Share

Tunangan Naif Pewaris Bengis
Tunangan Naif Pewaris Bengis
Penulis: Purplexyiii

Membuat Dia Menyesal

Penulis: Purplexyiii
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-10 08:38:47

“Minggu depan kamu harus bertunangan dengan Nayla.”

Ucapan itu terlontar dari mulut David, ayah Elvan dengan tegas dan nada dingin seolah tidak bisa dibantah. Namun, Elvan yang duduk di hadapan pria itu langsung berdecak kesal.

“Jangan bercanda, Pa. Sekarang udah zaman modern, aku bebas milih sendiri siapa pasanganku nanti."

“Pihak keluarga Nayla sudah setuju. Ini perjanjian yang kami buat tujuh tahun lalu sebagai bentuk kerja sama untuk menyatukan perusahaan. Papa tidak mau mendengar penolakan dari kamu." David menatap putra semata wayangnya dengan serius.

Elvan seketika tertawa kecut. Ia sungguh tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh papanya itu. Kata-kata yang paling tidak ia sangka keluar dari mulut orang tuanya selama dua puluh tahun hidup sebagai anak tunggal.

“Papa udah melupakan hak aku sebagai seorang anak yang bebas memilih, ya? Kenapa, sih, papa selalu maksa?” dengkus Elvan berani.

“Elvan Ganendra!” tegur Laras seketika dengan mata penuh emosi, ibu Elvan itu tengah duduk di sebelah David.

Elvan menoleh, tatapannya terkejut, sekali lagi ia tidak menyangka dengan apa disaksikannya sekarang ini. Elvan pun terkekeh hambar menatap mamanya. Wanita muda itu nyaris tidak pernah membela dirinya.

“Jadi mama juga setuju? Kalian bener-bener egois, ya!"

“Jangan berani melawan, Elvan. Apa kamu melupakan jasa kami yang sudah membesarkan kamu selama ini? Papa akan menganggapmu durhaka jika tetep nolak permintaan kami yang terakhir kali. Papa tidak meminta banyak, kamu cukup menyetujui keputusan kami untuk bertunangan dengan Nayla."

Ekspresi wajah David yang datar tanpa senyum membuat Elvan menghela napas panjang. Lagi dan lagi ia harus mengalah dengan keegoisan kedua orang tua yang tidak pernah ada habisnya.

“Aku akan melakukan apapun asal jangan perjodohan konyol itu. Kalian tahu aku, kan, masih muda dan masih kuliah. Masa depan aku juga masih panjang, belum waktunya aku tunangan, apalagi sampai menikah." Elvan mengepalkan jemari tangan dengan rahang mengeras.

Laras menghela napas panjang, tatapannya tersirat tegas. “Kamu masih bisa kuliah setelah bertunangan. Baru setelah lulus sarjana kamu akan menikah dengan Nayla, itu pun kamu masih bisa melanjutkan kuliah S2 lagi. Jangan kamu pikir kami tidak menata masa depanmu, Elvan. Justru kami sudah menyusun semuanya dengan matang.”

“Jangan khawatir, kami melakukan ini bukan karena tidak menyayangimu,” timpal David.

Elvan menyeringai tipis, ia sudah tidak mempunyai harapan lagi untuk menolak, jika pun bisa—itu sama saja ia akan menjadi anak durhaka. Dan ia tidak mau hal itu sampai terjadi.

“Tapi kenapa harus Nayla? Dia bahkan adik kelas yang sama sekali tidak aku kenal," protes Elvan.

David menatap jengah kepada putra satu-satunya yang sedari tadi sangat sulit hanya untuk sekadar mengatakan ‘iya’. “Jangan banyak protes. Van. Dia sudah menjadi pilihan terbaik yang kami cari!"

Elvan mendengkus keras, muak dengan orang tuanya yang begitu menyebalkan. “Oke, sekalinya egois, selamanya bakal tetep egois. Papa sama mama memang tidak pernah mengerti perasaan aku.”

“Elvan, jaga bicara kamu!” bentak Laras dengan emosi yang meledak. David di sebelahnya mengusap telapak tangan wanita itu supaya bisa mengendalikan diri.

