Share

6. Tutup Mulutmu 2

last update Huling Na-update: 2025-02-04 21:11:30

"Kalau sampai video itu viral, saya tidak akan bungkam, Pak Tristan. Saya bisa membuat video untuk klarifikasi dan mengatakan kalau Mbak Aruna hanya cemburu buta dan bertindak tak tahu etika. Saya bisa menuntut balik dengan dalih pencemaran nama baik. Pak Tristan, juga harus begitu. Membuat video klarifikasi kalau di antara kita tidak ada hubungan apapun. Istri Anda yang salah paham."

Mereka terkejut. Terutama Pak Ardi yang melotot tajam padaku.

Sungguh ini keberanian dari mana, spontan aku mengatakan hal itu. Tidak ada rasa takut dalam hati. Aku benar. Aku tidak sedang menggoda suami orang yang notabene bosku sendiri.

Padahal aku hanya debu di hadapan mereka yang berkuasa. Aku punya apa coba? Dilibas sekali saja, aku hanya tinggal nama. Bahkan aku bisa kehilangan pekerjaan. Lalu bagaimana dengan anakku?

Tapi kalau aku diam, siapa yang akan membelaku. Sejauh ini aku menjaga diri dengan sebaik-baiknya, agar status janda yang kusandang tetap terhormat dan tidak mendapatkan citra buruk di hadapan orang.

"Sudah, Hilya. Kami akan menyelesaikan hal ini. Tristan, kita keluar dan menemui para staf. Tanya siapa pun yang menyimpan video itu, harus dihapus jika tidak ingin diberhentikan kerja."

Tristan langsung berdiri dan melangkah ke luar ruangan tanpa menunggu papanya. Pak Fadlan juga bangkit untuk memakai jas. Pada saat itu, Pak Ardi mengeluarkan segepok uang dan di letakkan tepat di hadapanku. "Tutup mulutmu. Jangan banyak bicara dan urusan kita selesai. Percuma kamu melawan kami. Kamu nggak akan menang. Kami akan mengurusi hal ini, tapi jika sudah terlanjur ke media, tutup mulutmu dan biarkan hal itu berlalu sampai orang lupa dengan sendirinya."

Aku kaget, lalu menggeser uang pada pemiliknya. "Jangan suap saya, Pak. Saya tidak suka permainan seperti ini," jawabku dengan dada bergetar hebat. Aku sendirian dan aku benar-benar bisa mati jika melawan mereka. Bahkan tidak susah bagi orang-orang ini untuk melenyapkanku tanpa meninggalkan jejak.

Tapi lelaki ini salah. Dia pikir bisa membungkamku dengan uang. Sekalipun miskin, tak akan kutukar harga diriku dengan uang. Pak Ardi menyuapku karena ternyata seberani itu melawannya. Sebab dia mulai sadar, anaknya yang bertindak bodoh.

"Kamu bisa saja dipecat dari perusahaan," ancamnya. Aku bergeming.

"Saya permisi!" pamitku. Kemudian memandang Pak Fadlan yang masih berdiri memperhatikan kami. Lelaki itu tampaknya terkejut juga dengan ulah besannya yang mengeluarkan segepok uang. "Pak Fadlan, saya permisi untuk kembali bekerja."

"Ya," jawab pria itu.

Saat aku keluar ruangan, kulihat Tristan bicara cukup serius dengan orang kepercayaannya dan beberapa staf yang mungkin sudah terlanjur menyimpan video itu. Mereka tampak sibuk dengan ponsel di tangan masing-masing.

"Bagaimana, Hil?" Wajah Ani tampak khawatir saat bertanya padaku.

"Nanti kuceritakan. Kita kerja dulu."

"Pak Tristan mengamuk dengan asistennya Mbak Aruna."

"Biar saja. Nanti break makan siang, kuceritakan apa yang terjadi tadi."

Ani mengangguk, lantas meninggalkan mejaku.

Suasana ruangan itu mendadak tegang. Semua karyawan yang tidak terlibat menunduk. Yang terdengar hanya bunyi keyboard yang dihentak oleh jemari. Di ujung depan sana, Tristan bicara dengan nada penuh amarah. Siapapun yang masih menyimpan video itu atau menyebarkannya, bakal dipecat dan bisa dituntut ke jalur hukum.

