Share

Bab 3

#TUMBAL DARAH PERAWAN DAN MISTERI DESA KANIBAL

BAGIAN 3

"Cling cling" bunyi mata pisau tersebut terdengar semakin nyaring. Berlomba dengan suara jangkrik dan kicauan burung hantu. Jeremi lelaki bertubuh gempal tersebut, tersadar dari pingsannya. Memicingkan mata dan seketika matanya terbelalak.

Sang kepala suku tengah mengasah sebilah pisau. Setelah dirasa sangat tajam, dia mencoba menyembelih seekor kelinci tanpa ucapan Basmalah. Kelinci tersebut menggelepar di atas tanah, dengan kepala terputus. Jeremi hanya bisa menelan air ludah.

"Kau sudah sadar Jeremi?" Tatapan matanya memerah. Bau alkohol menyeruak didalam ruangan, bercampur dengan aroma darah.

Jeremi menyadari jika dirinya telah terikat mati, disebilah batang kayu. "Apa yang anda lakukan kepada saya?"

Kepala suku tertawa "Saya hanya bersenang-senang saja."

Beberapa menit kemudian, seorang wanita memakai jubah hitam dengan wajah tertutup menghampiri mereka. "Ayah kita tidak punya waktu lagi, lelaki ini harus kita habisi."

"Tria? Apa itu kamu Tria?" Jeremi berusaha mengingat suara tersebut.

Wanita tersebut membuka jubahnya "Saya Tria, Tria yang membawa kamu kesini. Kita akan bersenang-senang sayang."

"Lepaskan saya Tria, lepaskan saya. Apa yang akan kalian lakukan kepada saya?" Jeremi mulai ketakutan.

Jeremi menyembunyikan sebuah camera dibalik bajunya. Camera tersebut sengaja dia bawa, untuk merekam kebersamaannya dengan Tria. Semakin dia bergerak Camera tersebut terjatuh. Namun Tria dan ayahnya tidak mengetahui keberadaan camera itu.

"Seperti yang ayah katakan, hanya sekedar bersenang-senang." Tria mengeluarkan ular piton berukuran satu meter.

"Jauhkan ular tersebut dari saya Tria, jauhkan!" bentak lelaki bertubuh gempal tersebut.

"Ooh berani-beraninya kamu membentak saya," Tria tersenyum dan mengeluarkan satu ekor Kelabang. "Kamu lihat ini? Dua makhluk lucu ini akan bermain-main dengan kamu."

"Jangan-jangan lakukan itu Tria saya mohon jangan lakukan itu."

Tria tidak perduli dia memasukkan kelabang tersebut kedalam baju Jeremi. Dan sengatan demi sengatan dia terima. Tria tertawa puas melihat hal tersebut.

***

Dirumah pak Ruli aku tidak bisa tidur nyenyak. Pasalnya Jeremi tidak pulang dari tadi siang. "Andai saja sikapku tidak berlebihan kepada dia, mungkin sekarang keadaannya berbeda." Aku segera keluar dan menghisap sebatang rokok.

Asap rokok tersebut membumbung tinggi dan sekaleng bir aku teguk malam itu. Lisa yang melihat segera membuang rokok dan bir tersebut. "Sejak kapan kamu minum dan merokok?"

"Bukan urusan kamu!!" Aku segera meninggalkan dia dalam keremangan malam.

"Kak," panggil Rinta anak bungsu pak Ruli. Bocah 10 tahun tersebut menghampirinya.

"Kenapa belum tidur dek?" tanya Lisa dengan nada lembut.

"Gak bisa tidur kak, biasanya suara ngorok bang Jeremi jadi musik pengantar tidur ku." ujarnya sambil sesekali menepuk nyamuk yang menggerogoti pergelangan tangan kami. "Kakak kenapa tertarik untuk menjelajah Desa ini?"

Lisa tersenyum sambil mengusal rambut Rinta "Karena menurut kakak Desa ini unik, dan sama sekali belum terjamah oleh Dunia modern." Lisa mengeluarkan Smartphonenya. "Ini namanya Ponsel, kami menggunakan ini untuk saling berinteraksi satu sama lain. Alat ini mampu menembus jarak ribuan mil. Coba kamu pegang?" Lisa memberikan benda pipih tersebut.

Awalnya Rinta berusaha menjauhi dan terlihat ketakutan. Namun, Lisa memegang tangannya untuk menyentuh ponsel miliknya. Lisa memutarkan sebuah lagu, Rinta mendengarkan dengan seksama. "Apa ini suara Raja?" tanya Rinta dengan nada polos.

"Raja? Bukan ini suara dari benda pipih ini. Kamu harus janji, untuk tidak memberitahukan ini kepada siapapun. Termasuk ayah dan ibu. Mengenai Raja? Siapa Raja? Bukannya pemimpin disini adalah Kepala Suku?"

Wajah Rinta berubah seketika, dia mengambil jemari Lisa dan menautkan dengan jemarinya. "Berjanjilah jika kakak tidak akan memberitahukan ini kepada siapapun." ujarnya dengan nada gugup.

Lisa mengangguk "Raja adalah sesembahan kami. Dialah yang menyuburkan tanah dan menggemukkan hewan. Dialah penurun hujan dan badai. Apa kakak sudah menikah?" tanya Rinta seketika.

Lisa menggeleng "Dek orang seperti kakak tidak ada yang suka." ujar Lisa sambil tersenyum.

Rinta mendekat dia mengeluarkan sebuah benda. "Peganglah jimat ini, ibu bilang ini bisa melindungi kita dari incaran Raja. Raja akan meminta tumbal setiap bulan purnama tiba. Darah perawan akan ditampung dalam sebuah bejana berukuran besar. Sang wanita akan digantung terbalik dengan beberapa luka sayatan. Mereka akan disiksa dan akan meninggal dalam keadaan tanpa busana dan membusuk dikerumuni oleh ulat-ulat dan belatung." Ibu bilang kamis adalah waktu bulan Purnama."

Lisa menelan ludah dia berharap itu hanya mimpi saja. "Apakah hilang Jeremi ada kaitannya dengan sembahan kalian?"

Belum sempat Rinta menjawab mereka dikejutkan dengan teriakan Kinara.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status