Beranda / Romansa / Under The Skies of Yokohama / 2. Kenangan yang menjadi mimpi buruk, kembali lagi

Share

2. Kenangan yang menjadi mimpi buruk, kembali lagi

Penulis: Naonao
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-07 18:08:41

               “Apa kau benar-benar akan berhenti membantuku? Cafeku cukup ramai berkat wajahmu, kau tahu.” Kenichi Hasegawa menghembuskan nafas dengan kasar. Ia sudah menduga temannya akan mengomel seperti ini.

“Kuliahku akan lebih sibuk karena sudah memasuki tahun kedua. Jadi, aku hanya bisa membantumu sesekali. Bisnismu ini tidak begitu buruk. Kau harus mencari pekerja paruh waktu yang tampan alih-alih terus merepotkanku”

“Aish, jika bukan sahabatku, aku pasti sudah meninju wajah itu.” Tanaka Hideyoshi melakukan gerakan seperti ingin memukul tetapi kepalannya hanya sampai di samping telinganya sendiri. Ia mengacak-acak rambutnya menatap punggung sahabatnya yang keluar dari cafe. 

                Pandangan Izumi memutari seisi ruangan yang gelap gulita. Di depannya seorang lelaki mengarahkan cahaya ponsel ke wajah sambil tersenyum menyeramkan. Izumi bisa melihat dengan jelas wajah lelaki itu. Ia ingin berteriak tapi sekujur tubuhnya terasa sangat lemas. Sekedar membuka mulutnya pun ia tidak bisa. Izumi memejamkan matanya karena terlalu takut melihat lelaki itu. Ia bisa merasakan tubuh lelaki itu berada di atas dirinya. Tangan besar lelaki itu membuka baju Izumi dengan kasar kemudian mulai menyentuh sekujur tubuh Izumi. Izumi menangis tapi kepalanya terlalu pusing sampai-sampai ia tidak bisa mendengar tangisannya sendiri.

Izumi membuka matanya setelah berusaha dengan sungguh-sungguh. Ia baru sadar ternyata ia tertidur setelah seharian terlalu ;lelah mencari pekerjaan. Ia benar-benar tersiksa setelah mimpi buruk itu kembali menghantuinya lagi. Sebetulnya lebih tepat di sebut sebagai ingatan buruk yang terbawa ke dalam mimpi. Sekujur tubuhnya berkeringat. Tangannya terasa dingin. Ia merasa perjuangannya dua tahun terakhir untuk bangkit dari masa-masa silam itu terasa sia-sia. Mimpi itu kembali lagi. Perasaan takut itu juga menghantuinya lagi. Izumi meringkuk lalu menenggelamkan wajahnya di kedua lutut. Ia tidak bisa membayangkan harus menjalani fase seperti ini lagi tanpa ibunya. Kemudian ponselnya bergetar. Sederet nomor tak di kenal muncul di layar.

“Selamat siang.. Iya betul. Oh iya.. baik. Saya akan datang besok sore. Terima Kasih Banyak.” Izumi tersenyum lebar setelah menutup ponselnya. Perjuangannya mencari pekerjaan akhirnya membuahkan hasil.

Izumi sampai di Melody Cafe setelah berjalan sekitar sepuluh menit dari tempat permberhentian bus. Café ini masih satu Kawasan dengan universitasnya. Tatapan Izumi memutari seisi cafe. Interiornya terasa tidak asing. Ia yakin belum pernah kesini sebelumnya. Apakah memang kebanyakan cafe memiliki interior dengan nuansa hangat seperti ini?

“Selamat siang.” Laki-laki berusia sekitar 28 tahun itu mengulurkan tangan. Izumi segera berdiri lalu menjabat tangan Itu.

“Selamat Siang.”

“Loh? Kau yang dulu bernyanyi di cafeku? Aku lupa nama band kalian. Five3?” Raut wajah lelaki itu tampak tidak yakin. Ingatan Izumi meraih suatu moment. Ia akhirnya ingat kenapa interior cafe ini terasa akrab.

