Raut wajah pria itu terlihat menyeramkan saat memasuki kediamannya, tatapannya nyalang, membuat siapa pun langsung tau jika pria itu tengah menahan emosi yang sebentar lagi mungkin akan meledak.
Tujuannya hanya satu, mencari seorang wanita yang berstatus sebagai istrinya, yang telah mengkhianatinya, yang dengan berani memberi tahukan rahasia besarnya kepada keluarganya.Wanita itu sukses menghancurkannya, juga wanita yang dia cintai, kepercayaan dan rasa sayangnya sebagai sahabat benar-benar kandas untuk wanita itu, kini yang tersisa hanyalah kebencian yang mendalam untuk seorang Allexa Aldene. Istrinya.Dobrakan pintu yang cukup kuat itu mengagetkan seorang wanita yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan menggenggam sesuatu yang sangat berharga untuk hidupnya. Tatapannya berbinar melihat pria yang selalu ia cintai dalam diam, pria yang berhasil mengukir banyak luka dan cinta dalam hidupnya."Earl," panggil Alle dengan lidah kelu saat tubuhnya tiba-tiba di dorong ke dinding, lalu Earl langsung mengungkungnya dengan tatapan tajam, mencengkram kuat rahangnya tanpa perasaan."Kenapa kau melakukan ini, Alle?! Kenapa kau memberitahukan semuanya pada orang tuaku?! Lalu apa gunanya kau di sini, hah?! Aku memintamu menjadi istriku untuk menutupi hubunganku dengan Vale?!" Earl berteriak kuat, meninju dinding hingga membuat Alle memejamkan matanya dengan perasaan takut."Earl," cicit Alle dengan raut berkaca-kaca, kepalanya menggeleng, berusaha mengeluarkan sepatah kata namun lidahnya terlalu kelu melihat tatapan Earl yang begitu mengerikan, tidak ada Earl yang menatapnya lembut seperti kemarin, kini yang Alle lihat adalah tatapan benci yang semakin menjadi."Kau mencintaiku?! Iya kan?!" Sekali lagi Earl berbisik dengan tatapan mengerikannya, pria itu tertawa sinis, sangat keras dan menatapnya nyalang. "Bagaimana kau bisa mencintaiku, brengsek?! Karena itu kau mau menikah denganku?! Iya, Alle?! Menjijikan!! Kau sangat licik. Rasa cintamu padaku benar-benar menggelikan. Dan tingkahmu yang menerima ini dan berperan layaknya korban, benar-benar menjijikan. Kau menikmatinya. Kau memanfaatkan rasa bersalahku yang mengikatmu dalam pernikahan ini untuk memuaskan hasratmu yang mencintaiku. Dan, sekarang, dengan serakah kau menginginkanku juga cintaku, hingga membuatmu mengatakan semuanya tentangku dan Vale!! Aku benar-benar membencimu, Allexa!! Sekarang, keluar dari sini dan jangan harap kita bisa bertemu lagi. Aku. Tidak. Lagi. Ingin. Melihatmu. Dalam. Hidupku." Earl menatapnya tajam, melepaskan kungkungannya pada Alle yang kini menatapnya penuh luka.Bagaimana pria itu bisa menjadi begitu jahat? Rasa cinta yang selama ini dia jaga, tetap dia dekap sekali pun dia juga harus mendekap luka. Pria itu mengatakan cintanya menjijikan, menggelikan? Alle tertawa miris, wanita itu menatap Earl dengan berlinang air mata dan penuh luka."Aku... Aku tidak mengerti, kenapa kau bisa berkata sejauh itu. Selama ini, aku selalu menyimpan kesakitanku sendiri. Aku tidak pernah menyuarakan rasa sakitku atau rasa cintaku padamu. Selama ini aku diam akan semuanya, iya, aku mencintaimu, sejak dulu, namun aku tidak pernah memintamu untuk membalasnya. Bahkan saat kau menceritakan semua hal tentang hubungan terlarangmu dan Vale, aku menelan semua rasa sakit itu seorang diri. Lalu, kau tiba-tiba menghakimiku, menertawakan rasa cintaku, di saat aku berjuang tertatih-tatih menyembuhkan hatiku akan semua rasa sakit karena mencintaiku. Earl... " Alle menatapnya berlinang air mata, akhirnya menyerukan semua rasa sakit yang selama ini ia tahan."Tidak ada yang salah dengan cinta, dan aku tidak tau, bagaimana kau bisa sejahat itu dengan merendahkan perasaan cintaku yang tidak memiliki salah. Aku. . . Aku. . .. " Alle