Share

BAGIAN 9: KESEMPATAN BAGUS

Sementara Anna sedang sibuk dengan pekerjaannya, Reva kini terlihat sedang sibuk menonton drama serial melalui laptopnya, sambil sesekali mengecek telepon genggamnya, khawatir jika kekasihnya Gerry akan memberinya pesan.

"JBRENGGG!" tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, terlihat sosok wanita anggun dengan pakaian mahal, aksesoris mewah pada pergelangan tangannya, juga model rambut curly seperti anak muda masuk dengan membawa telepon genggam di tangannya. Sosok tersebut tak lain adalah Ellen, Ibu Reva yang terlihat terburu-buru memasukki kamar putri sulungnya itu.

"Heuh...ada apa kali ini?" tanya Reva yng terdengar menghela napasnya sambil mematikan layar handphonenya dan segera menghentikan drama serial di laptopnya.

"Ibu punya kabar bagus untuk kamu!" ujar Ellen, tampak bersemangat.

"Kabar apa Bu?" tanya Reva.

"Tadi barusan kamu tau, Brandon menelepon Ayahmu dan bilang kalau dia ingin mengadakan kencan kedua denganmu lusa nanti," ujar Ellen, ia sangat senang kini ada seseorang yang akhirnya ingin serius membina hubungan dengan putrinya itu.

"S-Serius Bu?" tanya Reva yang tak percaya hal ini akan terulang kembali, ia sangat percaya sebentar lagi ini akan berakhir karena Brandon nampaknya telah mengetahui semuanya.

"Iyaaaa Ibu serius, ini kabar bagus Va, artinya dia tertarik denganmu!" ujar Ellen.

"T-Tetapi masalahnya Bu, aku sama sekali tak terik dengan Brandon, tak ada satu pun hal yang kusukai darinya," ujar Reva yang masih bersih keras ingin lepas dari manusia bernama Brandon itu.

"Ah biasa, pertama kali dahulu Ibumu ini juga tak tertarik dengan Ayahmu, namun karena Ayahmu terus-terusan mengejar Ibu, ya Ibu akhirnya luluh juga dengannya," ujar Ibu Reva sambil mengingat-ngingat masa lalunya dahulu dengan Ayah Reva ketika mereka masih baru kenal satu sama lain.

Saat ini Reva ingin sekali memberitahu Ibunya jika dirinya sudah memiliki kekasih, orang yang ia pilih. Namun apa boleh buat, seketika ia teringat perkataan Gerry. Laki-laki tersebut bercerita jika ia belum siap jika harus bertunangan atau bahkan menikah dalam waktu dekat, ia saat ini sedang mengusahakan bisnisnya sendiri dan tak ingin bergantung begitu saja pada perusahaan milik keluarga Reva yang nanti akan dialihkan sebagian kendalinya pada siapa pun calon suami Reva, hanya pembatalan perjodohan ini yang bisa membuat Reva tenang.

"Sungguh Bu, apa tidak ada pilihan untukku membatalkan perjodohan ini?" 

"Kau sebegitu tak suka dengannya Va?" tanya Ellen.

"Iyaaa Bu, Ibu mengerti kan maksudku, sekarang zaman sudah modern, aku tak akan bisa menemukan jodohku dengan cara yang sama seperti layaknya kalian dahulu,"

"T-Tetapi Ayahmu sudah telanjur menaruh ekspektasi yang tinggi terhadapmu Va, siapa lagi yang dapat dirinya percaya untuk menjaga kamu dan perusahaan keluarga kita nanti, jika bukan calon suamimu? Hanya itu harapan Ayahmu sebelum ia tua nanti, kau mengerti kan?" tanya Ellen sambil berusaha meyakinkan putrinya itu.

Reva terdiam, jika ia terus melanjukan percakapan ini, ia bisa-bisa dapat memberitahu hubungannya diam-diam dengan Gerry, jika Ayahnya tau, tak segan-segan ia akan melakukan segala cara untuk membuat Gerry segera menikahi dirinya, dan hal itu sangat bertentangan dengan keinginan Gerry sendiri.

"Baiklah Bu...akan aku coba," ujar Reva dengan nada pasrah, ia tahu sekarang ke mana ia harus pergi untuk meminta bantuan.

"TOK TOK TOK TOK!" tiba-tiba Anna yang sedang menyantap makan siangnya segera membuka pintu kamarnya.

"Ann, kita perlu membahas sesuatu," ujar sebuah sosok yang tak lain adalah Reva.