“Benar. Anda.. Hideyoshi Tanaka san? Aku senang anda ingat tentang kami. Seingatku dulu cafe ini tidak disini. Apa anda baru saja pindah? ” Izumi sedikit berbohong. Ia tidak senang seseorang mengetahui atau mengingat soal masa lalunya, termasuk soal ia bisa bernyanyi.

“Aku pindah setahun yang lalu karena disini lebih strategis. Bagaimana kalian sekarang? Aku sangat menikmati pertunjukkan kalian. Sepertinya saat itu kalian sangat sibuk. Padahal aku menunggu penampilan kalian di hari berikutnya. Aku bahkan ingat lagu terakhir yang kau nyanyikan, Marigold, bukan?”

“Iya benar. Aku lupa bagaimana persisnya, tapi kami bubar karena sesuatu.” Lagi-lagi Izumi berbohong. Mana mungkin ia melupakan hal yang membuat group band kesayangannya bubar sekaligus membuatnya berhenti bernyanyi. Sekali kau berbohong tentang sesuatu, maka lahir kebohongan-kebohongan lain, bukan ?

“Sayang sekali. Lagi pula saat itu kalian masih sangat muda. Pasti sulit memahami satu sama lain. Tapi wajahmu benar-benar tidak berubah sampai-sampai aku langsung mengenalimu meskipun rambut bob mu sudah berubah jadi rambut panjang.”

Interviewnya berjalan dengan sangat lancar. Izumi bahkan lebih merasa seperti mengobrol dengan kawan lama dari pada interview. Dulu Izumi selalu bertemu pria itu setiap akhir pekan untuk bernyanyi di cafenya. Ia tidak menyangka akan bertemu lagi setiap akhir pekan tapi kali ini untuk bekerja.

***

                Pohon-pohon sakura yang bermekaran menyambut Mahasiswa Baru di halaman kampus. Disana dipadati oleh mahasiswa baru dengan sebuket bunga di tangan mereka. Mereka datang bersama orang tua masing-masing. Izumi bisa melihat wajah-wajah gembira mereka semua. Ia juga gembira meskipun terlihat menyedihkan. Jangankan sebuket bunga, ia bahkan datang tanpa didampingi siapapun. Ia harus bersiap menyadari perbedaan dirinya dengan yang lainnya mulai sekarang. Apapun yang terjadi ia harus sanggup menghadapinya seorang diri.

Izumi duduk di sebuah aula dengan mimbar besar yang membentang di depan. Ia sudah bersiap untuk berpidato setelah beberapa hari lalu mendapat email pemberitahuan untuk melakukan pidato sebagai mahasiswi dengan nilai ujian seleksi terbaik. Setelah Namanya di panggil, Izumi beranjak dari tempat duduk dan mulai berjalan ke depan. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai. Langkah cepatnya diiringi dengan suara tepuk tangan yang riuh. Kini seluruh mata di ruangan itu tertuju padanya. Izumi hanya melihat sekilas dan menyadari beberapa dari orang di aula itu terlihat menatapnya sambil berbisik. Ia mengenakan rok pendek pink selutut berpadu blouse sailor warna putih dengan tali diikat bentuk pita di tengahnya. Ia yakin outfitnya tidak terlihat aneh lalu apa yang membuat orang-orang itu menatapnya sambil berbisik? Ia punya pengalaman buruk di tatap seperti itu. Izumi yakin tidak melihat seseorang dari sekolahnya dulu, seharusnya tidak ada seorangpun yang mengenal Izumi.

“Kau lihat gadis itu? Type ku wanita sexy tetapi wajah imutnya benar-benar membuatku terkesan.”

Minoru menyenggol lengan Kenichi. Tatapan Kenichi yang tadi tertuju ke ponsel pun beralih ke gadis di depan sana.

“Kalau aku mau, aku bisa saja membuatnya luluh hanya dengan memberinya ice cream. Wajahnya bahkan masih terlihat ilegal untuk sekedar berpacaran.” Kenichi hanya menyahuti ucapan Minoru dengan sangat enteng.

