Share

Part 1 | An Order

Author: Hee Yuzuki
last update Last Updated: 2022-11-07 22:43:07

"Alle, aku ... aku ... hubunganku dan adikku sudah dicurigai orang tua kami." Itu kata yang diucapkan Earl begitu tiba di kafe tempat mereka bertemu. Sedangkan Alle hanya bisa menahan napas saat Earl sekali lagi menceritakan kisah cinta terlarangnya dengan sang adik kandung.

Pria itu, satu-satunya pria yang mau menjadi sahabatnya saat semua orang menjauhinya karena dia cacat, menderita tuli dan gagap saat High School karena speech therapy yang ia lakukan sejak kecil belum membuatnya bisa berbicara dengan sempurna, membuat Alle kerap mengalami bullying dan tidak memiliki teman kecuali Axel, kembarannya, dan Earl yang akan selalu melindunginya.

Earl kembali menceritakan jika kedua orang tuanya mulai curiga hubungannya dengan Vale, Earl dan Vale tentu saja mengelak, tidak ingin habis di tangan ke dua orang tuanya dan mengungkap hubungan terlarang itu. Hingga ayahnya mengeluarkan ultimatum, meminta Earl membuktikan ucapannya, dengan meminta pria itu untuk menikah secepatnya, memberikannya waktu satu bulan untuk membawa calon istrinya. Mengancam dengan berbagai macam cara termasuk akan mengirim Vale ke Amerika dan dipastikan dia tidak akan pernah bisa menemuinya dalam waktu dekat.

Saat mendengar semua cerita itu, hati Alle merepih, sekali lagi merasakan sakit yang tidak akan pernah bisa ia suarakan, yang tidak akan pernah ia ungkapkan kepada pria yang berhasil mempermaikan hidupnya pada rasa sakit dan bahagia karena cinta.

"Bisakah kau membantuku, Xa?" Tanya Earl dengan nada lembutnya juga panggilan istimewa pria itu untuk Alle. Satu-satunya orang yang memanggilnya dengan panggilan berbeda.

"Apa yang harus ku bantu? Satu satunya yang bisa membantumu adalah dirimu sendiri, kau harus bisa menghilangkan perasaan terlarang itu. Bagaimana pun Vale adalah adikmu." Alle mendesah frustasi, kembali mengutarakan hal yang sama berkali-kali.

"Aku tidak bisa, aku ... aku sangat mencintainya dan tidak mungkin melepaskannya. Kumohon, tolong aku, menikah denganku, Xa. Ya?" Permintaan Earl benar-benar sukses mengejutkannya.

Tidak pernah ia membayangkan dilamar dengan cara menyedihkan seperti ini, tidak ada cincin, tidak ada pertunjukan romantis atau makan malam yang mewah. Hanya ada seorang pria menyedihkan yang sayangnya ia cintai, mengemis padanya untuk membantunya menyelamatkan cinta terlarangnya dengan mengajaknya menikah.

Sungguh. Kisah cintanya benar-benar menyedihkan.

Alle menatapnya nanar, berusaha mencari celah jika Earl hanya bercanda mengatakannya, namun dia tidak melihat adanya gurauan dalam tatapan mata pria itu, yang ia lihat hanya tatapan putus asa dan penuh permohonan, membuat hati Alle sekali lagi berdenyut ngilu karena orang yang sama dan masalah yang sama.

"Kenapa harus aku?" Tanya Alle dengan suara seraknya, berusaha menahan tangisnya dan tidak akan menunjukkan dirinya terluka di depan Earl.

"Karena... kau ...sahabatku, aku ... aku tidak bisa memikirkan siapa pun lagi selain dirimu." Earl menatapnya nanar, menggenggam tangan Alle dengan raut penuh permohonan.

Alle menarik tangannya dari genggaman Earl, "Kau bisa membayar siapa pun wanita untuk bekerja sama denganmu dan mengajaknya menikah, memberinya sejumlah uang dan melakukan beberapa perjanjian dengan mereka untuk berpisah beberapa tahun kemudian. Kau memiliki kuasa untuk melakukan itu, jadi kenapa harus aku, Earl?" Tanya Alle sekali lagi memastikan, Earl hanya tersenyum tipis menatapnya dengan raut yang sulit diartikan.

