“Selesai ini, mas?”
Indira menatap Wahyu yang berada tidak jauh dari mereka setelah mendengar pertanyaan yang diberikan Dito, tidak hanya Indira tapi mereka semua yang mengikuti kegiatan.“Kenapa pada natap begini sih?” Wahyu menatap mereka semua dengan menggelengkan kepala “Kalian tanya Mas Fajar aja udah selesai atau belum.”“Mas!” Dito langsung teriak membuat Indira menutup wajahnya “Indira tanya acaranya sudah selesai belum?” seketika Indira membuka wajahnya memberikan tatapan tajam pada Dito yang tampak tidak peduli.“Yu, kalau dilihat dari kegiatan tahun lalu kayaknya setelah ini udah nggak ada kegiatan bukan?” tanya Fajar membalikkan pada Wahyu yang langsung terdiam.“Ya...udah selesai, memang mau kemana sih?” Wahyu menatap Dito kesal.“Pulang, mau tidur.” Dito menjawab asal.Indira hanya menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Dito, menatap kearah Fajar yang serius berbicara dengan kedua sahabatnya. Indira samIndira menatap penampilannya depan kaca, berkat bantuan mama dan kedua kakaknya membuat penampilan Indira berbeda. Pakaian yang digunakan adalah dress panjang dengan warna yang tidak berbeda jauh seperti pakaian Fajar yang mereka beli.“Wuih...bakal ketemu camer ini,” goda Nadia, kakak kedua Indira.“Grogi banget, mbak.” Indira menghembuskan nafas panjang “Kak Fajar suka tiba-tiba gitu, nggak bisa dibantah pula.”“Aku antar nanti, penasaran sama Fajar. Mama sering cerita, dia suka minta ijin kalau ajak kamu keluar. Mas Hendra juga udah bicara sama dia, katanya baik dan dewasa jadi cocok buat kamu yang manja.” Nadia berkata tanpa beban membuat Indira menatapnya tajam “Udah cantik, berangkat sekarang?”“Mas Anton?” tanya Indira sambil mengirim pesan pada Fajar.“Rumah orang tuanya.” “Mbak nggak ikut?” tanya Indira penasaran yang dijawab gelengan kepala “Kita ke rumah Kak Fajar, udah dikirim juga alamatnya.”“Ajak Lily ya,
“Indira.” Menghentikan langkahnya saat melihat Mita berjalan kearahnya, sedikit mengerutkan keningnya melihat Mita yang tampak baik-baik saja setelah kejadian kemarin. “Kelas? Ayo bersama.” Mita menarik lengan Indira.Masuk kedalam kelas, suasana sudah mulai ramai dan menatap bingung akan duduk dimana. Suara Dio yang memanggil Indira membuat langkahnya menuju ke sumber suara, tepukan pelan pada kursi kosong sebagai tanda Indira untuk duduk disampingnya. Indira menatap sekitar dan menemukan Clara, teman yang mengambil sayuran saat makan di kantin setelah kejadian dengan Lia dan Sinta.“Mit, kamu duduk disini aja. Aku duduk sama Clara.” Mita memberikan tatapan tidak terima “Cuman disebelah ini aja.”“Ok,” ucap Mita dengan nada pasrahnya.“Kosong?” tanya Indira yang dijawab anggukan Clara.Duduk disamping Clara, tidak lama dosen masuk kedalam dan memulai kelas. Tidak ada pembicaraan diantara mereka berdua, sampai kelas b
Mendengar pengakuan Fajar harusnya tidak membuat terkejut, tapi tidak tahu kenapa Indira malas bertemu atau membalas pesan atau menerima teleponnya. Memilih menghindar dari Fajar, berangkat sedikit lebih pagi dibanding biasanya. Empat hari sudah Indira melakukannya, beberapa kali Ryan bertanya tapi tidak dihiraukan sama sekali.“Kamu itu kenapa sih?” tanya Ryan dengan wajah kesalnya.“Nggak papa.” Indira menjawab santai.“Kamu lagi hukum Mas Fajar?” tembak Ryan langsung tapi tidak dijawab Indira “Nih...dia hubungi lagi, aku bilang apa.” “Terserah.” Indira berdiri meninggalkan Ryan yang akan mengangkat panggilan dari Fajar, tidak mau mendengar pembicaraan mereka. Tidak tahu harus kemana membuat langkah Indira menuju gazebo, langkahnya terhenti ketika ada yang menjual makanan ringan di pinggir fakultas dan baru disadari.“Kalian bukannya kita satu angkatan?” tanya Indira menatap kedua orang yang duduk bersama penjual.“Y
Satu yang hilang dari Indira dalam hidupnya, sudah beberapa hari ini Fajar membatasi diri bertemu dengan dirinya, membuat Indira bertanya-tanya tentang apa yang terjadi. Fajar mengikuti permintaan Indira tidak melibatkan Ryan dalam hubungan mereka, meminta Ryan menjadi mata-matanya. Setidaknya sekarang Ryan sibuk dengan teman-teman cowok, Indira sibuk dengan Dio yang akan menemani dirinya kapan saja.“In, pulang bareng?” tanya Dio yang dijawab Indira dengan menggelengkan kepalanya “Kenapa?”“Aku ada UKM di fakultas budaya sama Winda.” Indira langsung menolaknya.Melangkah kearah Winda yang berbicara dengan Dito dan Mita, melihat kedatangan Indira langsung pergi ke tempat dimana kegiatan mahasiswa dilaksanakan. Indira tidak terlalu dekat dengan Winda, tapi mereka tetap bisa berbicara tentang banyak hal. Menatap ponselnya yang tidak ada pesan atau panggilan dari Fajar, hembusan nafas panjang dengan memasukkan ponselnya didalam tas dan fokus dengan kegiatanny