“Kali ini biarkan aku berusaha mendapatkannya. Awas saja kalau kau berani mengambilnya dariku.” Kenichi menatap raut wajah Minoru yang terlihat sangat percaya diri itu. Lagi pula gadis lucu dan polos seperti itu bukan typenya sama sekali.

“Kau hanya akan terlihat seperti om-om jika berkencan dengannya.” Kenichi tersenyum setelah berhasil membuat sahabatnya kesal.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Under The Skies of Yokohama   35. Sosok Misterius 2

    Ishida sedang menggulir ponselnya di akhir pekan yang damai. Damai karena tidak ada yang mengganggunya di apartemen baik ayahnya, istri ayahnya, Kenichi dan Emi. Saking damainya sampai-sampai ia bosan dan ingin pergi ke suatu tempat tapi ia tidak tahu ingin pergi kemana. Matanya menangkap salah satu unggahan dari fanpage Aletheia addict bahwa buku baru Aletheia baru saja terbit dan mulai diperjual-belikan hari ini. Akhirnya ia tahu harus kemana. Ia akan menemui Izumi di café, tidak peduli apakah gadis itu masuk shift pagi atau siang, ketika ia menemuinya sekarang Izumi pasti masih ada di café. Kemudian ia akan mengajak Izumi ke toko buku dengan … mobilnya? Atau menaiki odakyusen seperti waktu itu?Ishida sampai di café setelah menghabiskan setengah jam perjalanan dengan bus. Ia memutuskan untuk pergi menggunakan kendaraan umum. Kencannya dengan Izumi beberapa waktu lalu mungkin tidak berjalan lancar tapi Ishida sangat menikmatinya pergi menggunakan kendaraan umum bersama Izumi. Sebena

  • Under The Skies of Yokohama   34. Angka Nol

    Mobil Kenichi berhenti tidak jauh dari Gedung apartemen Izumi. Ia mengenakan ciput dan syal dengan warna senada – cokelat tua, untuk menutupi telinganya dari udara yang masih dingin dipagi hari. Ia buru-buru menyalakan mesin mobilnya saat melihat Izumi keluar dari Gedung. Ia benar-benar berharap Izumi tidak memergokinya karena ia sendiri tidak bisa mengatakan alasan yang tepat yang bisa ia katakan. Ia hanya ingin memastikan gadis itu baik-baik saja selama perjalanan menuju ke café. Mobil Kenichi mengikuti bus yang Izumi naiki. Gadis itu duduk di dekat jendela membuat Kenichi bisa melihatnya dengan jelas. Tangan mungilnya menggeser jendela dan membiarkan wajahnya diterpa angin dan sinar matahari.Kenichi terkesiap saat Izumi turun di halte yang masih jauh dari cafe. Arah langkah Izumi membuat mobil Kenichi memasuki sebuah rumah sakit. Ia buru-buru memarkirkan mobilnya sebelum kehilangan gadis itu di dalam. Mata Kenichi menangkap Izumi yang sedang mengambil nomor antrian di area poli jiw

  • Under The Skies of Yokohama   33. Rumor Masa Lalu

    Kenichi berniat menemui Ishida untuk meminta bantuan laki-laki itu soal kasus yang melibatkan nama Izumi. Tapi sebelum ia berhasil menemui Ishida, matanya menangkap dua sosok yang ia segera tahu siapa mereka meski hanya melihatnya sekilas. Dua sejoli itu sedang berdiri di belakang pagar di salah satu atap Gedung kampus. Benar-benar pemandangan yang memuakkan. Memangnya mereka anak SMA yang kasmaran sampai-sampai berkencan di atap kampus? Kenichi mengeluarkan ponselnya dan menelfon Ishida. Kenichi menyesal telah tanpa sadar memperhatikan semua gerak-gerik keduanya. Kini perasaan aneh di hatinya membuat dadanya terasa sesak. Ia bahkan tidak menyadari kapan nada dering di ponselnya berhenti. Ishida mengabaikan panggilannya bahkan tanpa sekalipun mengecek siapa yang menelfon.“Konnichiwa, senpai!” Minoru dengan nada bergurau menyapa Kenichi sambil menepuk pundaknya.“Astaga! Berhenti mengagetkanku atau kau akan aku makan. Kau tahu aku baru selesai kelas dan belum makan sejak pagi.” Kenich