"Karena ..." Earl menghentikan ucapannya, tidak tau dengan jawaban apa yang akan ia berikan. Alle menatapnya dengan sendu, Earl terlihat begitu menyedihkan, perasaan cinta pria itu pada Vale, pasti sangat menyiksa namun dia tidak bisa melepaskannya.

Alle menatapnya dalam, membingkai wajah Earl dalam ingatannya begitu detail, tanpa sadar air matanya mentes, dengan rasa sakit yang kembali menghujamnya, kenapa kisah cintanya begitu menyedihkan? Kenapa Earl harus mencintai Vale? Kenapa Earl tidak bisa mencintainya yang selalu ada untuknya selama ini? Kenapa takdir tidak adil padanya?

Alle memikirkan banyak hal, tentang permintaan pria itu dan cintanya pada pria itu, pernikahan itu, mungkin bisa membuat dirinya lebih dekat dengan Earl walau hati pria itu tetap tidak bisa ia rengkuh. Namun, setidaknya, kehidupan pernikahan, mungkin bisa membuatnya menikmati setiap hal yang tidak akan pernah ia dapatkan jika hanya bersahabat dengan pria itu.

Alle lalu memejamkan matanya, menarik napasnya panjang saat akhirnya berhasil meyakinkan hatinya untuk membuat suatu keputusan, yang mungkin akan merubah hidupnya, membuat cerita antara dirinya dan Earl lebih jauh, mengukir tentang cinta, tawa, luka dan bahagia bersama pria yang masih menyimpan cinta untuk orang yang salah itu.

"Baiklah, aku mau menikah denganmu. Tapi, aku memiliki syarat, yang akan aku beri tahu padamu setelah kita menikah." Alle mengucapkan itu dalam satu tarikan napas, menatap lekat pada Earl yang kini menatapnya tanpa kata dengan tatapan yang entah bagaimana. 

***

Pesta pernikahan itu digelar begitu mewah, tentu saja keluarga Aldene dan Christopher mengundang semua rekan bisnis mereka.

Perhelatan akbar yang digelar di hotel mewah atas bersatunya dua negara yang merajai bisnis di Jerman itu terlaksana hari ini. Untuk pernikahan putra dan putri mereka. Untuk mereka yang turut berbahagia atas bersatunya dua hati dari Allexa Aldene dan Earl Sanders Chirtopher. Namun, perheletan pernikahan yang super besar dan mewah itu, yang terlihat begitu bahagia, pun dengan orang yang menyambutnya penuh suka cita, tidak mengetahui rahasia kelam di balik terjadinya pernikahan itu.

Pernikahan paling menyedihkan untuk seorang Allexa Aldene, juga pernikahan paling brengsek yang dilakukan oleh Earl Sanders, karena menyeret seorang yang tidak bersalah, seseorang yang ia sayangi sebagai sahabat dalam masalah pelik hatinya karena hubungan asmara terlarangnya dengan adiknya.

“Xa,” panggil Earl, yang memang kerap memanggil Alle dengan nama terakhirnya, berbeda dengan orang kebanyakan, satu hal pertama yang membuat Alle terpesona dengan kelembutan Earl saat memanggil namanya.

Senyum tulus Alle justru membuat Earl semakin merasa bersalah, pria itu lalu menggenggam erat tangan Alle dan menatapnya penuh permohonan maaf.  Alle hanya bisa tersenyum tipis, balas menggenggam tangan Earl walau hatinya menangis, memikirkan dia telah begitu dekat dengan pria yang dicintai dalam diamnya, namun tetap saja, hati pria itu terasa jauh dan tidak mungkin bisa untuk ia rengkuh. Entah bagaimana pernikahan mereka berjalan, dan kapan semua ini berakhir. Alle bahkan tidak bisa memikirkannya, dia tidak tau bagaimana mencuri hati Earl agar pria itu melupakan seorang Valeria.

