Share

Ular Di Farji Istriku
Ular Di Farji Istriku
Author: Nurhayati Yahya

Bab 1

"Astagfirullah!" 

Aku terjungkal ke belakang, tubuh ini nyaris jatuh dari tempat tidur, h*srat yang tadinya menggebu pun hilang seketika, kejadian dua bulan sebelumnya terulang kembali.

"Kenapa, Bang?" tanya istriku. Masih gementar aku merangkak kembali mendekati, menyibak selimut yang kini menutupi tubuh polosnya, dan lagi, aku dikejutkan dengan hewan melata yang melongok dari liang surga istriku.

Musibah apa ini ya Allah? Aku tidak salah lihat, itu benar-benar ular! Istriku Ratna bangkit, ia menatap heran padaku. Wajar, saat itu aku tidak memberi tahunya. Bukan tanpa sebab, aku takut perasaannya terluka, hingga akhirnya berbohong bahwa aku harus tidur cepat malam itu dengan alasan akan terlambat berangkat kerja.

"Abang kenapa?" tanyanya dengan wajah bingung.

"It—u, Dek. Ular—"

"Aaargh!" teriaknya seraya melompat turun dari ranjang.

"Mana, Bang? Mana ularnya!" dia memekik ketakutan seraya berjingkat-jingkat, aku memperhatikan sekitar, tidak ada hewan itu di mana pun, bahkan di k*m*luan istriku, persis seperti sebelumnya, binatang itu akan menghilang saat gairahku padam.

"Sayang! Hei!" panggilku setelah memeriksa semua penjuru kamar kami, dan tak ada di mana pun, tetapi aku yakin jika penglihatanku tidak salah tadi.

Aku mendekat sembari membentangkan kimono, membalut tubuh Ratna.

"Mana ularnya, Bang?" tanyanya masih ketakutan, aku kembali membawa dia ke ranjang.

"Abang ngerjain aku ya!" wajah putih itu tampak memerah, aku menggeleng, ragu menatap matanya. Ratna pasti tidak percaya jika aku mengatakan yang sebenarnya, dia tentu akan marah dan menganggapku mengada-ada.

"Ya sudah kalau nggak mau jawab! Ratna tidur di kamar lain aja! Gimana mau punya anak kalau gini terus!" hardiknya seraya berlalu pergi dari hadapanku.

Tanpa pikir panjang aku bangkit, langsung menyambar tangannya, kupasang raut memelas agar marahnya reda, perlahan aku berhasil membawanya kembali ke ranjang kami.

"Kenapa Abang tega bercanda saat aku sedang menantikan semua, Bang? Ini sudah dua bulan kita nggak ngelakuin itu," ucapnya sedih. Yang dia katakan memang benar, kerja sebagai tukang di luar pulau memaksa kami menjalani hubungan jarak jauh.

"Rat ... kamu merasakan sesuatu?" tanyaku sengaja memancingnya, siapa tahu istriku mengetahui sesuatu tentang yang kulihat tadi.

"Maksud Abang apa?" Dia tampak bingung. Di sini aku merasa yakin dia tidak menyadari apa pun. Aku menarik napas dalam demi mengontrol degup jantung yang sudah bertalu, kasihan istriku, entah ulah siapa ini.

"Tadi abang nggak bercanda, Sayang," ucapku menatap kedua matanya lurus-lurus, dia semakin bingung.

"Ular itu ada di farj* kamu," Sontak Ratna membekap mulut dengan kedua tangannya, dia bangkit berlari ke kamar mandi tanpa sempat kucegah, aku menggedor pintu yang sudah dikunci, kami memang tinggal berdua di rumah ini, aku dan Ratna sama-sama piatu sejak menikah tiga tahun lalu.

"Ratna! Buka pintunya, Ratna!" bujukku seraya mengetuk pintu, tetapi Ratna tak kunjung keluar, pasrah aku terduduk dengan punggung menempel di dinding, isak tangis istriku terdengar pilu, ingin sekali mendobrak pintu ini dan meraihnya dalam pelukan.

Tapi dia pasti butuh waktu menjabarkan asumsinya, entah benar atau salah, aku akan membiarkannya lebih tenang dulu.

Dalam kepasrahan pikiranku melayang, ini bukan hal biasa, pasti ada sesuatu yang luput dari pengetahuanku. Lima tahun tinggal di desa ini membuatku cukup paham akan seluk-beluknya, hal serupa pernah menimpa Andini, istri temanku, bedanya Andini mengalami penyakit yang membuat kelaminnya membusuk.

Sekarang, entah bagaimana nasib keduanya, satu tahun sudah mereka meninggalkan tempat ini, tidak ada yang tau kabar dan keberadaan mereka.

Ya Tuhan, aku tidak mau hal yang sama terulang dengan Ratna.

☆☆☆

Lima belas menit berlalu, akhirnya Ratna keluar, lekas aku menarik tangannya hingga jatuh dalam pelukan, dia terisak, meronta berusaha melepaskan diri, tetapi aku semakin erat memeluknya, pukulan bertubi yang dia layangkan pun tak kuindahkan.

"Tenang, Ratna! Istigfar!" titahku sembari mengelus rambut panjangnya. Namun isak tangisnya semakin menjadi.

"Abang bohong!"

"Sshht! Tenang, Sayang! Abang janji nggak akan ninggalin Ratna, kita lewatin ini sama-sama, kamu percaya abang 'kan?" ucapku membingkai wajah mulusnya.

"Bang ... apa nasibku akan sama seperti Andini?" Kedua matanya menitikkan air, aku sapu dengan lembut lelehan bulir bening itu, menggeleng tegas dengan sorot keyakinan.

"Abang nggak akan biarin itu terjadi, kita akan berobat sama-sama," ucapku kembali memeluknya, dalam hati aku berjanji akan terus membersamai dia, dan siapa pun pelakunya, aku akan cari tahu dan membuat dia menyesal telah mengusik rumah tanggaku dengan ilmu hitam.

To be continue....

***** komentar kalian! Terima kasih.🙏

Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Barnianto Anto
ya bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Chik Ayub
penasaran mambacanya
goodnovel comment avatar
Isabella
awal yg menegangkan
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status