kembali menarik napasnya dalam, memukul-mukul dadanya yang terasa sesak, mencengkram kuat sesuatu di tangan kirinya dengan perasaan hancur."Baiklah. Setelah ini, kau tidak akan pernah melihatku lagi, kita. ..tidak akan...pernah bertemu...lagi." Alle tersenyum miris, menghapus kasar air matanya, berlalu dari hadapan Earl yang kini mematung dengan segala pikirannya.Wanita itu menatap testpack dalam genggamannya, tersenyum miris dengan hati hancur, namun setidaknya dia tidak sendiri setelah ini, setidaknya dia telah membawa sebagian dari diri Earl, yang akan memberikannya harapan baru, sepahit apapun dan seberat apapun dia mencoba berjuang untuk hidupnya.***Wajah pucat itu kini semakin erat menemani hari-harinya, tubuhnya yang seharusnya semakin gemuk karena kehamilannya kini justru menyusut drastis karena sakit yang di deritanya. Wanita itu menatap sayu pada pria paruh baya juga saudara kembarnya yang menatapnya penuh luka."Dad, aku. . . Aku. . . baik, jangan. . . jangan.. . sedih." Alle berusaha menggapai tangan Kern, tersenyum walau wajahnya terlihat pucat. Kern sekali lagi menahan tangisnya, duduk di samping ranjang dengan hati hancur dan menggenggam erat tangan Alle yang begitu dingin, kehancuran melihat bagaimana keadaan Alle kini, sesaat berpikir, mungkinkah ini karna dari semua kejahatannya dulu."Anak Daddy adalah anak yang kuat, kan. Saat Alle memutuskan berjuang untuk anak Alle, maka Alle juga harus berjuang untuk hidup Alle. Janji pada Daddy, tidak boleh menyerah. Oke?" Kern menggenggam tangannya erat, tidak lagi menyembunyikan air matanya, dia mengusap lembut wajah pucat Alle yang terlihat semakin tirus."Ya... Daddy, Alle berjanji." Alle tersenyum, berusaha menahan segala rasa sakit yang menyertainya. Hingga dobrakan pintu yang kuat itu menyentak keduanya.Alle menatap terkejut pada seorang pria yang cukup lama tidak dilihatnya, semenjak pria itu tidak lagi ingin melihatnya."Earl," gumam Alle lirih, dengan berlinang air mata, lalu meringis saat rasa sakit itu kembali menghantamnya.Sedangkan Earl, tubuhnya langsung luruh ke lantai, melihat bagaimana menyedihkan keadaan Alle yang tengah berjuang mengandung anaknya. Tubuh wanita itu sangat kurus, wajahnya sangat pucat juga tirus, matanya cekung. Dada Earl seketika berdenyut sakit dengan rasa sesak yang semakin menjadi, wanita yang mencintainya dengan tulus, yang paling mengerti dirinya, memahaminya lebih baik dari dirinya sendiri, yang tidak pernah mengeluh apapun padanya, kini terlihat begitu rapuh, bukan, wanita itu sekarat, berjuang sendirian di saat dia membutuhkan kekuatannya."A... Alle.. Xa.. Aku... Aku." Earl berlutut, menatap berlinang air mata pada Alle yang menatapnya nanar, wanita itu tersenyum penuh luka, dan pelan-pelan memejamkan matanya dengan rintihan sakit yang seolah menjadi vonis kematian untuk seorang Earl Sanders Addison."Dad... Daddy... Sa... Sakit." Alle mencengkram kuat lengan Kern dengan berlinang air mata, berusaha menghirup oksigen sebanyak yang ia bisa saat dadanya begitu sesak hingga membuatnya kesulitan bernapas. Pelan-pelan mata sayu itu tertutup, mengantarkannya untuk mengakhiri rasa sakitnya sementara waktu. Sebelum sang luka kembali menyambutnya dengan rasa sakit lain.***"Alle, aku ... aku ... hubunganku dan adikku sudah dicurigai orang tua kami." Itu kata yang diucapkan Earl begitu tiba di kafe tempat mereka bertemu. Sedangkan Alle hanya bisa menahan napas saat Earl sekali lagi menceritakan kisah cinta terlarangnya dengan sang adik kandung.Pria itu, satu-satunya pria yang mau menjadi sahabatnya saat semua orang menjauhinya karena dia cacat, menderita tuli dan gagap saat High School karena speech therapy yang ia lakukan sejak kecil belum membuatnya bisa berbicara dengan sempurna, membuat Alle kerap mengalami bullying dan tidak memiliki teman kecuali Axel, kembarannya, dan Earl yang akan selalu melindunginya.Earl kembali menceritakan jika kedua orang tuanya mulai curiga hubungannya dengan Vale, Earl dan Vale tentu saja mengelak, tidak ingin habis di tangan ke dua orang tuanya dan mengungkap hubungan terlarang itu. Hingga ayahnya mengeluarkan ultimatum, meminta Earl membuktikan ucapannya, dengan meminta pria itu untuk menikah secepatnya, memberikannya
