Keesokan harinya aku pun bangun waktu suara adzan shubuh berkumandang. Ku lihat Mas Bowo sudah tidur di sampingku. Entah pukul berapa tadi dia pulang .Mungkin karena terlalu capek menangis, aku tertidur lelap hingga tau-tau sudah shubuh. Bergegas ku langkahkan kaiki ini ke kamar mandi membersihka. diri dan mengambil air wudhu untuk menunaikan sholatSelasai sholat, segera kulakukan aktifitas seperti biasanya. Dan tetap menyiapkan sarapan maupun kopi Mas Bowo. Tak lupa juga membangunkan Anita dan Mas Bowo"Bangun Mas, uda pagi. Cepet sholat shubuh keburu uda siang." kataku membangunkan nya tanpa menyentuh ya"Hmmm...." kulihat Mas Bowo tak bergeming.Malah dia memutar posisi tidurnya. Sunggguh, sukit sekali membangunkan orang yang hobi tidur seperti dirinya "Ayo bangun, nanti kamu juga telat kerjanya." Kataku dengan sedikit berteriak"Iya ya, duuh bawel banget. Pusing dengernya." Ucap Mas Bowo sambil mengacak-acak rambutnya dengan jengkel"Harusnya kamu tuh bersyukur, masih mending
"Aduuh, Ibu-ibu ini bisa aja. Gak ada sangkut pautnya juga kok sama Mas Bowo. Oh ya, ayok masuk. Biar cepet juga kuenya matang." Ku ajak Bu Rina dan Bu Dini masuk ke dalam rumah dan langsung menuju dapurSegera ku ambil semua bahan yang sudah ku simpan di dalam lemari kusus bahan-bahan jualan ku. Dan ku buka catatan pesanan pelanggan hari ini.Dengan sigap mereka berdua melakukan kegiatan yang semestinya di lakukan."Oh ya Bu, besok dan lusa tetep datang kesini ya. Soalnya pesanan lagi full. Meskipun besok aku mau nginap kerumah Emak Bapak dulu Bu. Tapi nanti ada Anita yang bakal tungguin sepulang sekolah, terus kuncie juga bakal ditaruh Anita ditempat biasanya ya. Dan insyaallah juga besok aku minta Pak Ahmad buat kurir kue kepelanggan." Ucapku disela-sela kesibukanAku memang sudah percaya dan terbiasa membiarkan Bu Rina dan Bu Ida bekerja dirumah ku meskipun aku sedang tidak ada dirumah."Beres Bu, tenang saja . Emang lalau boleh tau ada keperluan apa Bu Ida?" Tanya Bu Dini penasar
Aku pun hanya bisa diam mendengar ucapan Mas bowo. Hingga aku mendapatkan suatu ide gila. Ide yang mungkin bisa berguna untuk ku suatu hari nanti."Kenapa kamu jadi memeras ku kayak gini Mas?." Ucapku penuh penekanan"Loo bukan meras Da. Tapi ini keharusan kamu. Kalau kamu pergi, aku sama Anita mau makan apa? Kan kamu tau gak bakal ada yang masakin. Beli makanan juga pakek uang." Sungguh laki-laki tak punya otak dan perasaan, pikirku"Mas, uang gajimu kan uda kamu pakai sendiri. Bahkan untuk bulan ini saja aku tak kau nafkahi, eh bukan hanya bulan ini saja. tapi hampir setaun ini. Malah kau numpang hidup dari jerih payahku. Sekarang kau malah memeras ku." Kata ku sambil terisak"Ya kan aku ada keperluan Da, harusnya kamu jadi istri itu bisa bantu suami. Gantian dong, masak aku terus." Ucapnya tetap merasa tak berdosa"Tapi itu kan memang kewajiban kamu Mas. Aku nikah dengan mu itu ingin hidup bahagia, bukan malah hidup sengsara.""Lagian masih untung aku mau bertahan hidup sama kamu
Tepat pukul setengah sepuluh pagi aku pergi mengantarkan Emak dan Bapak ke bank untuk pencairan uang hasil penjualan tanah.Sesampainya di bank, kita di sambut oleh pak satpam dan di tanya keperluannya. Kemudian, kita di beri nomer antrian.Alhamdulillah hanya berselang sekita dua puluh menit kita mengantri, hingga akhirnya giliran nomer bapak mendapat panggilan ke customer service."Selamat siang, ada yang bisa dibantu Pak?" Sapa halus dari mbak-mbak customer serviceAkhirnya aku memberitahu maksut kedatangan kami yang ingin membuka rekening untuk pencairan uang hari ini.Setengah jam kemudian, semua proses telah selesai. Tak lupa juga aku mengurus M-banking agar saat ada keluar masuk uang, aku pun tahu.Setelah semua selesai, kita kembali pergi ke kantor desa, untuk menyerahkan nomer rekening. Tepat pukul satu siang, kita pun sampai di kantor Desa."Pemisi Pak Andi, ini no rekening saya." Kata Bapak sambil menyerahkan fotokopi nomer rekening yang sebelumnya sudah aku fotokopi saat p
