Daniel melepas ciumannya saat mendengar suara tersebut. Cinta menutup wajahnya karena malu.
"Cacing gak ada akhlak," ucap Cinta di dalam hati, Cinta menutup wajahnya karena malu.
Daniel membuka tangan Cinta yang menutupi wajahnya.
"Aku akan memesan makanan untukmu," ujar Daniel merogoh ponsel dari kantongnya.
Tapi, Cinta mengambil ponsel Daniel.
"Aku tidak mau makan dari makanan delivery lagi," ujar Cinta tajam."Aku akan masak. Jangan ganggu." Cinta berdiri dan menaruh kembali ponsel Daniel di atas meja makan.
Daniel tersenyum melihat istrinya memasak dengan cekatan.
Sebentar saja, dua piring Nasi goreng spesial sudah tersaji di meja makan.
"Kalau rasanya tidak enak. Besok akan aku perbaiki," ujar Cinta menyodorkan nasi goreng tersebut.
"Terimakasih istriku sayang," ucap Daniel mengecup punggung tangan Cinta yang sedang menyodorkan nasi goreng dihadapannya.
"Dasar omes," ujar Cinta kembali duduk disamping Daniel.
Mereka menikmati sarapan yang terlambat dengan diam .
Setelah menghabiskan sarapan. Cinta membersihkan meja makan dan peralatan memasak. Membawanya ke wastapel. Cinta mencuci piring kotor dan pelatan masak tersebut. Tiba-tiba, Daniel kembali memeluknya dari belakang, mengecup tengkuk Cinta dengan bibirnya membuat Cinta merasa geli.
"Doyan banget sih peluk-peluk orang!" Cinta menghentikan pekerjaannya
"Tidak sembarang orang sayang. Aku hanya suka memeluk istriku," ujar Daniel mencium pipi Cinta.
"Pekerjaanku gak akan pernah selesai kalau kamu selalu menggangu," ujar Cinta membuka kran air, tapi, ditahan oleh Daniel.
"Kamu duduk saja di kursi. Biar aku yang mencuci piring." Ujar Daniel menunjuk kursi.
"Tapi ini pekerjaanku," Cinta kembali membuka kran air.
"Kalau kamu ngotot. Aku akan terus memeluk mu seperti ini," Daniel kembali mencium pipi Cinta bertubi-tubi.
"Atau ... istriku ini memang suka dipeluk dan dicium bertubi-tubi?" Ujar Daniel mempererat pelukan.
"Oke ... oke ...." Cinta melepaskan diri dari pelukan Daniel dan duduk di kursi.
"Sayang ..." Daniel memanggil Cinta, tapi tetap fokus mencuci piring.
"Apa lagi?" Cinta menoleh.
"I love u," ucap Daniel Daniel mengedipkan matanya.
"Gila!" Sahut Cinta mengerucutkan bibirnya. Tapi selanjutnya, Cinta tersenyum.
"Sayang ... aku sudah menyiapkan tiket. Besok kita akan honeymoon," ujar Daniel seraya menyusun piring yang sudah dicucinya di rak atas wastapel.
"Honeymoon?" Cinta mengernyitkan keningnya.
"Iya sayang," Daniel kembali duduk disamping Cinta.
"Kemana?"
"Kita lihat saja nanti. Kamu pasti suka."
*******
Sore itu, Cinta pamit ingin membeli keperluannya di mini market dekat Apartemen.
"Aku temani kamu, ya," ucap Daniel mengekor Cinta ke luar kamar.
"Aku hanya ke mini market di depan,kenapa kamu harus ikut, sih," tolak Cinta.
"Tapi, Sayang ..." Daniel terus mengekor sampai pintu Apartemen.
"Aku bisa jaga diri," ujar Cinta tanpa memperdulikan Daniel.
Cinta keluar Apartemen dan berjalan kaki ke mini market, karena jaraknya memang sangat dekat.
Setelah merasa cukup membeli keperluannya, Cinta membayar di kasir dan kembali ke Apartemen.Tapi, betapa kagetnya Cinta ketika tiba-tiba paparazi muncul dihadapannya.
"Haloo sayang ... akhirnya,aku menemukanmu di sini!" Paparazi mendekati Cinta dengan senyum seringainya. Cinta merasa takut dan melarikan diri. Tapi, paparazi berhasil menangkap tangannya
"Kali ini kamu tidak akan lolos dari ku sayang, Orang-orang di sekitar sini tidak akan peduli sekalipun kamu meminta tolong," ujar Paparaz menyeringai dan menarik tangan Cinta
Cinta semakin ketakutan, menyesal karena tidak mau ditemani oleh Daniel
Paparazi terus menarik tangan maisya menuju mobilnya, Cinta terus berusaha melawan.
"Lepaskan aku," ujar Cinta terus menarik tangannya dari paksaan paparazi.
