Share

Bab 3

last update Dernière mise à jour: 2021-06-05 15:07:09

"Hei, Ria .. ngelamun aja! Kesambet, loh!" Tiba-tiba ada yang mengagetkanku dan segera kuhapus lelehan air mata untuk menutupi kesedihanku.

"Gak kok, Mas, aku gak lagi ngelamun, kok!" elakku lalu mengalihkan pandangan pada Dhea untuk menyembunyikan sorot mataku yang mungkin terlihat sembab.

"Kenapa? Dhea minta jajan, ya? Terus kakaknya juga kepengen, akhirnya merengek nangis, ikutan minta terus gak dikasih, ya? Hahaha ...," godanya.

"Apaan sih, Mas Reyhan ini, Dhea itu anakku bukan adik ku! lagian siapa juga yang rebutan jajan?" protesku kesal mendengar ejekan yang terus dilontarkannya setiap kali dia melihatku sedih.

"What? Anak? Kalian itu pantesnya adik-kakak, karena usianya gak beda jauh hahaha ... makanya dulu kalau masih kecil jangan buru-buru nikah terus punya anak! Akhirnya gak ada yang percaya,kan, kalau itu anaknya? Terus kalau anaknya nangis minta jajan, ibunya juga ikutan nangis pengen jajannya juga!" ejeknya panjang kali lebar sambil menghempaskan pantat di sebelahku tepat, di atas rerumputan hijau taman.

"Ih, nyebelin, puas ya kayaknya kamu ngetawain aku? Biarin jadi mahmud (mama muda), berarti aku cantik, dong, masih kecil udah laku. Daripada situ udah bangkotan gak laku-laku hahaha ...," ejekku membalasnya.

"Pedenya selangit, Mbak! Akutuh bukanya gak laku tapi belum laku, catet ya!" elaknya sambil monyongin bibir sepertinya gantian kesal.

"Ahahaha ... biarin, fakta tau! Tuh, satu sama, kan? Gantian situ yang sebel!" celotehku, puas juga bisa gantian godain dia.

"Aku 'kan nungguin kamu! Hehehe...," ucapnya sambil kedip-kedip mata genit.

"Nungguin aku nyariin jodoh buat kamu? What? Mana ada yang mau sama cowok sinting kaya kamu? Hahaha ...," balasku.

"Sialan ngatain aku sinting! Gini-gini ketampanan kudi atas rata-rata loh," ucapnya ke-pedean.

"Emang!, Sinting ahahaha ... sama aja bohong, Pak, kalau ganteng tapi gak laku-laku hahaha ...," Ih puas bener deh aku ngatainnya.

"Awas yah k,, kalau gak ada yang mau sama aku pokoknya kamu mesti tanggung jawab! Terpaksa kamu yang harus jadi istriku!" ancamnya sambil tersenyum nakal.

" Ogah ah, nikah sama om-om genit kayak kamu! Kamu yang salah kok, aku yang tanggung jawab?" protesku.

"Enak aja ngatain aku om-om, kita cuma beda usia lima tahun tau! Harusnya kamu manggil aku kakak tampan hahaha ...!Pokoknya kamu mesti tanggung jawab, kesucianku sudah ternoda oleh olokanmu itu!" katanya lalu menarik hidung mancungku.

"Awww ... kebiasan, deh!" pekikku lalu balas mencubit perutnya.

"Ampun, sakit! Aku kalah deh, sama kamu hidung tomat! Dia meringis sambil melepas tangannya dari hidungku.

Aku pun melepaskan cubitanku padanya, kemudian mengelus hidungku dan segera berlari meninggalkannya untuk mengatur degup jantung yang tak berirama saat mendengar kata-katanya tadi.

Aku tahu itu bukan candaan, itu adalah sebuah kejujuran darinya karna dulu dia pernah memintaku untuk menjadi istrinya. Namun, kutolak karena statusku yang masih bersuami walau sudah lama berpisah. Dan aku terus berusaha menghindari pertanyaannya itu.

" Hei, mau ke mana? Udah puas ya, kamu ngejek aku?" teriaknya.

"Aku mau pulang, mau beres-beres sama nyiapin makan malam. Titip Dhea ya, nanti kalau dia udah puas main, tolong antar pulang!" Kutolehkan kepala sebelum agak jauh sambil tersenyum padanya. "Oh ya, satu lagi, nanti ikut makan malam di rumah ya!" timpalku lagi.

"Beres, Non, buat kamu apa sih yang enggak? Itung-itung latihan momong anak!" jawabnya sambil mengacungkan jempol tanda setuju.

Aku segera berlalu menuju rumah.

*** Reyhan POV ***

Kupandangi punggung itu sampai hilang dari pandangan.

Walau usianya masih sangat muda. Namun dia sangat dewasa, dia itu semangatnya seperti iklan semen, "Kokoh tak tertandingi!".