Setelah berbincang dengan Emak dan Bapak, aku pun kembali masuk ke dalam kamar. Ku lihat hp ku, tak ada pesan masuk dari Mas Bowo.Ku coba iseng-iseng melihat status yang ada di hp ku, akupun tertegun dengan status adik ipar ku yang tengah memamerkan kalung barunya. Mungking ingin menyaingi ku, terbukti dari caption yang dia buat."Alhamdulillah suamiku, terimakasih sudah membelikan ku kalung ini tanpa susah payah bekerja seperti si itu. Makin saaaayaaang sama kamu."Begutilah isi caption distatus Lusi. Aku yang membacanya pun hanya bisa tertawa sendiri."Tunggu sebentar lagi Lus, apa kamu bisa menyaingi uang ku. Smoga kau, Ibu dan Mas Bowo tak sampai mati berdiri melihat uang yang kupunya." Ucapku dalam hati diikuti senyum sinis yng tersungging dibibirkuKemudian, aku pun memgistirahatkan tubuhku setelah melaksanakan sholat dhuhur bersama Emak dan Bapak tadi*****Klunting!!!Drrrt...Drrttt...Drrrttt!!!!Terdengar suara pesan masuk di hp ku. Kuraih hp yang sedari tadi tergeletak dise
"Da, aku ingin punya anak lagi." Ucapku saat melihat Ida sudah ada diatas ranjangMemang, walaupun Ida sudah sedikit berumur tapi pancaran kecantikanya tak sedikit pun luntur. Masih persis seperti saat aku pertama kali melihatnya.Bedanya hanya umurnya saja yang bertambah."Kita sudah berusaha keras Mas. Lagian aku pun sudah lebih umur untuk hamil kembali, mau bagaimana lagi. Allah belum memberi rejeki kita anak lagi. Yang sabar ya..." Ucapnya sambil mengelus lengan ku"Makanya, kita coba lagi ya malam ini ya. Please, kumohon!" Kutangkupkan tanganku didepan dada memohon agar Ida mengertiKulihat Ida pun mengangguk kan kepala tanda setuju. Akhirnya malam ini, aku dan Ida mencoba berjuang kembali untuk mendapat momongan. Besar harapanku, semoga kali ini berhasilSetelah sebulan kemudian, akupun bertanya kembali pada Ida. Mungkin aja ada hasil yang memuaskan"Da, gimana??" Tanyaku padanya"Gimana apanya Mas?" "Ya, apa kamu ada tanda-tanda hamil atau enggak?""Hmmm enggak ada Mas, aku su
Kukuruyyuuuk....Terdengar suara ayam jantan berkokok. Aku pun bersama Emak dan Bapak masih sibuk didapur menyiapkan sarapan. Karena sebentar lagi kita akan ke kota.Menjalankan misi baru, untuk membeli rumah. Kulihat wajah Emak dan Bapak begitu bahagia, bahkan teramat bahagia."Ayo sarapan dulu Pak, Nduk. Biar gak kesiangan ke kotanya. Nanti macet dijalan. Iya kan Nduk?" Tanya EmakAku pun membalas dengan senyuman dan anggukan. Karena ku tau Emak begitu antusias."Iya Mak, sebentar Bapak mau cuci tangan sama kaki dulu." Ucap Bapak yang sedari tadi membersihkan tumpukan kayu kering di depan dapurAku pun berlalu ke meja makan dengan membawa masakan yang matang kita masak."Mak, nanti kita makan di luar aja ya sekali-kali. Jadi gak usah bawa bekal.""Boleh Nduk, kita makan di rumah makan seafood ya. Emak sudah lama ta makan seafood, jadi kepingin." Kata Emak yang mungkin sedang membayangkan makan seafood"Emak lagi ngidam?" Candaku di ikuti gelak tawa Bapak dan Emak"Hahahah bisa aja k
"Sebenarnya kita mau ke mana sih Bu? Kok tumben amat pakai jemput Anita segala!".Ku tau, kini Anita begitu penasaran. Aku pun tersenyum mendengar pertanyaan nya."Kita mau beli rumah Nduk!!!" Tiba-tiba Emak menjawab"Ru-rumah? Buat siapa Uti?" Tanya Anita yang masih ke bingungan"Sayang, kamu tau kan kalau Uti sama Kakung jual tanah?" Tanya ku pada Anita dan dijawab dengan anggukan nya"Lah, uang hasil dari penjualan itu uda cair Nduk. Makanya Ibu ke rumah Uti, dan sekarang kita sama-sama, lihat-lihat rumah. Barangkali ada yang cocok." Ucapku menjelaskan"Tapi ingat, jangan sampai bilang sama Ayahmu. Kamu mengerti nduk?" Timpalku kembali"Paham Bu, aku bakal jaga rahasia kita bersama." Ku lihat Emak dan Bapak juga ikut tersenyum mendengar perkataan putriku. Aku begitu bersyukur, karena dia bisa memahami situasiku saat ini.Ku tetap mengemudikan laju kendaraan ku menuju perumahan satu ke perumahan lainnya. Melihat-lihat isi dalam rumah, bertanya tentang harga rumah, luas dan surat me