"Masuk," Paparazi berhasil mendorong Cinta masuk ke dalam mobil.
Bugghhh
Tiba-tiba seseorang memukul paparazi.
Paparazi membelalakkan matanya saat mengetahui, dihadapannya Daniel berdiri dan siap menghajarnya.
Baku hantam pun tidak dapat dielakkan. Perkelhian sengit itu tidak bisa dihindari, karena Miki dan paparazi sama-sama lawan yang imbang.
Tiba-tiba terdengar suara sirine mobil polisi.
Paparazi melarikan diri. Tapi, Daniel dan Andi terus mengejarnya.
Paparazi terkepung karena didepan sana ternyata ada beberapa orang polisi yang siap mengacungkan pistolnya. Paparazi berhenti sejenak dan menatap Daniel dengan tatapan sinis.
"Menyerahlah! Anda sudah terkepung," seru Daniel kepada paparazi.
"Cihhhh ..." Atas dasar apa kamu mau menangkapkuu? Haahh?" Tantang paparazi kepada Daniel.
"Sebaiknya anda menyerah. Karena kedok anda sebagai pengedar narkoba sudah tercium oleh kami," sahut seorang anggota polisi.
Paparazi terkejut. Dia tidak menyangka sama sekali kalau profesi sampingannya sebagai kurir narkoba sudah tercium oleh polisi.
Paparazy menendang sebuah kaleng kosong didekat kakinya kearah polisi . Dan berhasil melarikan diri.
Polisi terus mengejar dan memberi tembakan peringatan untuk berhenti. Tapi, paparazi terus melarikan diri sehingga dengan terpaksa salah satu anggota polisi menembak kakinya.
Paparazy berhenti ketika timah panas itu mengenai kakinya. Tapi, tidak menyurutkan niat nya untuk melarikan diri.
Dia terus berlari dengan menyeret kakinya yang sakit. Mencoba berlari sekuat tenaga.
Tapi tiba-tiba sebuah mobil melintas dengan kecepatan tinggi dan menabrak paparazi.
Bbrraaakkkk
Tubuh paparazi terpental jauh. Darah segar mengalir dari mulut dan telinganya .
Para polisi mengelilingi paparazi masih dengan posisi mengacungkan pistol ditangan mereka. Detik berikutnya, paparazi menggelepar dan tidak berkutik.Salah satu anggota polisi memeriksa urat nadi dan pernafasannya. Tenyata, paparazi tewas .
Daniel menemui Cinta yang masih berada di mobil paparazi. Melihat Daniel datang, Cinya berhambur memeluk suaminya.
"Aku takut," ujar Cinta membenamkan wajahnya di dada bidang Daniel.
"Tenanglah! Aku disini, aku pasti melindungimu," ucap Daniel mengecup kening Cinta dengan lembut.
Seorang polisi menghampiri mereka.
"Pak Daniel, paparazi ditabrak sebuah mobil ketika mencoba melarikan diri, dan mati ditempat," ujar Polisi tersebut mengarahkan anak buahnya untuk membawa jasad paparazi.
"Silahkan jika anda ingin mengeceknya," ujar polisi tersebut.
Daniel membuka kantong jenazah, dan mendapati tubuh paparazi yang berlumuran darah.
Sedangkan Cinta semakin mempererat pelukannya saat melihat jasad paparazi yang berlumuran darah.
"Terimakasih pak," Daniel mengucapkan terimakasih kepada polisi tersebut.
Setelah mobil polisi berlalu pergi, Daniel mengurai pelukannya dan menatap Cinta penuh kasih sayang
"Kita pulang sayang," ucap Daniel disertai anggukan Cinta.
Daniel menggenggam erat tangan istrinya dengan sesekali mengecup buku-buku tangan tersebut. Daniel tahu, Cinta pasti syok dengan kejadian yang baru saja dialaminya.
Setiba di apartemen, Daniel langsung membawa Cinta ke dalam kamar,dan mendudukkannya di ranjang.
"Minumlah, kamu terlihat lelah," ujar Daniel menyodorkan segelas air putih kepada Cinta.
"Terima kasih," ujar Cinta langsung meminum segelas air tersebut hingga tandas.
"A- aku tidak bisa membayangkan ka-lau kamu tadi tidak datang," ujar Cinta terbata-bata.
"Aku tidak akan pernah membiarkanmu sendiri, aku sudah berjanji untuk menjagamu kan, hmm?" Ujar Daniel menangkup wajah istrinya.
"Terima kasih,terima kasih karena kamu sudah menjaga dan melindungiku," ujar Cinta, diseperdetik berikutnya Cinta memeluk Daniel dengan erat.
"Hmm, kayaknya kalau cuma ucapan terima kasih saja tidak cukup, deh," ujar Daniel memeluk erat tubuh Cinta.