Alle hanya akan berusaha, membuat cerita sementara mereka memiliki beberapa kebahagiaan, yang akan menjadi memori untuknya, di saat nanti, jika kemungkinan terburuknya, dia harus berpisah dengan Earl.

Tamu undangan yang terus berdatangan untuk memberikan ucapan selamat membuat Alle dan Earl tidak bisa terlibat obrolan panjang.

Hingga kedatangan seseorang yang penampilannya terlihat mencuri perhatian itu membuat Earl tersenyum miris juga sedikit bahagia, seharusnya yang bersanding di hari pernikahan ini adalah Valeria, wanita yang ia cintai, bukan sahabatnya. Sedangkan Alle langsung tersenyum miris, melihat kedatangan Valeria yang terlihat begitu anggun dan cantik, dengan long dress berpotongan dada rendah juga punggung putih yang terekspos sempurna, langkahnya terlihat angkuh, tatapan memuja Earl membuat Alle sekali lagi merasakan kesakitan yang tidak akan pernah bisa ia ungkapkan itu.

Valeria dengan senyum yang mampu memikat semua kaum adam itu kini sudah berdiri di depannya, mengulurkan tangan untuk memberikan ucapan selamat walau Alle tidak tau apakah itu penuh ketulusan atau hanya sebuah kepalsuan. Lalu, Vale mendekatkan dirinya, membisikkan sesuatu yang membuat Alle mengetahui, jika senyum itu hanya sebuah kepalsuan, dari seorang wanita yang sakit hati melihat pria yang dicintainya menikah dengan wanita lain.

“Apa seharusnya aku menyebut pernikahan ini untuk Earl-ku, tercinta Alle? Sebuah bencana dia harus menikahi gadis cacat yang tidak memiliki nilai sepertimu.” Vale berbisik lirih di telinga Alle, membuat Alle

“Lalu, haruskah aku menyebutmu manusia, yang melakukan hal yang lebih pantas dilakukan oleh binatang, Vale? Entah bagaimana wajah orang tuamu, saat mengetahui, anak yang dididiknya selama ini agar menjadi manusia, terlihat begitu menyedihkan, dan seolah tidak memiliki beda dengan, ah, aku tidak tega menyebutkannya. Wajar jika anjing mengawini saudaranya sendiri, dia tidak tau, apa itu saudara dan hubungan darah, binatang hanya tau kenikmatan. Aku harap, kau sedikit berbeda dari mereka.” Alle membalasnya telak, membuat Valeria langsung mendelik marah dan mencengkram lebih erat genggaman tangannya pada Alle. Tentu Alle langsung menghempaskannya sekuat tenaga, memberikan senyum sinis dan puasnya pada wajah merah pada Vale.

Lalu, Vale langsung beralih pada Earl, tanpa raga memeluk pria itu dan mencium bibir Earl mesra, tidak peduli dengan tamu undangan yang melihat mereka. Sedang Earl yang memahami situasi langsung melepaskannya, mengyentil kening Vale dan tertawa.

“Jangan seperti ini, Vale. Semua orang melihat kita dan bisa salah paham.” Earl berujar lembut, membuat Alle yang mendengar itu hanya bisa tersenyum sinis dan memilih mengalihkan perhatiannya pada yang lain. Hingga dia akhirnya melihat kedatangan Axel yang sejak tadi ditunggu-tunggunya. 

Alle tidak mengalihkan sedikit pun atensinya pada Axel, yang kini menghampiri Kern yang tengah berbincang dengan rekan-rekan bisnisnya ditemani oleh istri tercintanya. Ayahnya itu, tidak lagi setegap dulu, tubuhnya telah menua dimakan usia, namun senyum bahagia tidak pernah hilang dari wajahnya saat bersama Mommy-nya. Daddy dan Mommy-nya, Alle begitu beruntung memiliki mereka, mereka terlihat selalu bahagia, tidak pernah terlibat pertengkaran sedikit pun, tatapan mata mereka yang selalu menatap penuh cinta, membuat Alle selalu merasa iri, dan selalu berharap, jika dia bisa menua bersama orang yang ia cintai, seperti Daddy dan Mommy-nya, namun nyatanya, Tuhan tidak semudah itu mengabulkan keinginannya, ada gunung tinggi yang harus ia taklukan untuk menikmati kebahagiaan yang telah Tuhan siapkan di sana, saat dia berhasil melangkah setapak demi setapak akan garis takdir yang digoreskan untuknya bersama Earl.