Keputusan sudah bulat dan tidak bisa diganggu sama sekali sejak kejadian Seno, keputusan yang membuat Indira menatap tidak enak pada Ryan yang kembali harus menjadi mata-mata Fajar. Semua kegiatan yang dilakukannya pasti Fajar sudah tahu, mencoba untuk berbicara dengan Ryan agar tidak semuanya diberitahukan tidak bisa dilakukan sama sekali.“Yan, aku sama Dio cuman kerja kelompok.” Indira menatap malas pada Ryan “Kak Fajar kasih apa sih sama kamu ampe takut begini?”“Kamu sih kemarin pakai jalan sama Seno, kalau ini aku nggak terbuka bisa-bisa marah dia.”Indira memutar bola matanya malas mendengar kata-kata Ryan “Please jangan kasih tahu.” “Kalau marah nanti aku nggak ikutan.” Indira menganggukkan kepalanya.Dio mengajak ke cafe dekat kampus mengerjakan tugas, berdua hanya berdua tidak ada yang lainnya. Indira tahu jika Dio sangat disukai teman-teman wanitanya, termasuk Lia. Hal yang membuat Indira tidak enak, lebih tepatnya tidak mau m
Kabar Fajar mendapatkan pekerjaan baru hanya Indira dan Ryan saja yang tahu, tapi beberapa hari setelahnya senior banyak yang bertanya terutama Wahyu dan Jonathan. Indira sedikit terkejut mereka tahu tentang Fajar secara lengkap.“Bu Retno sensi mulu waktu Mas Fajar bilang keterima kerja.” Jonathan membuka pembicaraan.Indira ditarik Jonathan dan Wahyu untuk makan bersama di kantin fakultas farmasi, tidak ketinggalan Clara dan Sinta yang secara kebetulan sedang bersama dengan Indira. Bukan pertama kalinya makan di fakultas farmasi, bersama dengan Clara selalu mencari suasana makan yang lain.“Jadi benar diterima kerja?” tanya Jonathan yang diangguki Indira.“Kamu nggak takut Mas Fajar macem-macem?” tanya Wahyu.“Kalau macem-macem ya tinggal putus selesai, kenapa memang? Mas Wahyu mau menerima aku?” Indira memberikan tatapan menggoda.“Kagak, cukup sudah drama sama teman kamu itu.”“Lia?” tanya Sinta yang diangguki Wahyu
Ekspresi Fajar saat datang ke rumah membuat Indira sedikit takut, tidak pernah melihat Fajar dengan ekspresi seperti itu. Indira tahu pastinya dipanggilnya dirinya sama Retno sudah sampai di telinga Fajar, berita tentang itu sudah menyebar ke semua fakultas. Indira tidak bicara apapun bahkan ketika teman-temannya bertanya, tidak ingin membuat suasana menjadi panas.“Kakak kenapa?” tanya Indira ketiga kalinya.“Bu Retno ngapain adik?” Fajar menatap lembut pada Indira saat bertanya tentang kejadian itu.“Nggak diapa-apain.” “Jangan bohong, sayang. Aku tahu gimana Bu Retno lagian Budi cerita semuanya, suara Bu Retno terdengar sampai luar ruangannya.” “Kalau gitu sudah tahu, kan? Jadi aku nggak perlu jawab.” Indira mengatakan dengan santai “Kak, benar aku nggak diapa-apain. Wajar sih Bu Retno kecewa dengan keputusan kakak buat nggak jadi dosen padahal kakak sudah disiapkan untuk itu.”“Semua itu nggak ada hubungan dengan adik, wala
Perjalanan yang tidak tahu akan dibawa kemana, Fajar menjemput Indira setelahnya mereka menuju tempat yang dikatakan semalam. Lidahnya gatal ingin bertanya tapi tidak bisa dilakukan sama sekali, menatap Fajar yang serius mengemudi dan kembali menatap keadaan mobil yang telah rapi setelah Indira membereskan barang-barangnya menjadi satu.“Sabar ya, sayang. Kalau lapar tadi aku beli camilan, ada di kursi belakang.” Fajar membuka suaranya.Indira menggelengkan kepalanya, mengambil botol air mineral yang berada disampingnya, botol yang selalu disiapkan Indira dan akhirnya Fajar mengikutinya. Kebiasaan Indira yang senang meminum air mineral membuat Fajar menyiapkannya, terkadang Indira lupa membawa botol dari rumah.Kendaraan mereka berhenti tidak lama kemudian, Indira menatap sekitar yang membuatnya mengernyitkan dahinya. Fajar memberi kode untuk keluar dari mobil, memilih mengikutinya dengan melangkah pelan, Fajar menggenggam tangan Indira dengan membawanya m