Aku menghela nafas pelan. Ya Allah, kuatkan aku. Sekali lagi bantu aku menghadapi semua ini. Sehebat apakah aku, hingga mendapatkan ujian bertubi. Ah, aku berbaik sangka saja, mungkin ini cara-Mu untuk menguatkan mentalku.

Isi dada campur aduk, antara marah dan khawatir. Bisa saja aku diberhentikan kerja. Entah hari ini juga, esok, atau lusa.

Spontan terbayang jelas wajah Rifky. Dia sedang lucu-lucunya. Dia butuh aku, sekalipun papanya juga mencukupi kebutuhannya. Aku tidak boleh menyerah. Jangan takut, Hilya.

Suara langkah kaki yang berhenti di depan meja, membuatku mengangkat wajah.

Next ....

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (8)
goodnovel comment avatar
Evi Citra
tetap semangat hilya,,,
goodnovel comment avatar
Rohana
semngat hilya demi keluarga kecilmu
goodnovel comment avatar
Aminah Adjaa
nyiiiiiiiiiiiiimaaaak
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Usai Keputusan Cerai   219. Extra Part 3

    Pak Umar benar-benar terharu pada orang-orang muda yang sungguh bijaksana menyikapi kenyataan. Berpuluh tahun terakhir ini, dia tidak pernah merasakan kebahagiaan sedalam itu. Mungkinkah ini kebahagiaan terakhir yang ia kecap. Usia makin senja, tidak tahu kapan akan kembali ke haribaan-Nya.Setidaknya dia sudah pernah merasa sebahagia ini dan merasa sangat dihargai. Bisa bertemu kembali dengan anak-anak yang dulu dikhianati.🖤LS🖤"Hai, Baby Cantik." Aruna menyentuh lembut pipi Aurora yang digendong oleh Hilya. Malam itu dari rumah Mbak Asmi, Bre langsung mengajak istri dan anak perempuannya ke sebuah kafe, di mana ia janji ketemuan dengan Tristan. Mak As tidak ikut. Dia akan menjaga anak-anak di rumah Mbak Asmi. Khawatir Mbak Asmi dan Ustadz Izam kewalahan.Ganti Hilya mengusap pelan lengan Hasby. "Tambah gemoy aja Hasby.""Iya. Kuat banget nyemilnya.""Adek." Hasby yang berusia dua tahun berusaha menggapai Aurora. Sejak tadi todler itu memang memperhatikan Aurora yang digendong bu

  • Usai Keputusan Cerai   218. Extra Part 2

    Begitu Hilya mengajak putrinya keluar ruangan, Bre merebahkan diri di karpet yang sudah kosong oleh mainan. Tiba-tiba Rifky dan Rafka kembali menubruk dan memeluknya. Bre pura-pura mengerang, "Aduh ... dua raksasa kecil menyerang Papa!"Dua bocah terbahak-bahak. Malah tambah antusias menggoda papanya. Mereka kembali bercanda dan berebut perhatian.Suara di ruang bermain menarik perhatian Hilya yang duduk di sofa sambil menyusui Aurora. Ada kehangatan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata, sebuah kebahagiaan yang mahal harganya.Dan di pagi yang dingin itu, di tengah kesibukan mengurus suami dan anak-anak, Hilya merasa menjadi manusia paling kaya di dunia karena memiliki mereka.🖤LS🖤Jam sebelas siang, Bre sekeluarga berangkat ke Malang. Mak As juga ikut. Dalam perjalanan anak-anak tertidur semua karena kecapekan bermain tadi.Mereka langsung ke bandara untuk menjemput Pak Umar. Sudah hampir dua tahun tidak bertemu. Bre bolak-balik menawari membelikan tiket, tapi Pak Umar yang tid