Axel kini sudah berada di depannya, menatapnya penuh haru dan bahagia, lalu mendekap erat tubuh Alle dengan perasaan sedih juga bahagia, harus melepaskan Alle untuk kebahagiaan gadis itu, rasanya masih berat, juga tidak percaya jika akan ada orang yang bisa menjaga Alle lebih baik dari dirinya. Rasa khawatir itu tentu saja ada, dia tidak bisa mempercayai Earl sepenuhnya, walau dia tau Earl adalah pria baik dan sahabat adiknya itu.

“Kenapa kau menangis? Menangis di hari bahagiaku. Kau tidak bahagia melihat aku bahagia?” Alle melepaskan pelukannya dan memukul ringan bahu Axel, membuat pria itu tersenyum dan membelai lembut wajah Alle.

“Tentu aku sangat bahagia, adik kecilku akhirnya menikah dengan pria baik yang selama ini telah menjaganya. Hanya saja, hatiku masih berat melepaskanmu pergi dari rumah, rumah pasti akan lebih sepi, lalu Mommy dan Daddy akan semakin merajai romansa di rumah dengan segala kelakukan mereka. Membuatku kesal saja, jika sudah begini, siapa lagi yang bisa aku jadikan partner in crime merusak momen manis mereka?” Axel menatapnya dengan iba, membuat Alle langsung tertawa dan sekali lagi memukul bahu Axel.

“Kau ini, jahat sekali. Biarkan Mommy dan Daddy bahagia dengan waktu mereka, makanya, cepatlah menikah dengan Lily. Agar kau bisa menyaingi kemesraan Dady dan Mommy.”

“Menggelikan.” Axel mendengus dan mencubit pipi Alle, lalu pria itu beralih pada Earl yang tersenyum tulus menatapnya walau dalam hati penuh rasa bersalah pada Axel.

“Hai, brother. Kita saudara sekarang?” Axel langsung menepuk bahu Earl dan memeluknya. “Tapi, sekali pun kita saudara sekarang, saat tau kau melukai Alle, maka aku tidak akan segan membalasmu dua kali lipat. Aku melepaskan Alle karena dia terlihat bahagia saat mengatakan akan menikah denganmu. Tentu aku akan melakukan apapun untuk kebahagiaannya, tapi, saat aku tau jika sumber kebahagiaannya lah yang mungkin saja akan menjadi sumber lukanya. Maka aku tidak akan pernah berpikir dua kali untuk memberikan balasan yang setimpal untuknya.” Axel berbisik lirih namun penuh intimidasi pada Earl yang mematung mendengarnya.

“Selamat untuk kalian, tunggu hadiah dariku. Okay?” Axel lalu melepaskan pelukannya, memukul bahu Earl dengan senyum bersahabatnya, berbeda dengan ucapan pria itu sebelumnya, sekali lagi Axel memeluk Alle dan memilih menyingkir dari sana.

Sedang diam-diam, Earl menatap penuh makna pada Alle, teringat dengan ucapan Axel, apakah benar jika Alle begitu bahagia saat mengabarkan pernikahan mereka? Mereka telah bersahabat lama, Earl pernah mendengar, jika persahabatan antara pria dan wanita itu tidak pernah murni, mungkinkah Alle juga diam-diam memiliki perasaan padanya? Tapi rasanya itu tidak mungkin, selama ini Alle terlihat bersikap normal, bukan wanita yang terlihat memiliki ketertarikan apalagi cinta padanya. Jadi itu semua pasti tidak mungkin kan?