Dia sangat tegar dan keras kemauannya, tapi sangat lembut hatinya.

Tak mau dikasihani dan tak mau diremehkan, baginya harga diri anaknya itu yang paling utama.

Semua yang ada padanya membuatku sangat menggilainya, empat tahun sudah aku bersabar menunggunya menerimaku menjadi pendamping hidupnya. Namun, sepertinya belum ada tanda-tanda dia akan menerimaku dan mau melupakan mantan suaminya.

Dia sangat pandai menjaga rahasia, sampai sekarang aku masih belum bisa mengorek tentang masa lalunya.

Hanya sedikit saja yang dia ceritakan padaku dan itu karna ancamanku agar aku bisa melindunginya dari tudingan orang-orang diluaran sana yang mengira dia perempuan nakal.

Tapi, aku bahagia bisa melihatnya tertawa sejenak melupakan kepedihannya, walau tak bisa membasuh lukanya tapi setidaknya aku berusaha sedikit mengobati lukanya dengan gurauan yang kadang keterlaluan menurutku untuknya.

Asal kau bahagia, aku rela kau cela Rianaku ....

Entah apa yang kau pikirkan tadi Riana? Mungkinkah kau sudah bertemu dengan suamimu?

Maafkan aku jika harus melakukan semua ini, maaf jika aku harus mengorek luka lamamu!

Ini semua demi kebaikanmu dan Dhea, aku tak tega melihatmu hidup terlunta-lunta seperti ini, sudah cukup empat tahun ini kalian menderita.

Aku juga akan persiapkan hatiku untuk kecewa jika nanti kau kembali bersama suami yang masih mencintaimu lagi.

Tapi bila kita berjodoh, aku yakin nanti kita pasti akan bersama.

Maaf, maaf ... Rianaku. Maafkan aku harus menghadirkan orang yang menyakitimu lagi.

*** Reyhan POV OFF ***

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Tunggu Jandaku, Om!   BAB 32

    "Mas, aku ... mencintaimu." Kupejamkan mata untuk mengurangi rasa malu saat mengucapkannya."Oh, terima kasih, Ria, aku juga sangat sangat sangat mencintaimu!" ucapnya girang. Kemudian melumat bibirku."Ish, Mas Reyhan! Katanya tadi nggak menciumku? Kenapa malah nyosor gitu?" Aku sedikit merajuk. Padahal dalam hati girang juga."Maaf, maaf, kebawa suasana. Gak usah melotot gitu, dong! Abis, aku gemes banget sama kamu." Mas Reyhan perlahan melepas cengkeramannya. "Tapi, kamu juga suka, kan dicium?" ledeknya sambil tersenyum manis.Senyummu, Mas, bikin meleleh!"Apaan?""Buktinya, tadi kamu bales juga! Pasti mau lagi, kan?" godanya.Ah, bodoh! Kenapa tadi secara gak sadar aku bales ciumannya? Bikin malu aja, Ria!"Udah, gak usah malu-malu gitu! Nanti kalau udah nikah pasti tiap hari aku kasih. Apa perlu tiap waktu?" godanya lagi yang semakin membuatku malu.Aku memang bukan anak gadis yang masih malu-malu dalam urusa

  • Tunggu Jandaku, Om!   Bab 31

    "Semoga yang Kakak ucapkan itu benar, tapi aku akan cari tahu sendiri kebenarannya." Lagi, Vanya tersenyum lalu menepuk tanganku."Beneran, Vanya. Kami cuma teman lama." Aku mencoba meyakinkannya."Udah, lupain aja, Kak. Aku senang bisa kenal sama Kakak. Di sini aku masih belum punya teman. Aku harap, Kakak mau jadi temanku.""Tentu saja aku mau jadi temanmu. Tapi, apa kamu gak malu temenan sama aku?"Vanya meringis."Kenapa harus malu, Kak? Aku yakin Kakak orang baik. Oh, ya, sebulan lagi aku akan menikah sama Kak Reyhan. Aku mau minta tolong sama Kakak, bantuin persiapan pernikahanku, ya!""Kamu belum benar-benar kenal aku, Vanya. Aku tak sebaik yang kamu kira.""Aku gak peduli, Kakak mau bilang apa. Yang jelas aku sangat yakin Kakak orang yang baik." Lagi, Vanya tersenyum sambil menatapku."Tapi, maaf, sepertinya aku tak bisa membantu. Aku tak bisa pergi kembali ke kota itu." Aku menolak sopan permintaannya, mendengar

