluarkan keringat dingin. Aku benar-benar ingin tertawa melihatnya, ini baru permulaan Mas bagaimana nanti jika kami nanti membongkar semuanya. 

"JAWAB MAS!" 

"Aku yang mengajak Mas Adnan pergi." 

Aku menatap heran Rayna yang ikut bicara, "Apa maksudmu?"

"Kemarin, memang Pak Adnan aku perintahkan untuk membantuku membuat acara pesta untuk menyambut hari pernikahanku dan Mas Zayyan yang dua hari lagi akan berjalan satu tahun.

Iya kan, Pak Adnan? Aku sengaja menyuruhnya untuk bilang padamu bahwa bosnya yang menyuruh dia. Takutnya nanti kalo kamu tau, kamu bakal overthinkting gak jelas dan sedih semalaman," ujar Rayna sembari tersenyum padaku, senyum yang terlihat begitu sinis. 

"Iya, sayang. Yang di katakan Rayna benar, maafin Mas yah?" 

"Terus bagaimana kejutannya?" tanya Mas Zayyan, membuat mereka saling pandang. 

"Mas, semalam tuh kami cari tempat yang mewah untuk acara kita. Tapi belum dapat, malahan ada satu hotel yang ngga banget ih ... Iya, kan Pak Adnan?" tanya Rayna sembari begidik ngeri. 

"Ii--iya, Pak. Nanti saya akan mencari tempat yang lebih bagus untuk acara kalian berdua, lebih baik sekarang kita makan dulu." 

Aku berusaha mengendalikan emosiku yang terasa ingin meluap, apalagi melihat wajah Rayna yang seperti menatap remeh ke arahku. Kalian berdua memang cocok, sama-sama pandai mencari alasan. 

"Sayang, kenapa masih berdiri di situ? Ayo duduk." 

Aku menghela nafas pelan, lalu akhirnya ikut duduk. 

Seorang pelayan tiba-tiba datang, kami langsung memesan makanan sedangkan Mas Zayyan hanya diam. 

"Suaminya, mau di pesankan apa Bu?" tanya Pelayan sembari melihat ke arah Mas Zayyan yang berdiri di sampingku. 

"Samakan saja," jawab Rayna. 

"Owh, saya pikir Mbak ini istrinya." Tunjuknya ke arahku. 

"Heyy, dia istri saya!" timpal Mas Adnan. 

"Ma--maaf, saya pikir Mbak ini istrinya soalnya mereka cocok," ujar Pelayan itu membuat kami terkejut. Ah, bisa aja si Mbaknya. 

Aku melihat wajah kedua orang itu tampak begitu tidak suka, terlebih ketika Mas Zayyan tiba-tiba nyeletuk. 

"Hm, bagaimana kalau kita tukar istri saja?" tanyanya sembari tersenyum ke arah Mas Adnan, dengan ekspresinya yang merasa tidak bersalah.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
gini nih klo pasutri yg kurang bersyukur sm yg ada, dirumah udah ada yg cantik dan ganteng masih kurang puas dgn nyari yg lain. kdang selingkhan gk sebaik yg dirumah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Tukar Suami dengan Pelakor   Bab 32 (ENDING)

    "Selamat, Pak Zayyan. Anda sudah dibebaskan, namun Anda harus tetap stay selama 24 jam karena akan menjadi saksi dalam kasus ini." Seorang polisi bersalaman dengan Zayyan setelah mengeluarkannya dari sel tahanan.Zayyan hanya mengangguk dan mengikuti polisi tersebut. Pikirannya kini terarah pada keluarganya dan istrinya yang pasti sangat khawatir tentang keadaannya."Mas Zayyan!" Kania yang melihat Zayyan datang langsung berlari ke arahnya dan memeluk lelaki itu erat. Seketika, tangis Kania pecah di pelukan Zayyan. "Mas, apakah kamu baik-baik saja? Apakah ada yang terluka? Apa polisi menyakitimu?" tanya Kania khawatir. Namun Zayyan hanya menggeleng, sambil terus menatap wajah istrinya dan menciuminya di seluruh wajahnya. "Jangan khawatir, sayang. Mas baik-baik saja!""Zayyan, Nak!" Ibu, ayah, dan yang lainnya segera menghampiri Zayyan, dan memeluknya satu per satu. Dika dan Helena, yang melihat itu, tersenyum lega. Beban yang begitu berat seketika hilang dari pundaknya."Ayo, Hele

  • Tukar Suami dengan Pelakor   Bab 31

    "ARGH!" Dika mengusap wajahnya dengan kasar, penyesalan jelas terpancar di wajahnya. Sekarang, di mana dia akan menemukan mereka, apalagi membuktikan bahwa dia dan Zayyan tidak bersalah.Dika melihat sekeliling, namun tiba-tiba dia terkejut ketika seorang wanita berdiri di depannya, menatapnya dengan tajam.Dika menatap sekeliling, namun tiba-tiba ia terperanjat saat seorang wanita berdiri di hadapannya sembari menatap tajam dirinya. "Siapa kamu? Apakah kamu arwah gentayangan?" tanyanya membuat Dika langsung mengerutkan keningnya. Namun tidak terlihat raut ketakutan di wajah wanita itu, Dika yang sedang tidak ingin bercanda langsung bangkit dan hendak pergi. "Jika kamu bukan hantu, kamu pasti pembunuh itu!" Deg! Ucapan yang di lontarkan wanita itu membuat Dika langsung menghentikan langkahnya, ia kembali berbalik dan menatap datar wanita tersebut. "Apa maksudmu?" Wanita itu terkekeh pelan, ia lalu kembali mendekat ke arah Dika. "Saya tau, semenjak kejadian penemuan mayat di sini