  • Under The Skies of Yokohama   32. Angin di Atap Gedung

    Miyu terpaksa makan siang seorang diri setelah mendapat kabar kalau Izumi ada kelas pengganti mendadak dan Kana tidak masuk kuliah karena akhirnya gadis itu menyerah terus-terusan menahan sakit giginya dan memutuskan untuk ke dokter. Ia sedang mengantre untuk mengambil minuman ketika tangan kanannya sibuk memegang ponsel dan tangan sebelah kirinya berhati-hati memegang seporsi nasi dan daging babi pedas. Ia terus memerhatikan ponselnya sampai tiba-tiba orang di depannya berbalik secara mendadak sampai menabraknya dan bajunya basah kuyup oleh minuman yang tumpah dari gelas lelaki itu.Miyu ternganga. Puluhan kata-kata umpatan di kepalanya sudah mengantre untuk di keluarkan tapi semua kata-kata itu menguar begitu saja saat mengetahui siapa lelaki yang menyebabkan kekacauan itu.“Oh astaga! Maafkan aku, aku tidak berhati-hati.” Laki-laki itu berusaha membersihkan baju Miyu menggunakan tisu.“Kak Minoru?”“Maeda-san?”Miyu duduk seorang diri di cafetaria setelah beberapa saat lalu Mi

  • Under The Skies of Yokohama   31. Bukan Halusinasi

    Izumi turun dari bus lalu langkahnya berbelok ke sebuah jalan yang tidak begitu besar. Ia menyusuri jalan itu dengan buku dan tas tangannya. Ia hampir saja terjatuh saat kaki kanannya tidak sengaja menginjak tali sepatu sebelah kiri dan membuatnya terlepas. Ia pasti sudah sangat lelah sampai-sampai konsentrasinya menurun. Ia berhenti lalu mengikat tali sepatunya. Saat itu tanpa sengaja ia mendengar langkah kaki yang berhenti di belakangnya. Apakah ini hanya firasatnya saja? Ia tidak berani menoleh ke belakang apapun yang terjadi. Apakah badannya yang letih membuatnya berhalusinasi lagi? Setelah kejadian dua tahun silam, selain mimpi buruk yang kerap datang ia juga sering beranggapan kalau seseorang mengikutinya dari belakang tiap kali ia sedang berjalan sendirian terutama saat hari mulai gelap seperti ini. Ia melanjutkan langkahnya kali ini dengan tempo yang lebih cepat. Beberapa saat kemudian ia menghentikan langkahnya secara tiba-tiba. Ia baru saja ingin memastikan kalau apa yang ta

  • Under The Skies of Yokohama   30. Kebahagiaan Sesunguhnya

    Suara pintu terbuka terdengar bersamaan dengan langkah Ritsuko yang mengendap-endap. Ia memberanikan diri memasuki ruangan itu setelah mengetahui suaminya tidak pulang untuk beberapa hari. Ia membuka lemari, mencari bindex file yang ia lihat saat ia tidak sengaja menemukan surat laporan kepolisian. Setelah selesai dengan dua lemari besar di belakang meja kerja suaminya, Ia beralih ke lemari yang lebih kecil di dekat pintu masuk. Itu satu-satunya lemari yang belum ia periksa. Ia menghabiskan waktu setidaknya lima belas menit untuk mencarinya di lemari terakhir.Ritsuko baru saja keluar dan menutup pintu ruang kerja suaminya tetapi sesuatu membuat tubuhnya tersentak.“Apa yang kau lakukan?” Suara itu datang tepat dari arah belakangnya. Ritsuko berbalik dengan wajah cemas yang ia buat-buat.“Aku tidak sengaja menghilangkan cincinku beberapa hari yang lalu, aku tidak begitu yakin kapan tepatnya … mungkin saat aku membantu ayahmu membereskan file-file yang sudah tidak terpakai” Ritsuko mem

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status