Perhelatan akbar itu berakhir menjelang pukul dua belas malam, Earl langsung membawa Alle ke mansion besarnya, ingin membicarakan bagaimana mereka menjalani hari mereka dengan keadaan yang berbeda. “Kau bisa menggunakan shower, aku akan berendam di bath up.” Ucap Earl sesaat sebelum memasuki kamar mandi, membuat Alle hanya tersenyum dan mengangguk. Menatap pantulan dirinya di depan cermin dengan gaun pernikahan impian yang dirancangnya sendiri, walaupun pernikahannya jauh dari yang dia impikan. Memiliki keterbatasan, tidak membuat Alle menjadi wanita tidak berguna yang tidak bisa memanjakan dirinya dengan uangnya sendiri, gadis itu sukses dengan semua rancangan-ranjangan dress yang selalu sold out sesaat setelah launching, dia memiliki boutique, dirinya juga telah dikontrak oleh label perusahaan fashion ternama untuk menerbitkan hasil karyanya dan bekerja sama dengan mereka. Bahkan, beberapa kali, Alle sendiri yang menjadi model untuk gaun rancangannya, wajahnya yang rupawan dan men
Pagi pertama untuk Alle terbangun di ranjang yang berbeda, bersama pria yang telah resmi menjadi suaminya. Wajah damai Earl di depannya membuat ia tersenyum dalam diamnya, tanpa ragu membelai mesra wajah yang akan ia nikmati setiap pagi itu. Walau sesak itu masih ia rasakan, mengingat jika perjuangannya masih panjang. ‘Kenapa kita harus terikat dengan takdir yang menyesakkan seperti ini?’ Alle menggumam dalam hati, mengecup kilat pipi Earl dan pelan-pelan bangkit dari sana, ingin menyiapkan sarapan untuk pria itu. Tepat saat pintu tertutup, Earl yang sejak tadi sebenarnya sudah bangun langsung membuka matanya, menyentuh wajahnya tepat di mana Alle menciumnya, jantungnya berdetak cepat dengan emosi yang tiba-tiba meradang. Hatinya marah, mengetahui Alle mencuri ciumannya, selama bersahabat dengan wanita itu. Mereka tidak pernah melakukan skinship lebih dari sekedar pelukan. Earl yang sangat mewanti-wanti hal itu. Entah kenapa dirinya melakukan itu kepada Alle, padahal dia selalu mel
Di anak tangga teratas itu, Alle hanya bisa menahan sesak yang kembali menyiksanya, melihat secara nyata bagaimana Earl dan Vale saling berbagi cinta dan sangat menikmati ciuman mereka. Hatinya berdenyut ngilu, dengan jantung yang semakin berdetak kencang memberikan rasa sakit ke sekujur tubuhnya. Ternyata rasa sakit melihat keduanya memadu kasih benar-benar sangat menyakitkan. Alle mengusap air matanya dengan kasar. Dia harus lebih kuat, perjuangannya baru dimulai, menghapus cinta Earl untuk Vale tentu tidaklah mudah, dan dia harus lebih kuat dari rasa cinta mereka.“Mommy dan Daddy mencari kalian. Makanan sudah siap.” Suara datar Alle membuat keduanya terkesiap dan langsung melepaskan ciuman mereka. Earl menatap bersalah pada Alle yang menatapnya datar, sedang Vale justru tersenyum bahagia dan berjalan cepat menghampiri Alle, meninggalkan Earl yang masih berdiri mematung di tempatnya.Dengan sengaja Vale merangkul lengan Alle dengan senyum bahagianya, lalu menatap ke belakang dan me