Elvan menghela napas panjang, lalu berdiri disusul dengan decihan tipis dari bibirnya. Ia menatap kedua orang tuanya bergantian dengan serius.

“Aku tahu selama ini hanya beban di mata mama sama papa, tapi it’s okay, aku akan menerima perjodohan itu demi kalian. Entah ke depannya aku bisa bertahan atau tidak, kalian jangan menyalahkan aku jika ternyata hatiku bukan untuk dia."

“Cinta itu tidak bisa dipaksa, Pa, Ma,” imbuh Elvan.

David dan Laras terdiam, mereka tidak lagi berbicara ketika Elvan sudah beranjak pergi meninggalkan ruang tamu dan menaiki anak tangga menuju kamarnya. David menghela napas panjang, sementara Laras mendengkus kasar melihat sifat putranya yang sedari dulu tidak pernah berubah.

“Anak itu benar-benar tidak mengerti balas budi. Aku cemas kita tidak bisa bekerja sama dengan perusahaan Antonio." Laras memijit pelipisnya yang pening.

“Tenang saja. Kita sudah melakukan yang terbaik. Aku akan memastikan dia tidak bisa kabur." Sebelah sudut bibir David tertarik ke atas.

***

Ruangan bernuansa gelap itu menjadi tempat yang Elvan tuju. Ia menutup pintu, lalu menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang dengan helaan napas panjang. "Di zaman modern begini kenapa harus ada perjodohan, sih?"

Masalah bertambah saat Elvan mengetahui bahwa calon tunangannya adalah Nayla, si mahasiswi semester pertama yang terkenal dengan sifat manjanya di kampus. Tidak hanya itu, kata teman-temannya seangkatan yang ia dengar Nayla itu perempuan yang cerewet dan over PD.

“Benar-benar nasib buruk. Dari sekian banyaknya perempuan, kenapa harus dia yang bakal jadi tunanganku? Sialan." Elvan terus menggerutu sambil menutupi wajah dengan lengan.

Sayang, kekesalannya itu percuma karena ujung-ujungnya ia tetap tidak bisa menolak, apalagi kabur. Bisa-bisa semua fasilitas yang selama ini ia terima akan disita oleh kedua orang tuanya.

Sebelum Elvan hendak memejamkan mata, ia mengumpat kesal saat mendengar suara sang mama dari arah luar kamarnya sembari mengetuk pintu. Elvan turun dari kasur untuk membukanya dengan malas.

Laras segera masuk setelah pintu terbuka. Ia menatap putranya dengan serius. “Hari ini kamu dengan Nayla harus fiting baju dan cincin pertunangan. Mama ingin kamu bersikap baik dengan Nayla di pertemuan pertama ini. Mengerti?”

“Kenapa mendadak banget? Bukannya besok bisa, ya? Acaranya, kan, masih lama, Ma," decak Elvan. Ia sejujurnya malas bertemu dengan gadis itu. Benar. Sangat malas.

Laras menggeleng kuat-kuat, ia membenci bantahan. “Kamu tahu mama tidak suka penolakan. Mau tidak mau, kamu tidak bisa protes. Cepat siap-siap, kamu harus menjemput Nayla di rumahnya. Nanti mama kirim lokasinya lewat chat. Paham?”

Jika sudah begini, tidak ada cara lagi untuk Elvan mengatakan ‘tidak’. Kenyataannya ia tidak bisa membantah perintah sang mama bagaimana pun caranya. Elvan akhirnya membuang napas panjang dengan ogah-ogahan.

“Paham.”

“Cepat turun dan berangkat, kamu pasti tahu Nayla itu gadis yang tidak suka menunggu lama,” perintah Laras yang dibalas anggukan malas oleh Elvan.

Laras keluar dari kamar, sementara Elvan menyusul di belakang dan menutup pintu. Sebelum menuruni anak tangga, ia menarik napas dalam-dalam untuk menetralkan rasa kesalnya yang tertahan. Ia berulang kali menahan diri untuk tidak mengeluarkan umpatan.

