Share

Chapter 4

UNV, póli omíchlis, H

Karina memandang kagum gedung dihadapnnya ini, 'Apa ini yang namanya sekolah?' Batinnya senang.

Seumur hidup dia belum pernah pergi ke sekolah, tinggal dikota bawah dengan kemiskinan disana tidak mungkin bagi dia untuk bisa sekolah dengan baik.

Yolanda berjalan anggun, dia dua langkah lebih cepat dari Karina. Sesekali berusaha untuk tersenyum saat menerima sapaan dari orang-orang disekitarnya, sedangkan Karina hanya bisa tersenyum kikuk karena dia terus diperhatikan intens dari anak kampus.

 "Ini ruanganmu dulu, kau sangat senang jika harus tinggal disini. Jika sudah disini kau akan sangat sulit untuk di ajak keluar" Kata yolanda datar, seperti orang tidak iklas.

Karina menganggukkan kepalanya patuh seperti patung, melihat sekitar ruangan yang di dominasi warna biru dengan kagum.

"Apa kau juga disini?" Tanya karina penasaran.

Yolanda menghela nafas, "Aku sudah tamat kalau kau masih ingat, lagian aku juga tidak kuliah di  póli omíchlis bodoh"  Melangkah menuju sofa untuk membaca buku.

 20 menit sudah berlalu dan mereka masih saja duduk disini, Karina  mulai bosan sekarang.  Sedangkan yolanda hanya diam sambil membaca buku dari tadi, anak ini bahkan tidak bergerak sama sekali.

Karina benar-benar bosan.

"Apa kita akan tetap disini sampai sore" guman Karina memelas

Yolanda menutup bukunya,

"Tidak, kita sedang menunggu David" ucapnya datar.

Karina menghela nafas frustasi, sungguh demi apapun dia sangat bosan disini. Dia memutuskan untuk duduk di sofa lagi sambil  melanjutkan acara bengong tidak jelas.

Clek

Karina dan Yolanda melihat seseorang yang membuka pintu.

"Maaf membuatmu menunggu lama" ucap seorang pria tinggi dan menghampiri yolanda.

Karina menatap kagum pria tinggi ini, hidung mancung dan pria ini memiliki kulit coklat yang membuatnya semakin terlihat seksi.

Yolanda tersenyum kecil,

"Iya Dav" Memanggil sepupu bodohnya

"Kamu masih ingat dengan David kan?"

Karina tersenyum kikuk,

'Bagaimana mau ingat, lihat aja baru kali ini!' ucapnya membatin.

"David aku sudah bilangkan jika Karina hilang ingatan" Ucap yolanda lembut.

David tersenyum paham dan menghampiri Karina "Aku David, aku ketua bem dikampus ini dan kamu sekretarisku" ucap David sambil mengacak rambut Karina gemas.

Karina tersenyum kaku "Maaf aku lupa, mungkin akan ingat suatu hari nanti"

Mungkin~.

David tersenyum,

"kalian sudah makan?"

Dengan cepat Karina menggeleng  sedih, sedangkan yolanda hanya diam.

"Aku akan memesan makanan dikantin" Ucap David, membelai pipi Yolanda lembut.

Karina menatap kepergian David dengan senyum konyol, melihat  Yolanda sambil memicing mata "Sepertinya kalian dekat"

Yolanda kembali duduk,

" iya..dia tunanganku "ucapnya datar.

Karina terkejut "Benarkah! kau sangat beruntung memiliki tunangan yang sangat tampan" Adunya jujur.

Yolanda memandangnya tajam,

"Kau yang sangat beruntung"  Menatap jendela.

'Bisa memilikinya' Ucapnya dalam hati.

.

.

Mansion Mike

Karina masuk ke dalam  mansion dengan hati senang, tadi dia berwisata di kampus dan diberi banyak makanan oleh David. Pria itu lebih baik daripada wanita pucat tunangannya.

"Bagaimana harimu?" Tanya Mike.

Tersenyum koyol ,

"Sangat menyenangkan, bahkan tadi terus diberi makanan yang enak" tersenyum kotak.

"Jangan terlalu banyak makan, pipimu sudah sangat cabi" Membelai pipi gembil Karina.

"Aku tidak banyak makan dan kenapa bukan Mike yang mengantarku!" Protes Karina.

Mike memeluk Karina,

"Maaf sayang, tadi ada rapat mendadak jadi aku pergi. Bukankah ada yolanda

yang menemanimu?"

Karina merengut,

"Tapi dia sangat pendiam dan juga dingin, apalagi dia hanya duduk diam saja sambil membaca buku. apakah dia selalu seperti itu?"

"Hm, bagaimana sebagai permintaan maaf aku akan mengajakmu makan diluar"

Karina memekik senang, Mike yang gemes memeluknya erat.

.

.

RST.BQS

Mike membawa Karina memasuki sebuah restoran mewah yang memiliki tiga lantai, desain kuno terlihat kental di restoran. Dengan bantuan Mike akhirnya dia bisa makan ditempat mewah seperti ini.