Cinta mengurai pelukan, menatap manik mata Daniel. "Lalu, kamu mau apa?"
Daniel mendekatkan wajahnya ke hadapan Cinta, dan menggembungkan pipinya dengan lidah.
Cinta tersenyum dan tersipu malu. Sementara Daniel semakin mendekatkan pipinya.
Cup
Cinta mencium pipi Daniel dan sukses membuat Daniel tersenyum lebar.
"Kamu mau makan apa malam ini, biar aku masakin," ujar Cinta menatap Daniel.
"Mmm, aku mau makan ayam Kalio," sahut Daniel.
"Tapi aku tidak bisa memasaknya," ujar Cinta mengerucutkan bibirnya
"Jadi,kamu bisa masak apa?" Tanya Daniel
"Nasi goreng, atau mie goreng," jawab Cinta santai.
"Hahahaha. Sayangg ... Tadi pagi, kamu sudah memasak nasi goreng untukku, masa malam ini mau makan nasi goreng lagi?" Daniel tertawa mendengar jawaban istrinya.
Mendengar ucapan Daniel, Cinta cemberut dan menundukkan kepalanya.
Daniel mendekati istrinya, dan mengecup pucuk kepala sang istri.
"Kamu mandi saja, setelah sholat magrib kita makan keluar," ujar Daniel dengan lembut.
"Tapi...." Belum sempat Cinta menjawab, Daniel terlebih dahulu mengecup bibir mungil itu. Menyesapnya dan melumatnya sejenak.
"Aku tidak suka penolakan! Kamu mandi duluan, atau ... kamu mau kita mandi bareng?" Ujar Daniel menaikturunkan alisnya.
"Gila ..." Ujar Cinta memukul lengan Daniel.
"Auww, sakit sayang. Bisakah kamu tidak memukulkuu?" Ujar Daniel meringis.
"Kamu sih. Gila!" Ujar Cinya meninggalkan Daniel menuju kamar mandi.
****
Setelah selesai Mandi, Cinta ke luar kamar. Cinta mencari Daniel ke setiap ruangan. Tapi tidak juga menemukan .
Ketika Cinta merogoh sakunya untuk menelpon Daniel, pintu apartemen terbuka dan Daniel masuk dengan membawa beberapa kotak makanan.
"Kamu dari mana?" Tanya Cinta menghampiy Daniel.
"Aku membeli makanan untuk kita," jawab Daniel sembari membawa semua kotak makanan tersebut ke dapur.
"Kan udah aku bilang ,aku gak mau makan makanan yang di pesan," ujar Cinta duduk di kursi.
"Ini tidak dipesan sayang ... Aku sendiri yang kesana membelinya," ujar Daniel tersenyum memandang Cinta.
"Nahhhh ... istriku ... selamat makan!" Ujar Daniel menyodorkan piring-piring yang berisi aneka makanan tersebut kehadapan Cinta.
"Kamu aja yang makan duluan," ujar Cinta sambil menopangkan dagunya di meja makan.
"Kenapa? Kamu takut aku mencampur makanan ini dengan sesuatu?" Tanya Daniel, keningnya berkerut.
********
bersambung"Heh, Cinta, awas aja ya, kalau terjadi sesuatu pada Carisa, Adit akan membawa Carisa pulang ke rumah kami!" ujar wanita paruh baya yang juga ikut bersama lelaki dengan mencebikkan bibirnya. Daniel kembali menatap Cinta, Daniel benar-benar tidak mengerti siapa sebenarnya mereka.Seorang perawat menghampiri mereka berempat. "Bapak, Ibu, tolong tenang! Jangan membuat keributan di sini!" ujar perawat tersebut seraya melenggang pergi.Mereka berempat pun duduk di kursi tunggu. Cinta menjauhi Daniel dan berusaha untuk terus meminta maaf kepada kedua sosok yang baru saja datang itu, membuat Daniel semakin heran siapa mereka sebenarnya?Setelah sekian lama menunggu, akhirnya melhat Carisa dari kaca pintu, perasaan Cinta benar-benar tidak tenang. Cinta tidak bisa duduk diam menunggu di luar ruangan, namun, jika masuk ke dalam pun, Cinta takut akan mengacaukan Dokter dan tenaga medis lainnya."Dengar ya
"Tenang, Bu! Semoga Carisa tidak apa-apa." Ujar Bidan sambil memegang infus yang tersambung ke tangan Carisa."Andi, cepat!" Seru Cinta dengan suara parau. Perasaan Cinta teramat sangat tidak karuan, Cinta takut terjadi sesuatu yang sangat buruk pada Carisa, sehingga air mata tak henti-hentinya mengalir dari pelupuk matanya.Cinta terus memeluk Carisa dengan erat dengan sesekali menyeka keringat dingin yang mulai keluar dari tubuh Carisa.Melihat keadaan cinta yang teramat sangat cemas, Andi melajukan mobil dengan kecepatan tinggi sehingga perjalanan yang seharusnya ditempuh selama satu jam mampu ditempuh hanya dalam tiga puluh menit. Andi juga memasang suara sirine ambulance dari mobil, agar kendaraan yang lain segera menyingkir. Andi tidak peduli jika nanti yang dilakukannya itu akan berdampak melanggar aturan, yang terpenting adalah Carisa segera sampai ke rumah sakit.Sampai di ruma