“Aku merubah penawaranku.” Ungkap Jeremy di depan pintu kamar Alle, pria itu telah menjadi tour guide yang baik malam ini, Alle menikmati keindahan pulau juga makanan-makanannya.“Apa lagi, Jeremy? Aku tidak ingin kabur bersamamu.” Alle mendengus kesal, dua jam yang dihabiskan oleh keduanya membuat mereka bertambah akrab.“Bukan, bagaimana jika kita bekerja sama menggagalkan kencan mereka. Aku akan mengganggu Vale dan membawanya jauh dari Earl, dan kau bisa menggunakan waktumu bersama Earl, kau harus lebih licik dari Vale jika ingin mendapatkan Earl, kau harus bisa memonopoli Earl dengan statusmu.” Jeremy bersemangat mengatakannya, membuat Alle tertawa, lalu mengulurkan tangannya pada Jeremy.“Deal?”“Deal.” Jeremy menyambut uluran tangan Alle dan berkata yakin.“Selamat malam, besok pagi aku akan menculik Vale, dan kau lakukan bagianmu pada Earl.” Jeremy mengedipkan matanya genit dan mengacak gemas rambut Alle yang hanya terkekeh dan memukul ringan lengan pria itu.Sekali lagi Earl h
Alle yang tengah sibuk memasang tripod juga kameranya membuat Earl mengernyit, keduanya baru saja menaiki tebing yang tidak terlalu tinggi untuk mendapatkan spot terbaik menunggu matahari terbit dari timur.“Apa yang kau lakukan, Xa?” Tanya Earl membuat Alle hanya tersenyum dan menarik pria itu untuk duduk berdampingan dengannya.“Aku hanya ingin mengabadikan momen indah di sini.” Bersamamu. Batin Alle membuat Earl hanya tersenyum, membiarkan saat Alle menyandarkan kepalanya dengan nyaman di bahu pria itu.“Lihatlah, mahatarinya telah muncul.” Ungkap Alle antusias, membuat Earl tertawa dan mengacak gemas rambut wanita itu. “Ya Tuhan, indah sekali.” Alle dibuat takjub dengan keindahan itu, membuat Earl menikmati setiap ekspresi Alle yang terlihat lebih cantik karena cahaya senja yang menyinari paras jelita itu.“Kenapa kau terlihat lebih cantik, heum?” Tanya Earl menggoda Alle, membuat Alle tertawa dengan rona merah di wajahnya dan memukul bahu Earl ringan.Lalu, saat matahari telah na
Wajah Alle yang berseri-seri saat menikmati sarapannya membuat Earl tersenyum, tidak ingin menyia-nyiakan momen itu, dia mengambil kamera miliknya dan memotret Alle yang terlihat begitu bahagia, menikmati sarapan dengan berlatar pantai dan matahari pagi yang cahayanya masih bersahabat.“Xa?” Panggil Earl membuat Alle mengalihkan tatapannya, menatap Earl dengan senyum bahagianya.“Ada apa? Aku ingin mengambil banyak gambar setelah ini, sore kita snorkling? Bagaimana?” Tanya Alle membuat Earl hanya mengangguk, mengiyakan apa yang diinginkan oleh Alle.“Hanya snorkling? Kau tidak ingin mencoba bermain jet sky bersamaku? Atau memancing hiu di laut?” Earl mendekatkan wajahnya, membuat raut wajah Alle berbinar seketika dengan penawaran Earl yang tidak ia pikirkan sebelumnya.“Okay. Setelah ini kita memancing hiu dan kau harus membawaku mengelilingi pantai ini dengan jet sky.” Alle reflek menggenggam erat tangan Earl, meminta pria itu berjanji untuk mengajaknya melakukan semua hal menyenangk
Pria itu mengulum senyum, bersandar pada dinding kayu melihat wanita yang dicintainya baru saja keluar dari kamar mandi masih mengenakan bathrobe-nya.“Harummu membuatku ingin mengurungmu seharian di ranjang, sayang.” Jeremy menggoda Vale yang baru saja keluar dari kamar mandi masih dengan wajah kesalnya, dirinya harus terjebak di sebuah pulau bersama pria yang terobsesi padanya. Benar-benar menjengkelkan.“Brengsek!! Pulangkan aku dan kembalikan ponselku!!” Vale berteriak keras, memukul perut Jeremy yang tiba-tiba saja memeluknya dari belakang.“Akulah rumah tempatmu pulang, Valeria.” Jeremy berujar lembut, masih memeluk Vale dari belakang dan mengecup puncak kepala wanita itu dengan sayang.“Brengsek!! Dasar gila!! Aku membencimu!!” Vale masih berusaha lepas dari pelukan Jeremy.“Aku juga mencintaimu, sayang.” Jeremy berhasil mencuri ciuman dari Vale dan tertawa senang, sedang Vale semakin berteriak kesal, berhasil lepas dari kungkungan Jeremy dan menyikut perut pria itu dengan kuat