“Kenapa?” Tanya Alle menatap heran pada Earl yang menatapnya sejuta makna, sedang Earl hanya menggeleng dengan senyum memikatnya, memeluk bahu Alle erat dan menggumamkan terima kasih yang begitu dalam untuk Alle. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Unspoken Pain (Luka yang Tak Terucap)   Part 82 | Her Last Wish [END]

    Langit terlihat begitu mendung, seolah memahami perasaan seorang pria yang hatinya masih diselimuti duka sejak tiga bulan yang lalu. Rasanya semua masih terasa seperti mimpi, rasanya semua terlalu cepat dan tiba-tiba namun terasa begitu menyakitkan hingga ke tulang.Kehilangan Alle meninggalkan luka mendalam yang tidak akan pernah sembuh untuk pria itu, air matanya selalu jatuh setiap memikirkan wanita yang telah meninggalkan dunia ini dan mengakhiri rasa sakit dalam hidupnya.Hatinya masih terasa begitu sakit seperti diremas dengan begitu kuat setiap teringat ekspresi kesakitan Alle di hari terakhir mereka bertemu, hari terakhir mereka berbicara, sebelum Alle dilarikan ke rumah sakit dan akhirnya pergi melepaskan semua sakit yang dia rasakan.Earl menyentuh dadanya yang terasa begitu menyesakkan dan membuatnya kesulitan bernapas. Dia tidak pernah membayangkan ini terjadi dalam hidupnya, kehilangan Alle untuk selama-lamanya tidak pernah ada dalam pikirannya, namun Tuhan seolah menampar

  • Unspoken Pain (Luka yang Tak Terucap)   Part 81 | Death Bell

    Pukulan demi pukulan Earl dapatkan dari Axel yang begitu membabi buta dengan emosinya. Mereka semua sudah berkumpul di depan ICU, menunggu dokter yang masih menangani Alle.“Berani-beraninya kau menunjukkan wajahmu di sini! Bajingan! Kau manusia paling biadab!” Axel kembali memberikan pukulannya, wajah Earl sudah babak belur, bibirnya berdarah, lebam di beberapa bagian, namun pria itu tidak melawan, tubuhnya memang di sana, namun pikirannya kacau mengingat bagaimana Alle yang sekarat di depannya dengan bibir dan hidung yang berlumur darah, persis seperti yang ada di mimpinya, hal itu membuat tubuhnya menggigil dengan ketakutan yang semakin menggelayutinya.“Axel! Berhenti! Kau membuat keributan! Kau pikir Alle akan senang melihatnya?! Adikmu sedang berjuang antara hidup dan mati! Apa yang kau lakukan?!” Kern mengambil tindakan, menarik Axel untuk mundur dan memberikan tatapan nyalangnya.“Tahan emosimu, tidak ada yang lebih penting dari pada Alle sekarang.” Ucap Kern lagi membuat napa

  • Unspoken Pain (Luka yang Tak Terucap)   Part 80 | Eloise Abigail Adisson

    Kern membuka pintu itu dengan raut tenang, bahkan setelah melihat siapa tamu tak diundang yang datang ke rumah putrinya.Melihat bagaimana berantakannya penampilan Earl, kacaunya wajah pria itu dan tatapannya yang menunjukkan penuh sesal dan juga terluka seolah menyeret Kern pada masa lalu di mana dia juga pernah merasakan semua itu.Tau-tau Earl langsung berlutut di depannya. Menatapnya dengan sorot mata nanar dan air mata.“Aku tau aku begitu hina untuk datang ke sini. Tapi kumohon … Ijinkan aku bertemu dengan Allexa… Tolong … Kau boleh menghajarku setelah ini. Tapi tolong biarkan aku bertemu Allexa, ada … ada hal sangat penting yang ingin aku sampaikan. Kumohon.” Earl bukan lagi hanya berlutut namun kini sudah bersujud di kaki Kern.Kern masih bergeming, tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Melihat betapa putus asanya Earl yang terlihat hampir gila, dia yakin pria itu telah mengetahui semua yang terjadi pada Alle termasuk keadaannya. Sekali lagi kelebatan masa lalu bagaimana diriny

