Share

URGENT MARRIAGE
URGENT MARRIAGE
Penulis: Je Adriani

Shan dan Naura

Suasana siang ini memang tak lagi asing untuk pria yang sekarang duduk dari balik meja berbahan mahoni itu.

Matanya sebentar-sebentar melirik pada gadis yang memiliki kebiasaan aneh nan ajaib. Siapa lagi jika bukan Naura Arifin, adik angkat menyebalkan yang sering sekali mengganggu.

"Ada perlu apa ke sini?" tanya laki-laki berperawakan tinggi itu terdengar cukup datar.

Si gadis tersenyum seraya meremas ujung kemeja berbahan kain chambray

melekat menutupi tubuhnya.

"Ekhem," Gadis itu berdehem sejenak. "Mmm, lo mau nggak nikah sama gue?" ujarnya kemudian tanpa ragu.

Mengutarakan kalimatnya tepat saat pria berkacamata itu menyemburkan minumannya.

Terkejut karena perkataan wanita yang duduk nyaman dengan raut wajah biasa, dan seperti tanpa dosa di seberang mejanya sungguh bukan main diluar dugaan.

"Apa? Lo ngelantur ya?" pekiknya.

"Hish! Pelan-pelan bisa tidak? Lo mau bikin gue jantungan," bentak di gadis.

"Justru lo yang bikin gue mati di tempat. Gila apa tiba-tiba ngajak kawin!" omel pria itu seraya mengusapkan lembaran tisu ke atas kemejanya.

"No, no, no. Wanita itu menggeleng disertai jari telunjuk terangkat mengisyaratkan kata tidak. "Menikah, bukan kawin." Koreksinya sok membenarkan.

"Sama aja!" Pria yang sekarang sudah berpindah tempat ke sofa panjang menukas ketus.

"Beda lah. Kawin itu kambing sama kambing. Lo sama gue spesies keturunan primata." ujarnya, lalu memperbaiki posisi duduk.

"Lo nyamain gue sama monyet?"

"Dari pada gue samain ame buaya. Mending mana?" ujarnya cuek.

"Kagak mendingan." jawab pria itu langsung menayangkan wajah sedatar papan.

"Jadi gimana? Mau ya?" lanjutnya bertanya lagi. Mengabaikan sorot mata jengkel dari laki-laki yang sekarang seolah ingin melahap perempuan bersurai kecoklatan itu.

"Kesambet apaan sih lo. Kagak ada angin, kagak ada hujan tiba-tiba ngajak kawin?"

"MENIKAH! SHAN, MENIKAH. LO MAU KUPINGNYA GUE KOREK PAKE LINGGIS?" seru si gadis malah sewot.

"Biasa aja dong lo, kagak usah ngegas. Udah kek kompor siap meleduk aja lo." timpal laki-laki dengan setelan rapi, wangi dengan anting kecil tersemat di sisi kuping kiri.

"Lo juga sih. Gue serius tahu," ungkapnya kesal. Bahkan matanya kini mendelik tajam dengan bibir maju lima senti.

Pria yang ternyata bernama Shan Alexander itu lantas menghela napas panjang. Mencoba tenang di tengah kerumitan pekerjaan.

"Kenapa mendadak? Lo hamil ya?" Terkanya lebih ke arah tudingan.

Membuat si gadis yang sedang menurunkan kadar kekesalannya kini menjadi-jadi. "What?"

"Lo hamil, bapaknya kagak mau ngakuin dan lo mau gue yang tanggung jawab, gitu?" ujar Fadlan menuruti prasangkanya. Sebab ia sangat tahu bagaimana pribadi wanita yang kerap kali datang ke kantorny dengan alasan ingin magang, padahal jelas ia pengangguran terhormat yang sukanya hanya mengganggu.

"Eh, keong sawah. Biar pun gue tukang gonta-ganti cowok. Sorry ya, soal prawan, itu nomor satu. Gue masih segelan." ungkapnya melotot disertai tangan berkacak pinggang.

"Ya kalo gitu kenapa, Jubedah?"

"Ayah,"

"Hah?"

"Ayah. Gue lakuin ini karena ayah!" paparnya mendadak sendu dengan bola mata terlapisi garisan kaca-kaca.

Shan menggeleng. "Nggak mungkin Naura,  gue kenal banget gimana ayah!"

"Ya lo kira gue enggak kenal gitu. Jangan mentang-mentang lo lebih beruntung bisa tinggal sama ayah dari kecil sementara gue baru setahunan ya."

"Nggak usah ngegas mulu dong. Kan bukan itu maksud gue. Heran ya lu kalo sama gue bawaannya sensian." ejek Shan.

"Kan gue belum selesai ngomong." tukasnya lagi.

"Ya udah ngomong sono."

***

Shan mendengarkan cerita secara seksama dari gadis yang bernama lengkap Naura Arifin sebaik yang ia bisa. Dan dapat Shan tangkap dari gestur tubuh Naura. Gadis itu sedang menahan sesuatu yang ada di dalam diri ketika membeberkan keinginan sang ayah.

Keinginan. Ya, itu hanya keinginan dan tidak berniat memaksa kedua putra mau pun putrinya bersatu dalam ikatan pernikahan. Ketika ayah keduanya tidak sengaja mengobrol dengan si sulung saat mereka berada di kolam ikan. Dan, Naura sama sekali tidak sengaja mendengarnya tadi pagi.