Cinta melangkah maju dengan perlahan, dan mendekati Daniel. Selangkah, dua langkah, tiga langkah.Daniel merasakan seseorang memeluknya dari belakang. Seseorang menyandarkan kepalanya di punggung Daniel, memeluk tubuhnya dengan erat. Daniel membalikkan badannya, dan tersenyum menatap Cinta yang memeluk pinggangnya dengan erat."Ada apa, Sayang?" Daniel membelai rambut Cinta dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya mematikan kompor.Cinta hanya menggelengkan kepalanya,Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.Daniel menangkup wajah Cinta dengan kedua tangannya. Lalu mengecup kening dan ujung hidung Cinta dengan lembut sehingga Cinta memejamkan matanya, menikmati debar jantungnya yang mulai tak karuan."A_aku merindukanmu," ucap Cinta menatap manik mata Daniel. Menyelami sorot mata yang tajam namun sangat meneduhkan."Aku juga merindumu, Sayang
Daniel meninggalkan Cinta ke luar kamar, khawatir akan tergoda melihat Cinta yang tertidur pulas.Namun, pikiran kotor kembali merasukinya."Hey, Daniel, sudah saatnya kamu memiliki istrimu, dia halal untukmu, sudah saatnya kamu menaklukkannya" pikiran itu terus berkelana membuat Daniel kembali membuka pintu kamar dan mendekati Cinta yang tergeletak dan tertidur pulas di atas ranjang.Tatapan mata Daniel kembali tertuju pada kancing baju bagian atas yang tadi dia buka. Daniel naik ke atas ranjang, menelusuri wajah Cinta yang memang sangat cantik.Daniel mendekatkan wajahnya, mengecup bibir Cinta dengan lembut. Menyesapnya dengan perlahan, dan satu tangannya mulai membuka kancing bagian kedua kemeja Cinta. Daniel menurunkan kecupannya ke arah leher jenjang Cinta."Mmmhhh ...." Desahan kecil keluar dari bibir Cinta.Daniel kembali mengecup bibir Cinta dengan rakus. Cinta membuka matanya,
"Ada apa?" Cinta memundurkan dirinya dari hadapan Daniel.Namun, terlambat. Daniel terlebih dahulu meraih tengkuknya dan melabuhkan ciuma di bibir Cinta. Menyesap bibir yang menjadi candu baginya. Melumatnya dengan penuh cinta.Cinta tidak mampu menolak, kerinduan yang dirasakannya membuat Cinta membiarkan Daniel mengecup dan menyesap bibirnya dengan pelan."Aku merindukanmu." Bisik Daniel di telinga Cinta.Cinta hanya tersenyum, lalu menyandarkan kepalanya di bahu sang suami.Jarak dari perusahaan menuju rumah Cinta hanya memakan waktu sepuluh menit."Assalamualaikum." Cinta mengucap salam dan mempersilahkan Daniel masuk ke dalam rumahnya."Waalaikumsalam." Terdengar jawaban dari dalam.Ayah dan Ibu Cinta membuka pintu dan melihat Cinta bersama seorang lelaki.Ayahnya mengerutkan keningnya melihat penampilan Daniel yang tid
Cinta mengikuti langkah Rina, memasuki sebuah kantor yang sederhana. Cinta tercenung sesaat, Rina meraih tangan Cinta, meminta untuk mengikutinya."Silahkan, Bu …" ujar Rina mempersilahkan Cinta masuk."Assalamualaikum." Cinta mengucap salam."Waalaikumsalam." Jawab beberapa orang dari dalam bersamaan."Bu Cinta, silahkan duduk," sapa seorang laki-laki yang Cinta kenal dengan baik. Laki-laki itu biasa Cinta panggil Bang Iqbal."Makasih, Bang," ucap Cinta tersenyum sambil mendudukkan bokongnya di kursi yang di sodorkan Bang Iqbal."Pak Nai, ini Bu Cinta." Bang Sudir memperkenalkan Cinta pada seorang laki-laki yang tersenyum padanya."Dan … mmmm … Pak Daniel?" Cinta kaget karena saat ini Daniel berada dihadapannya. Cinta tidak bisa mencerna semua ini, bagaimana mungkin Daniel berada di sini."Lho, B