Karina tersenyum saat seorang penjaga menyapanya dengan ramah, Mike berbincang dengan manager restoran tentang menu makanan malam ini.

"Mike aku mau pesan daging" Ucapnya antusias.

Mike yang mengerti langsung meminta pelayan untuk memesan apa yang Karina inginkan.

Karina dengan senang menunggu makanan, sesekali dia terkikik sendiri seperti orang bodoh. Dari dulu dia  sangat ingin makan ditempat seperti ini, selain tempatnya yang sangat bersih dan banyak makanan yang enak. Alunan musik dan juga tawa semua orang yang datang kesini  membuat Karina semakin bahagia.

Dia dulu sering melihat tempat seperti ini di majalah yang ditemukannya di pembuangan, melihat secara nyata membuatnya semakin terharu.

Mike tersenyum,

"Senang?" Ucap Mike lembut, berjalan mengampiri Karina yang terlihat bahagia ditempat.

Tersenyum manis,

"Sangat baik disini, aku merasa sangat nyaman Mike"

Merangkul bahu Karina,

"Dulu kau selalu cemberut saat aku mengajakmu kemari, ingin cepat pulang" Ucap mike datar.

Karina menatap kosong, dia paling benci jika Mike selalu menyebut nama wanita itu.

"Tapi aku senang sekarang, jika ingin tambah bilang saja"

Karina yang dari tadi diam langsung kesal saat mendengar perkataan Mike,

"Ishh...aku kan tidak rakus"  Memukul lengan mike dengan manja.

"Tapi sayang kau selalu tambah dirumah, bahkan sampai lima piring" Bingung Mike dengan porsi makan Karina.

Karina kesal dan langsung berdiri dengan marah, dia sedang tak ingin diganggu sekarang.

"Kamu mau kemana baby?"

Tanya mike.

"Mau ke kamar mandi"

Mike berdiri, merangkul pinggang Karina,

"Ingin diantar?"

Semakin merengut,

"Aku bukan anak kecil mike! lagian ini kan masih di dalam gedung"

.

.

Karina mencuci tangannya sambil tersenyum, dia  bersenandung ria dan sesekali terkekeh geli seperti orang bodoh.

“Wow...heehehe senangnya“

Baru saja akan keluar sebelum tangannya ditarik seseorang dengan kuat hingga membuatnya kesakitan.

"Apa kabar tikus manisku?" Ucap John

menyeringai.

"John"

John tertawa,

"Kenapa? apa kau mengira bisa bebas dariku jalang!"

Karina sangat ketakutan sekarang, dia tidak pernah mengira mereka akan bertemu lagi dengan di kota atas.

"Lepaskan aku john"

"Melepaskanmu?" Tersenyum remeh, mencengkram lengan karina kuat hingga membuatnya kesakitan.

Merasa lengannya hampir patah karena John, karina jadi semakin takut.

"Lepaskan aku, Tolong!!!"

"IKUT AKU JALANG!"

John dengan kuat menarik tangan Karina, menyeret sepanjang jalan dengan kasar. Dia sama sekali tidak perduli rintihan suara Karina yang kesakitan.

"Tolong hiiks.. lepaskan aku"

Keributan yang dibuat oleh dan Karina di sepanjang jalan membuat  pengunjung disana menatap heran, bahkan beberapa orang ada yang tidak perduli dan marah karena terlalu berisik.

"CEPAT!"

John akan segera menggendong Karina jika saja tidak dihadang oleh pria tua,

"Ada apa ini? " Tanya pria tua, melirik wajah ketakutan karina.

Mendengus tajam,

"Itu bukan urusanmu tuan" Balaa John kesal.

"Tolong saya tuan" Mohon karina dengan ketakutan.

Pria tua mengeluarkan kartu perak,

"Aku seorang polisi, lepaskan wanita ini sekarang juga" perintahnya tegas.

John terkejut mendengarnya, dia tidak mengira jika pria ini seorang polisi. Jika seperti ini dia tidak bisa berbuat banyak, dengan enggan dia melepaskan karina untuk kali ini.

"Terimakasih tuan! " Karina langsung berlari pergi.

John akan segera pergi, tapi polisi ini menghalangi jalannya!.

"Ada apa?"

"Tolong tunjukkan kartu ijin anda tuan" ucap polisi tegas

Dengan berat hati john mengeluarkan kartu, untung saja dia sudah mengurus ijin saat mau pergi ke kota atas, jika tidak dia akan ditangkap dan dikirim ke penjara.

'Sialan, hari ini aku sangat sial' John

.

.

Dua orang pria tampan berlari menuju tempat perdagangan jual beli manusia. Satu pria mungil masuk dari pintu belakang, sedangkan pria yang tinggi masuk dari pintu depan.

"Aku harap bisa menemukanmu Karina" Merapikan jasnya, berjalan masuk dengan wajah dingin.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status