Entah mengapa? Itu justru membuat Naura kepikiran sampai akhirnya meyakinkan diri menemui manusia paling berwatak batu ke kantornya. Tidak lain, tidak bukan untuk mengatakan hal ini.

Melihat bahu Naura yang bergetar tak tertahan. Shan berinisiatif mengambil beberapa lembar tisu yang ia serahkan pada Naura, sang adik angkat.

"Thanks" ucap Nauraa pelan seraya mengesat ujung mata dan hidungnya yang mendadak tersumbat. "Gimana lo mau kan?" Tanya Naura lagi. Kali ini suaranya sedikit parau.

"Ya nanti dijawab. Tapi alasannya karena apa dulu?"

"Budeg apa tuli sih? Kan gue udah bilang ini karena ayah." jawab Naura kembali dengan nada stereo andalannya. "Lo tu ya ngerti bahasa yang gue ceritain barusan apa enggak sih? Atau jangan-jangan lo emang makhluk alien." cerca Naura, dongkol. Bahkan sepertinya cara ia bicara bisa terdengar sampai keluar ruangan.

Shan kembali menghela napas. "Naura, kita sama-sama tahu kan kalau kita itu kakak/adik? Dan papa nggak nggak bakalan hubungan ini dikotori sama hal lain."

"Dih! Kata siapa? Ingat lo bukan abang gue ya.  Abang gue cuma bang Adi doang,"

"Sama aja!"

"Bedalah."

Shan mendengus kasar. Seraya memperbaiki posisinya. Masih menatap datar pada Naura yang ia ketahui sebagai adik angkatnya. Memang, sejauh ini Naura dan Shan sama sekali tidak pernah akur. Akan ada saja perdebatan di antara keduanya. Bahkan kakak sulung dan ayah keduanya pun sampai bingung dengan tingkah polah keduanya.

.

Pria itu lantas beranjak dari sisi Naura menuju meja dan menarik laci untuk meraih sesuatu dari dalam sana. Tangannya menggenggam sebuah kotak kayu kecil berpelitur dan berukir lucu. Lantas menyeret langkahnya kembali menuju dimana Naura masih duduk di atas sofa.

Laki-laki berusia dua puluh tujuh tahun itu berdehem seraya melabukan punggungnya lagi. Kali ini jarak antara Naura dan Shan cukup dekat, tidak sejauh tadi.

"Mana tangan lo?"

"Ini tangan, nempel dari tadi kenapa nanya begitu?" jawab Naura cukup menyebalkan. Membuat Naura yang merasa dikejar waktu lebih memilih meraih paksa jari kiri Naura dan menyelipkan sesuatu berkilauan di sana.

"Ini ...," jelas Naura terperangah.

"Kalau cocok, tandanya lamaran lo  gue terima."

"Benarkah?" pekik wanita itu senang. Bahkan kakinya melonjak kesenangan.

Lalu entah sadar atau tidak, Naura kembali menjatuhkan diri. Akan tetapi bukan ke atas sofa, melainkan ke atas tubuh Shan. Membuat Naura mendadak membatu akibat keterkejutan yang ia dapatkan dari Naura memeluk dirinya cukup erat.

Merasa kinerja jantungnya tidak baik. Shan melepas paksa dekapan yang melingkar di antara lehernya. "Lepasin, ketek lo bau." Pungkasnya.

Membuat Naura mengerutkan kening seraya mencium keteknya diam-diam. Lalu melirik kembali pada Shan yang sekarang sudah berada di ambang pintu.

"Enak aja lo. Ketek gue mana pernah bau." Protes Naura menatap Shan garang.

Namun Shan malah cengengesan. Ketara sekali jiwa mengejeknya sudah sangat pro" Lo tunggu disini, urusan kita belum selesai. Awas aja kalau coba-coba kabur!" Pesan Shan sebelum pria berperawakan jangkung  itu menarik handle pintu lalu meloloskan diri ke luar sana.

Shan berjalan sok santai sampai dirinya tungkai kakinya berhenti di sebuah pantry. Pria itu mengerjap beberapa kali, lalu menepuk pipinya sendiri juga secara berkali-kali. Ingin memastikan bahwa ini bukanlah sebuah mimpi.

"Gila, gue dilamar cewek."

***

Naura benar-benar jengkel sekarang. Rupanya Shan sangat bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Membawa Naura ke dokter kandungan hanya ingin memastikan tidak ada jejak biadab di dalam sana dan membuat Shan menjadi tersangka.

"Lo pikir gue perempuan apaan sih?" Marah Naura lengkap dengan mata mendelik.

Shan hanya menyengir. "Iya, maaf. Kan hanya antisipasi. Lupa apa kalo lo suka main nemplok kek ulet bulu," jawabnya sekaligus memberi sindiran untuk Naura.

"Ngomong sekali lagi gue timpuk pake sendal." Kesal Naura mengacungkan tangannya yang terkepal.

"Ayo timpuk sini. Gue batalin semuanya. Pilih mana?"

"Ancam terus. Nyesel gue ngajak nikah sama manusia kek lo." Gerutu gadis itu dengan tampang jengkel, sejengkel-jengkelnya.

.

Bersambung

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
awal yang bagus.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status