Share

Bab 3

"Hei, Ria .. ngelamun aja! Kesambet, loh!" Tiba-tiba ada yang mengagetkanku dan segera kuhapus lelehan air mata untuk menutupi kesedihanku.

"Gak kok, Mas, aku gak lagi ngelamun, kok!" elakku lalu mengalihkan pandangan pada Dhea untuk menyembunyikan sorot mataku yang mungkin terlihat sembab.

"Kenapa? Dhea minta jajan, ya? Terus kakaknya juga kepengen, akhirnya merengek nangis, ikutan minta terus gak dikasih, ya? Hahaha ...," godanya.

"Apaan sih, Mas Reyhan ini, Dhea itu anakku bukan adik ku! lagian siapa juga yang rebutan jajan?" protesku kesal mendengar ejekan yang terus dilontarkannya setiap kali dia melihatku sedih.

"What? Anak? Kalian itu pantesnya adik-kakak, karena usianya gak beda jauh hahaha ... makanya dulu kalau masih kecil jangan buru-buru nikah terus punya anak! Akhirnya gak ada yang percaya,kan, kalau itu anaknya? Terus kalau anaknya nangis minta jajan, ibunya juga ikutan nangis pengen jajannya juga!" ejeknya panjang kali lebar sambil menghempaskan pantat di sebelahku tepat, di atas rerumputan hijau taman.

"Ih, nyebelin, puas ya kayaknya kamu ngetawain aku? Biarin jadi mahmud (mama muda), berarti aku cantik, dong, masih kecil udah laku. Daripada situ udah bangkotan gak laku-laku hahaha ...," ejekku membalasnya.

"Pedenya selangit, Mbak! Akutuh bukanya gak laku tapi belum laku, catet ya!" elaknya sambil monyongin bibir sepertinya gantian kesal.

"Ahahaha ... biarin, fakta tau! Tuh, satu sama, kan? Gantian situ yang sebel!" celotehku, puas juga bisa gantian godain dia.

"Aku 'kan nungguin kamu! Hehehe...," ucapnya sambil kedip-kedip mata genit.

"Nungguin aku nyariin jodoh buat kamu? What? Mana ada yang mau sama cowok sinting kaya kamu? Hahaha ...," balasku.

"Sialan ngatain aku sinting! Gini-gini ketampanan kudi atas rata-rata loh," ucapnya ke-pedean.

"Emang!, Sinting ahahaha ... sama aja bohong, Pak, kalau ganteng tapi gak laku-laku hahaha ...," Ih puas bener deh aku ngatainnya.

"Awas yah k,, kalau gak ada yang mau sama aku pokoknya kamu mesti tanggung jawab! Terpaksa kamu yang harus jadi istriku!" ancamnya sambil tersenyum nakal.

" Ogah ah, nikah sama om-om genit kayak kamu! Kamu yang salah kok, aku yang tanggung jawab?" protesku.

"Enak aja ngatain aku om-om, kita cuma beda usia lima tahun tau! Harusnya kamu manggil aku kakak tampan hahaha ...!Pokoknya kamu mesti tanggung jawab, kesucianku sudah ternoda oleh olokanmu itu!" katanya lalu menarik hidung mancungku.

"Awww ... kebiasan, deh!" pekikku lalu balas mencubit perutnya.

"Ampun, sakit! Aku kalah deh, sama kamu hidung tomat! Dia meringis sambil melepas tangannya dari hidungku.

Aku pun melepaskan cubitanku padanya, kemudian mengelus hidungku dan segera berlari meninggalkannya untuk mengatur degup jantung yang tak berirama saat mendengar kata-katanya tadi.

Aku tahu itu bukan candaan, itu adalah sebuah kejujuran darinya karna dulu dia pernah memintaku untuk menjadi istrinya. Namun, kutolak karena statusku yang masih bersuami walau sudah lama berpisah. Dan aku terus berusaha menghindari pertanyaannya itu.

" Hei, mau ke mana? Udah puas ya, kamu ngejek aku?" teriaknya.

"Aku mau pulang, mau beres-beres sama nyiapin makan malam. Titip Dhea ya, nanti kalau dia udah puas main, tolong antar pulang!" Kutolehkan kepala sebelum agak jauh sambil tersenyum padanya. "Oh ya, satu lagi, nanti ikut makan malam di rumah ya!" timpalku lagi.

"Beres, Non, buat kamu apa sih yang enggak? Itung-itung latihan momong anak!" jawabnya sambil mengacungkan jempol tanda setuju.

Aku segera berlalu menuju rumah.

*** Reyhan POV ***

Kupandangi punggung itu sampai hilang dari pandangan.

Walau usianya masih sangat muda. Namun dia sangat dewasa, dia itu semangatnya seperti iklan semen, "Kokoh tak tertandingi!".

Dia sangat tegar dan keras kemauannya, tapi sangat lembut hatinya.

Tak mau dikasihani dan tak mau diremehkan, baginya harga diri anaknya itu yang paling utama.

Semua yang ada padanya membuatku sangat menggilainya, empat tahun sudah aku bersabar menunggunya menerimaku menjadi pendamping hidupnya. Namun, sepertinya belum ada tanda-tanda dia akan menerimaku dan mau melupakan mantan suaminya.

Dia sangat pandai menjaga rahasia, sampai sekarang aku masih belum bisa mengorek tentang masa lalunya.

Hanya sedikit saja yang dia ceritakan padaku dan itu karna ancamanku agar aku bisa melindunginya dari tudingan orang-orang diluaran sana yang mengira dia perempuan nakal.

Tapi, aku bahagia bisa melihatnya tertawa sejenak melupakan kepedihannya, walau tak bisa membasuh lukanya tapi setidaknya aku berusaha sedikit mengobati lukanya dengan gurauan yang kadang keterlaluan menurutku untuknya.

Asal kau bahagia, aku rela kau cela Rianaku ....

Entah apa yang kau pikirkan tadi Riana? Mungkinkah kau sudah bertemu dengan suamimu?

Maafkan aku jika harus melakukan semua ini, maaf jika aku harus mengorek luka lamamu!

Ini semua demi kebaikanmu dan Dhea, aku tak tega melihatmu hidup terlunta-lunta seperti ini, sudah cukup empat tahun ini kalian menderita.

Aku juga akan persiapkan hatiku untuk kecewa jika nanti kau kembali bersama suami yang masih mencintaimu lagi.

Tapi bila kita berjodoh, aku yakin nanti kita pasti akan bersama.

Maaf, maaf ... Rianaku. Maafkan aku harus menghadirkan orang yang menyakitimu lagi.

*** Reyhan POV OFF ***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status