“Aku berharap perempuan itu membenciku." Elvan bergegas turun dan berjalan menuju ke garasi mobil. Ia memukul setir mobil kemudian menghela napas kasar.

“Aku pasti akan membuat dia menyesal karena menerima perjodohan ini." Tangan Elvan terkepal kuat sambil memegang setir, lalu sesaat memejamkan mata sebelum menancap gas mobil.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tunangan Naif Pewaris Bengis   Kebahagiaan yang Melimpah

    Beberapa bulan kemudian, Nayla tiba-tiba merasa mual yang tak biasa. Elvan yang waspada segera menyembunyikan kekhawatirannya di balik senyum yang hangat. Ia sudah bisa menebak bahwa kabar baik akan datang.Meskipun begitu hati Elvan tak bisa menahan kecemasan yang berkobar di dalamnya. Akhirnya Elvan memutuskan pergi ke dokter untuk memastikan kondisi Nayla. Elvan berharap Nayla tetap sehat dan baik-baik saja tanpa ada masalah.Di sebuah ruangan, suasana gelisah terasa semakin nyata di antara mereka berdua. Elvan menggenggam erat tangan Nayla, memberikan dukungan dan kehangatan dalam ketidakpastian yang mereka hadapi bersama. Ketika hasil tes keluar, keheningan yang tegang memenuhi ruangan itu. Jantung mereka sama-sama berdegup kencang untuk menunggu detik-detik yang akan datang.Ketika hasilnya sudah keluar, Nayla menatap Elvan dengan mata berbinar, sebelum akhirnya ia meneteskan air mata kebahagiaan. “Aku hamil, Elvan,” ucap Nayla dengan suara bergetar.Elvan tersentak oleh kabar b

  • Tunangan Naif Pewaris Bengis   Sebagai Pendamping Setia

    Elvan dan Nayla memilih untuk hidup sederhana dalam rumah mereka yang indah. Walaupun begitu mereka tetap bisa menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil, seperti berbagi senyuman di setiap pagi, berjalan-jalan di taman, dan menikmati waktu bersama tanpa banyak kemewahan yang membutuhkan. Nayla merasa senang bisa hidup bersama Elvan tanpa banyak sesuatu yang mewah. Nayla sangat bahagia karena rumah mereka penuh dengan canda tawa dan kasih sayang, sehingga selalu menciptakan suasana hangat dan damai di setiap sudutnya. Nayla merasa jika ia akan selalu bahagia. Nayla jadi yakin bahwa ia tidak akan pernah merasa menderita dan terluka jika hidup bersama Elvan.Berbeda dengan di masa lalu, walaupun mereka berasal dari keluarga yang penuh masalah, tapi mereka tidak ingin di masa depan mereka melakukan hal yang sama seperti orang tua masing-masing. Nayla akan berjanji jika suatu saat ia dan Elvan mempunyai anak, Nayla tidak akan membuat mereka merasakan apa yang ia rasakan di masa lalu. Nayl

  • Tunangan Naif Pewaris Bengis   Komitmen dan Janji

    Beberapa hari setelah pernikahan mereka, Elvan mempersiapkan kejutan istimewa untuk Nayla. Dengan hati penuh cinta, Elvan mengajak Nayla untuk menutup matanya dan membawanya ke depan rumah baru yang ia beli dengan kerja kerasnya sendiri."Kamu membuatku berdebar-debar, El. Sebenarnya apa yang sedang kamu rencanakan? Apa itu bisa membuatku menangis?" tanya Nayla tertawa geli ketika berjalan tertatih-tatih dengan Elvan di belakangnya dan menutup kedua matanya. "Ini rahasia, Nay. Tapi aku yakin bisa membuatmu tidak bisa berkata apa-apa," jawab Elvan tersenyum geli, ia menuntun Nayla untuk berjalan dengan hati-hati.Saat Nayla membuka mata, pandangan mata Nayla terpana melihat rumah sederhana namun modern yang disiapkan khusus untuk mereka berdua. Sorot mata Nayla pun bercahaya dalam kebahagiaan dan terkejut yang tak terkira. Benar kata Elvan, ia tidak bisa berkata-kata. Nayla melebarkan mata, sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan. Benar-benar merasa seperti mimpi.Namun, kejutan E