  • Tunggu Jandaku, Om!   BAB 30

    "Jaga dan bahagiakan dia, Mas. Jangan pernah sakiti hatinya, dia sep--"Sebuah ciuman mendarat di bibirku, membuat terkejut sampai lupa dengan kelanjutan ucapan yang belum kuselesaikan itu.Kudorong tubuh Mas Reyhan kuat-kuat setelah rasio kembali terkumpul. Ini yang pertama dilakukannya padaku sehingga cukup canggung sekaligus emosi dibuatnya."Mas, apa yang kaulakukan?" bentakku padanya sambil tersengal menata napas dan gemuruh di dada, jantungku berdegup sangat kencang."Maaf, Ria, aku terbawa suasana, aku terlalu merindukanmu hingga tak sadar telah ... menciummu.""Kamu sudah berubah, Mas!" Merasa kesal aku mencoba membuka pintu mobil berusaha untuk keluar. Namun, pintunya sudah otomatis dikunci oleh Mas Reyhan membuatku kembali terdiam menahan amarah."Maaf, Ria, aku tidak sadar melakukannya. Maafkan aku!" Reyhan kembali memegang tanganku."Tapi, bukan begitu caranya, Mas!" Air mataku menetes, entah apa yang kurasakan saat ini. R

  • Tunggu Jandaku, Om!   Bab 29

    "Kuharap kamu bisa hadir di pernikahan kami, Ria," imbuhnya lagi."Tunggu, kalian mau menikah? Selamat ya, tapi gimana bisa?" ucapku sumringah disertai penuh rasa ingin tahu."Jadi begini, Nina lah yang selama ini selalu menghibur dan menguatkanku. Dia yang telah menyadarkan tentang kenyataan hidup, terutama menerima keputusanmu. Semua perhatiannya membuatku luluh dan merasa nyaman saat bersamanya, dan beruntungnya ternyata dia juga telah lama menyimpan perasaan padaku, lelaki bodoh ini," terang Dio sambil tertawa lalu memandang wajah Nina."Ah, mas Dio ini, bisa saja, aku 'kan nggak tega lihat kamu frustasi!" kelakar Nina sambil mencubit pinggang Dio, dia terlihat malu, pipinya bersemu merah sebelum menunduk."Mungkin memang kalian telah berjodoh, gak ada salahnya, kan? Oh ya, Diego mana kok dari tadi gak kelihatan?" Aku celingukan mencari sosok bocah kecil menggemaskan yang dari tadi tak kulihat keberadaannya itu."Diego telah dibawa Marissa dan

  • Tunggu Jandaku, Om!   Bab 28

    Saat tersadar aku sudah terbaring di ruangan yang beraroma obat-obatan. Rupanya Dio membawaku ke klinik yang tak jauh dari rumah, hal itu kuketahui setelah melihat dokter yang merupakan tetangga dekat itu tersenyum."Mbak Ria, sudah sadar? Apa yang dirasakan sekarang?" tanyanya lalu memeriksaku.Aku hanya menganggukkan kepala, karena badanku masih sangat lemah juga kepala terasa berat dan sedikit pusing."Jangan terlalu stres ya, Mbak, asupan makanannya juga dijaga biar ....""Apakah Ria sedang hamil, Dok?" Dengan semangat Dio memotong perkataan dokter."Apa kalian sedang program hamil?" tanya dokter yang bernama Rika itu balik, aku segera menggeleng sedangkan Dio antusias menganggukan kepalanya dengan cepat."Iya, Dok, kami sedang program hamil," ucap Dio asal."Tapi, sayang sekali kalau kondisi Mbak Ria seperti ini, mana bisa program kalian itu berhasil. Yang ada Mbak Ria malah kena penyakit typus kalau jarang makan seperti ini," te

  • Tunggu Jandaku, Om!   Bab 27

    ***POV RIA***"Hai, Mas, maaf aku ganggu!" ucapku setelah melihat Reyhan membuka pintu lebar-lebar."Hai, nggak ganggu kok, ada apa? Mari masuk!" Reyhan mempersilakan ke kamar tempatnya menginap."Terima kasih, ada yang mau aku bicarakan, tapi kita di teras saja, ya!" Aku duduk di kursi teras. Penginapan di sini memang hanya bangunan rumah kecil berisi satu kamar dan kamar mandi, dilengkapi sebuah teras beserta dengan kursi dan mejanya yang menghadap langsung ke laut."Apa yang akan kau bicarakan?" Mata Reyhan menyipit menyelidik ke arahku setelah ikut duduk di kursi kosong sebelahku."Bisa nggak kita batalin acara jalan-jalan nanti malam? Aku sedang tidak enak badan.""Oh, tentu saja bisa. Hanya jalan-jalan saja 'kan gak penting. Udah minum obat apa belum?""Udah, barusan. Mas, boleh nggak aku tanya sesuatu?""Apa?""Mas Reyhan jijik nggak kalau ketemu aku?" tanyaku ragu dengan suara sedikit pelan dan hati-hati.

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status