Share

Ardi

    Ardi mendekat dan berbisik pada Elen, tentang apa yang harus dilakukannya setelah ini, karena Ardi merasa takut jika nanti ke depannya restoran itu akan sepi pengunjung.

    Namun, tidak dengan Elen. Perempuan itu tetap saja santai, ia sama sekali tidak memikirkan tentang bagaimana jika usaha yang ia miliki itu akan sepi dan dampaknya adalah bangkrut.

    "Yang tadi makan di sini, silakan lanjutkan makannya, ingat ya, dihabiskan. Setelah itu, silakan ke kasir dan ambil makanan dengan bentuk yang sama, seperti yang kalian makan. Ingat juga, membawa bukti transaksi yang tadi, okayy?"

    "Itu bukan apa-apa, hanya saja saya ingin membayar waktu dan tenaga kalian karena sudah menyaksikan fitnah seperti ini." Elen memberitahukan hal itu, karena ia juga melihat raut muka pelanggannya yang sudah sangat tidak enak.

    Setelah menjelaskan apa yang ia maksud perihal makanan tersebut, tanpa ada sepatah kata lagi, Elen langsung melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam dapur dan membersihkan semuanya. Seraya memberi pengarahan pada bagian dapur, untuk lebih dibanyakin porsinya, tetapi hanya untuk kali ini saja supaya pelanggan puas.

    Diikuti oleh Ardi, Elen berjalan menuju ruang kerjanya, melihat banyaknya proposal pengajuan menu baru yang menumpuk di atas meja kerja. 

    "Waw! Ini banyak sekali yang punya ide untuk makanan barunya," ucap Elen, berdecak kagum pada semua karyawannya itu. Sangat tidak menyangka, jika ia memiliki karyawan yang sangat pintar.

    "Ini nanti saya akan pilih beberapa, yang menurut saya menarik, tapi setelah itu kamu evaluasi dengan bagian dapur ya, apakah bisa dan sanggup untuk membuat menu-menu baru itu," ucap Elen, yang detik itu juga langsung dijawab dengan anggukan kepala oleh Ardi.

    Sebenarnya, Elen ingin melihat-lihat menu baru itu sekarang, tetapi ia justru sudah terlanjur malas. Sehingga ia putuskan untuk membawa berkas tersebut ke rumahnya saja, tetapi tentu saja ia meminta bantuan pada Ardi.

    Untung saja, Ardi akan selalu siap sedia jika Elen meminta pertolongan apa pun. Katanya, "Ibu jangan sungkan buat nyuruh saya ya, Bu. Karena saya juga dapet gaji itu dari Ibu, jadi saya akan siap sekali jika Ibu membutuhkan saya."

    "Iya Ardi, saya tau itu kok, tapi kan kalau emang saya bisa dan lagi enggak malas, pasti saya sendiri yang bakalan lakuin," sahut Elen, seraya tertawa pelan.

    Mereka berdua berjalan untuk segera tiba di tempat parkir, sesekali Elen tersenyum pada beberapa pelanggan yang menjadi saksi dirinya mempertahankan nama baik restoran miliknya itu.

    "Makanannya dimakan sampai abis ya, soalnya saya paling enggak suka sama orang yang buang makanan dengan gampang banget tuh," ucap Elen, pada salah satu pelanggan yang tempat duduknya tak jauh dari pintu keluar. Tangan kanan Elen juga bergerak untuk mengusap pelan pundak dari orang tersebut.

    "Pasti, Bu, apalagi ini makanannya enak banget. Sayang kalau sampai enggak habis," sahut pelanggan tersebut, yang membuat Elen merasa sangat bangga pada dirinya sendiri.

    Bukan hanya Elen saja yang merasa bangga, tetapi Ardi juga bangga pada atasannya itu. Bahkan, laki-laki tersebut secara diam-diam menaruh rasa pada Elen.

    Hanya saja, karena status dari Elen yang sudah memiliki suami, tenth saja membuat Ardi sadar diri dan menjaga jarak dengan Elen.

    Memang, Ardi memiliki rasa, tetapi tidak sampai hal itu membuat laki-laki yang memiliki paras tampan hilang akal. Ardi masih memiliki pikiran, jika sampai ia melakukan hal itu, berarti dirinya adalah orang yang sangat merugi.

    Sebenarnya banyak sekali perempuan lain di belahan dunia ini, tetapi jika hati sudah ingin satu orang saja, lantas apa yang bisa kita lakukan, selain menerima?

    'Bu, andai saja Ibu belum menikah, mungkin saya akan terus mencoba buat deketin Ibu,' ucap Ardi, tetapi itu hanya bisa dilontarkan di dalam hati saja.

    "Makasih banyak ya Ardi, udah mau bantuin saya. Sebenernya sih saya lebih ke malas buat ngangkat itu, makanya saya minta tolong ke kamu aja," ucap Elen, saat mereka berdua sudah berada di tempat parkir dan berkas yang diinginkan oleh Elen supaya dibawa pulang pun sudah masuk ke dalam mobil.

    "Tidak apa-apa, Bu, saya malah suka kalau Ibu ngerepotin saya terus-menerus," sahut Ardi, sembari tersenyum sangat manis.

    Manis sekali senyum itu, hingga Elen juga beberapa detik sempat terpana, tetapi ia seketika tersadar jika apa yang ada di dalam hatinya saat ini bukan hak yang baik.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status