  • Tunangan Naif Pewaris Bengis   Hari Penuh Makna

    Berbulan-bulan berlalu sejak hubungan antara Elvan dan Nayla semakin erat, kini suasana di sekitar mereka penuh dengan kehangatan dan harapan baru. Hubungan mereka menjadi semakin tidak terpisahkan. Rasa sayang mereka juga bertambah dalam dan luas.Elvan telah berubah menjadi pribadi yang lebih peduli dan penuh kasih, akhirnya hari ini memutuskan untuk mengajak Nayla ke kantor agama dan melangsungkan pernikahan yang dinantikan oleh keduanya. Tanpa perlu kemewahan, mereka hanya berharap bisa segera terikat satu sama lain.Hari yang penuh makna itu pun tiba. Nayla dengan cahaya kebahagiaan yang bersinar dari matanya, memilih untuk berdandan sendiri dan menggunakan make up yang sederhana sebagai bentuk kehematan. Nayla juga tidak ingin membuang banyak uang hanya untuk penampilan heboh selama satu hari. Meskipun sederhana, kecantikan alami Nayla tetap bersinar sebagai cermin dari kebahagiaan dalam hatinya. Nayla tetap menawan dan sempurna di hari pernikahannya. Tidak ada yang bisa menand

  • Tunangan Naif Pewaris Bengis   Kamu adalah Cahaya

    Elvan akhirnya sembuh dari traumanya setelah berbulan-bulan perjuangan yang panjang. Dengan tekad dan dukungan yang tak kenal lelah, ia berhasil bangkit dari keterpurukannya. Elvan benar-benar sudah berubah kembali menjadi Elvan yang hangat dan penuh perhatian pada Nayla. Benar, hanya saat dengan Nayla.Setiap langkah kecil yang Elvan ambil menuju pemulihan menjadi bukti kekuatan dan keteguhan hatinya. Elvan benar-benar sudah kembali menjadi Elvan yang dulu. Menjadi Elvan yang tidak akan menyakiti Nayla dan membuatnya terluka.Berbagai upaya dan terapi yang Elvan jalani membantu meredakan beban traumanya dengan baik. Dukungan dari orang-orang terdekat, termasuk Nayla, memberikan kekuatan tambahan baginya. Elvan bisa melewati semuanya karena semangat yang diberikan Nayla selalu ampuh untuk mengatasi rasa bosannya ketika menjalani terapi.Karena dengan semangat yang membara, Elvan telah berhasil melawan ketakutan dan kegelisahan yang selama ini menghantuinya. Rasa cemas Elvan kini sudah

  • Tunangan Naif Pewaris Bengis   Sudah Mendapat Restu

    Hari yang berjalan seperti biasa. Nayla sedang mengerjakan tugas yang belum selesai. Dan beberapa menit lagi sudah tiba jam makan siang. Walaupun lelah, Nayla sebenarnya sangat menikmati pekerjaannya yang menyenangkan. Meski harus sedikit menguras pikiran dan otak karena jika ada sedikit kesalahan, maka bisa menjadi kesalahan yang fatal. Tapi akhirnya setelah berulang kali memeriksa, Nayla telah yakin dengan hasilnya, ia segera mengirim ke email lalu tepat setelah itu jam makan siang telah tiba.Ketika Nayla baru selesai membereskan mejanya, tiba-tiba ia mendapat telepon dari mama Elvan, Laras. Nayla terkejut karena sudah lama sekali mereka tidak berhubungan. Tapi Nayla segera mengangkat telepon itu agar wanita itu tidak lama menunggu. Ketika selesai bertelepon, Nayla cukup penasaran karena mama Elvan mengajaknya bertemu di kafe. Itu artinya mereka akan membicarakan sesuatu yang serius. Dan entah kenapa Nayla cukup berdebar-debar.“Ada apa, Nay? Apa kamu tidak ke kantin?” tanya sala

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status