  • Unspoken Pain (Luka yang Tak Terucap)   Part 79 | Daddy's Daughter

    Langkah pria paruh baya itu begitu berat memasuki kamarnya, membawakan sarapan juga susu ibu hamil untuk putri tercintanya yang begitu malang.Mengingat-ngingat kembali bagaimana dia yang dulu begitu kejam menyakiti fisik dan batin istrinya, mungkin ini karma untuknya, melihat putrinya disakiti oleh pria yang dicintainya, ternyata menikamnya begitu dalam.Kern mengusap air mata yang membasahi wajahnya sesaat sebelum memasuki kamar Alle. Dia menatap dalam pintu di depannya dan menekan dadanya yang begitu sesak, mencoba menarik kedua sudut bibirnya untuk memberikan senyum terbaiknya.Jeslyn dilarikan ke rumah sakit dua hari yang lalu, terlalu stress dan kelelahan, wanita itu tidak sanggup menanggung beban luka melihat penderitaan Alle, dia selalu menangis setiap malam hingga membuatnya jatuh sakit.Dia dan Axel bergantian untuk menjaga Jeslyn dan Alle, pagi ini Axel yang menemani Jeslyn di rumah sakit, sedang dia menemani Alle.Kern menekan handle pintu kamar Alle dan melihat Alle yang

  • Unspoken Pain (Luka yang Tak Terucap)   Part 78 | Painful Truth

    Hari-harinya semakin kacau untuk pria itu dan dia masih berusaha untuk mengendalikan perasaannya yang semakin tak terkontrol di mana hatinya terus berteriak memanggil nama Alle dan tiada hari tanpa kegelisahan yang melingkupinya.Padahal pernikahannya semakin dekat, namun kini dia bahkan tidak peduli lagi dengan itu, menyerahkan semuanya pada Valeria dan justru sibuk untuk menangani masalah hatinya. Dia tau sesuatu yang salah telah terjadi.Di saat dia telah yakin dengan pilihannya dan terus mengabaikan perasaannya tentang Alle dengan pikiran jika semua yang dia rasakan pada Alle hanya rasa bersalah, namun yang terjadi justru sebaliknya.Dia merasa hampir gila tidak bersama wanita itu, hidupnya terasa begitu sengsara dan penuh kegundahan, dia terus memimpikan Alle seperti alam bawah sadarnya ingin menyadarkan betapa dia merindukan Alle.Bahkan pikirannya tanpa terkendali terus mengingat memori-memori saat mereka bersama. Semua itu semakin membuat Earl kacau dan dalam rentang waktu itu

  • Unspoken Pain (Luka yang Tak Terucap)   Part 77 | Is That A Sign?

    Di tengah malam yang begitu sunyi, langkahnya terdengar gusar dan tergesa-gesa, membuat bunyinya menggema di lorong rumah sakit yang begitu sepi.Pikirannya penuh dengan pertanyaan, Mommy-nya bukan orang yang bisa sakit dengan mudah, apalagi sampai masuk rumah sakit.“Daddy … Bagaimana keadaan Mommy?” Tanya Earl begitu memasuki ruang rawat Jennie dan melihat Edward begitu kacau, menggenggam tangan Jennie yang masih memejamkan matanya.Edward menatapnya kecewa dan penuh luka, membuat Earl terpaku beberapa saat dan mencoba memahami keadaan.“Stress, tekanan darahnya tinggi dan membuatnya collapse, jika tekanannya terus tinggi dia bisa terkena stroke ringan.” Ucap Edward dengan nada dinginnya dan membuat Earl terkejut bukan main.“Apa …? Bagaimana bisa, Dad? Apa yang membuat Mommy stress?” Tanya Earl benar-benar tidak mengerti dan itu berhasil memancing emosi Edward.Pria tua itu langsung menarik kerah baju Earl dan membawanya keluar dari ruang rawat Jennie, lalu tanpa aba-aba lagi dia la

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status