Dengan cepat Anna segera mempersilahkan Reva masuk.

"Ann gawat, gawat, gawat!" ujar Reva yang terlihat panik.

"Kenapa? Ada hubungannya dengan Brandon?" ujar Anna sambil lanjut menyantap makan siangnya.

"Iya, t-tadi barusan Ibuku memberitahuku kabar jika Brandon meminta agar kencan kedua cepat diadakan lusa nanti,"

"UHUKKK UHUKKK!" seketika Anna tersedak mendengar hal tersebut. Reva yang berada di depan Anna segera memberikan gadis itu botol air mineral yang berada di dekatnya. Anna kembali teringat ucapan Brandon yang bilang bahwa sebentar lagi ia akan mengurus segala hal mengenai kencan kedua mereka.

"CTINGGG!" tiba-tiba handphone Anna berbunyi, tampak terdapat pesan masuk dari nomor yang tak dikenal.

"Itu pasti nomor Brandon..." ujar Anna lalu cepat-cepat membalikkan handphonenya agar Reva tak melihat hal tersebut.

"Ann?" panggil Reva yang melihat temannya itu tiba-tiba terdiam.

"I-Iyaaa, jadi bagaimana rencana kita selanjutnya?" tanya Anna.

"Sepertinya kali ini aku kembali membutuhkan bantuanmu Ann, tak apa kan?" ujar Reva.

"Iyaaa, tak perlu merasa kerepotan Va, perjanjian kita sama-sama terpenuhi jika aku berhasil membuat Brandon membatalkannya bukan? Tenang saja ya..." ujar Anna yang mencoba terlihat kuat di hadapan sahabatnya itu.

"Terima kasih ya Ann, setelah ini semua berhasil aku akan pasti akan langsung memberikan uang yang kau perlukan, kau tak perlu khawatir," ujar Reva sambil memegang tangan Anna.

"Iyaaa aku mengerti, terima kasih ya Va," ujar Anna sambil tersenyum.

"Aku yang malah berterima kasih padamu Ann," ujar Reva lega.

"Oiya, sebelumnya setelah ku pikir-pikir ulang, Brandon sepertinya memiliki perasaan terhadapmu Ann," ujar Reva, mengingat jika Brandon sebelumnya bilang sesuatu mengenai perasaannya terhadap Anna.

"T-Tidak mungkin, dia pasti bercanda," ujar Anna.

"Ini kabar bagus Ann, artinya kau bisa dengan mudah mematahkan ekspektasi tingginya terhadapmu,"

"T-Tetapi apa jadinya jika semua yang kulakukan akan terlihat baik-baik saja di hadapannya?"

"Tidak, kau beritahu dia hal yang kau inginkan agar perjodohan itu segera dibatalkan, mudah bukan? Semua laki-laki pasti mau menuruti permintaan dari gadis yang ia sukai," 

"Ada benarnya juga...baiklah akan aku coba, semoga ini berhasil," ujar Anna, entah mengapa ia merasa ada sesuatu yang lain dalan hatinya, keinginan untuk melawan hal tersebut.

Hari itu diakhiri dengan Reva yang memberikan Anna alamat di mana dirinya dan Brandon akan bertemu. Saat Reva sudah pergi, Anna segera memeriksa handphonenya.

"Lusa aku jemput ya pukul dua belas siang, kau sudah mendengar kabarnya kan?" tanya Brandon pada pesan tersebut.

"Iya sudah, baiklah jika itu keinginanmu," ujar Anna lalu segera mematikan handphonenya dan cepat-cepat beranjak tidur.

Brandon yang kini berada di kamarnya terlihat menunggu balasan Anna yang akhirnya muncul juga. Ia tersenyum sambil memikirkan pertemuan pertamanya dengan gadis itu, tingkah laku dirinya juga tingkah laku Anna pada kencan pertama mereka.

Semuanya tampak seperti kebetulan, sejak dahulu ia menemukan berkas dengan nama Anna, ia tak dapat menyangka dapat bertemu dengan gadis tersebut secepat itu pada momen-momen yang tak terduga.

Brandon tersadar, mungkin inilah balasan dari semua yang Ayahnya lakukan dahulu, putranya kini perlahan-lahan mulai menyukai gadis yang adalah putri dari sahabat baiknya yang telah ia hianati dahulu. Ingat, roda tak selalu berada di atas, kapan pun juga ia dapat kembali ke bawah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status