  • Tukar Suami dengan Pelakor   Bab 30

    "BAJINGAN!" Semuanya terperanjat ketika melihat Ayah Zayyan langsung menghantam wajah Dika dengan keras hingga lelaki itu terhuyung ke belakang. Rasa perih seketika menjalar bersamaan dengan darah keluar di sudut bibirnya. "Kenapa kau melakukan itu, Dika? Kenapa?" teriak Ayah Zayyan sambil memegang kerah baju milik Dika.Sela tidak bisa berhenti menangis, ia belum pernah melihat Ayahnya yang semarah itu Pada Dika. Wanita itu juga sangat terguncang, terlebih ia menganggap Dika seperti kakanya sendiri. Melihat Sela yang terus menangis, Dika tidak tahan lagi. Ia yang sedari tadi hanya diam akhirnya kembali bersuara."Karna, dia!" Tunjuk Dika ke arah Sela. "Saya tidak ingin Sela tersakiti, dan saya akan menyakiti orang yang telah menyakiti orang yang saya cintai!" Deg! Kata terakhir yang keluar dari mulut Dika benar-benar membuat mereka melebarkan matanya. Dika kembali tersenyum, ia lalu menatap ke arah Sela."Sela, saya memang yang membawa pisau itu untuk membunuh Adnan. Namun, bu

  • Tukar Suami dengan Pelakor   Bab 29

    "M- Mas, aku percaya. Kamu pasti tidak melakukan semua itu!" Mendengar hal itu, Zayyan tersenyum. Ia lalu mengelus puncak kepala Kania. "Terima kasih, Sayang!" "Maaf, waktu menjenguk sudah habis!" Salah seorang polisi tiba-tiba datang dan membawa Zayyan pergi. Kania ingin mengejar, namun Dika langsung menahannya."Jangan berbuat bodoh, Kania. Jika kamu membuat keributan di sini, semuanya bisa menjadi lebih buruk!" peringat Dika dengan tegas, membuat Kania terdiam. Matanya terus menatap punggung Zayyan yang dikawal seperti tahanan. Rasanya begitu berat melihatnya dalam situasi seperti ini."Mas, aku akan mencari si pelaku sebenarnya dan membebaskanmu dari penjara," gumam Kania pelan, suara itu terdengar oleh Dika. "Ayo, Kania. Kita harus pulang sekarang!" kata Dika, Kania hanya mengangguk pasrah. Saat mereka hendak pergi, Ayah Zayyan mendekati mereka."Kania, Dika. Di mana Zayyan?" tanya Ayah Zayyan dengan wajah penuh kekhawatiran. "Tuan Zayyan telah dibawa masuk kembali, Pak. W

  • Tukar Suami dengan Pelakor   Bab 28

    "Aa--adnan, bangun. Kamu ingi menipu saya 'kan? Bangun Adnan!" Zayyan terus menggoyangkan tubuh Adnan hingga darah lelaki itu mengenai tangannya, bau anyir begitu menyeruak membuatnya seketika tersadar. Dengan nafas yang tersenggal-senggal, Zayyan mengambil tangan Adnan dan merasakan bahwa urat nadinya sudah tidak berdenyut. Demi meyakinkan diri, ia kembali menempelkan jarinya di hidung lelaki itu."Tidak mungkin!" Lelaki itu seketika memejamkan mata dengan badannya yang seketika melemas, saat menyadari jika Adnan sudah tiada. Tubuh Zayyan gemetar, ia tidak tau harus berbuat apa. Terpaksa lelaki itu menelpon ambulan dan membawa jenazah Adnan ke rumah sakit. ***Di sisi lain, Kania dengan cemas menunggu Zayyan. Lelaki itu bilang akan pulang pukul sepuluh malam, namun sekarang sudah tengah malam akan tetapi Zayyan tak kunjung datang. Kania berkali-kali menghubungi ponselnya, namun tidak ada jawaban. Ia yang kesal langsung melempar ponselnya ke sembarang arah. "Mas, kamu kemana si

  • Tukar Suami dengan Pelakor   Bab 27

    Zayyan tidak bisa menahan senyumnya saat melihat wajah Kania yang tampak kesal, wanita itu terus menggerutu karna tau Ibunya mendengar apa yang mereka bicarakan. "Mas Zayyan, kenapa bahas itu. Malu ih, di denger Ibu," keluhnya.Zayyan terkekeh, ia lalu mendekat ke arah Kania. "Hm, memangnya kenapa? Kan kita sudah suami istri!" bisiknya di telinga Kania. "Tapi 'kan, Mas ...."Cup! Mata Kania melebar saat Zayyan mencium bibir wanita itu sekilas, Kania yang sejak tadi tidak berhenti bicara langsung diam seketika. Kania yang sudah salah tingkah memilih untuk bangkit, namun Zayyan langsung menarik tangannya hingga badan wanita itu jatuh di pangkuan Zayyan. "Mau kemana, hm?" tanya Zayyan sambil melingkarkan tangannya di pinggang Kania. "Mas lepasin!" Kania memberontak namun Zayyan semakin mempererat pelukannya. "Diam Kania, saya masih merindukanmu," lirihnya membuat kania mengulas senyum tipis, ia yang menundukan kepala langsung mendongak menatap Zayyan. "Maafin kelakukan Mas kemari

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status