  • Usai Keputusan Cerai   217. Extra Part 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI - Extra PartMalang, di bulan Juli.Kabut tipis dan hawa dingin masih memeluk kota, menyusup hingga ke sela-sela jendela di pagi itu. Harum kopi yang baru saja diseduh, menebar aromanya ke seluruh penjuru rumah. Di ruang bermain berukuran lima kali empat meter, kekacauan kecil berlangsung. Mainan warna-warni berserakan seolah baru saja diterjang badai. Robot-robot berbaring terlentang karena habis dicampakkan pemiliknya, mobil-mobilan terguling, balok-balok kayu berhamburan, dan lego berserakan. Namun tawa dua bocah laki-laki, Rifky dan Rafka, membuat segala kekacauan itu terasa lebih sempurna."Rafka, ayo dorong mobil balapmu lebih kenceng!" teriak Rifky, matanya berbinar penuh semangat."Iya," jawab Rafka seraya mendorong mobil yang dipegangnya lebih kuat. Mereka berdua tertawa terpingkal-pingkal, berlomba mendorong mobil-mobilan sepanjang karpet warna pastel yang penuh oleh mainan yang berserak.Sementara itu di sudut ruangan, baby Aurora duduk manis di atas

  • Usai Keputusan Cerai   216. Perawan 3

    Pak Umar tambah terkejut, tapi ada binar di matanya. Apa tamunya itu tetangga anaknya. "Apa kamu tetangganya Asmi?""Bukan, Pak. Kenalkan nama saya Arham. Saya papa kandungnya Rifky."Kali ini Pak Umar terkesiap. Memandang Arham lekat-lekat, seolah ingin memastikan ia tidak salah dengar. Jadi, dialah lelaki yang pernah menjadi suami putrinya. Yang mengkhianati Hilya seperti yang telah dilakukannya dulu.Untuk beberapa saat, mereka hanya saling diam, membiarkan angin pagi menjadi saksi ketegangan yang merayap di antara mereka."Jadi, kamu ayah kandungnya Rifky?"Arham mengangguk. "Saya dulu suami Hilya, Pak. Kami berpisah sebelum Rifky lahir."Pak Umar menyandarkan tubuh ke kursi. Akhirnya dia bertemu juga dengan mantan menantu yang tidak pernah dikenalnya. Hilya tidak pernah cerita atau menunjukkan foto mantan suaminya. Padahal dua tahun yang lalu mereka juga bertemu. Bre mengirimkan tiket supaya dia bisa ke Surabaya bertemu keluarganya.Arham menyalami Pak Umar dan mencium tangannya.

  • Usai Keputusan Cerai   215. Perawan 2

    Arham terhenti sejenak. Satu kejutan ia dapatkan ketika beberapa saat memulai hubungan. Sekat itu terasa. Persis ketika malam pertamanya dengan Hilya. Namun Agatha terlihat biasa, sedangkan Hilya menunjukkan rasa tidak nyaman karena rasa sakit.Hal mengejutkan itu Arham simpan sampai mereka selesai melakukannya. Benarkah istrinya masih perawan? Yang dia nikahi padahal seorang janda. Memang tidak ada darah yang keluar seperti halnya Hilya dulu. Tapi Arham tidak mungkin salah merasakannya. Lelaki itu mengecup istrinya sambil berkata, "Boleh aku tanya sesuatu?"Agatha memandang sang suami dengan wajah lelah. Keringat membasahi pelipis. Baru kali ini dia merasakan bagaimana berhubungan suami istri yang dulu hanya sekedar angan, akhirnya pupus setelah Bre memutuskan untuk bercerai. "Tanya apa, Mas?""Yang kunikahi perawan atau janda?""Janda yang masih perawan," jawab Agatha dengan cepat. "Kamu kaget, Mas?""Ada apa dengan pernikahanmu bersama Bre waktu itu?" tanya Arham dengan nada pelan

  • Usai Keputusan Cerai   214. Perawan 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Perawan Author's POV Arham masih memperhatikan Pak Umar yang tengah membaca surat kabar. Di zaman canggih begini, lelaki itu tetap setia dengan media cetak. Beberapa menit kemudian, dari dalam rumah muncul seorang wanita dengan kursi rodanya. Menghampiri Pak Umar yang akhirnya meletakkan koran di atas meja. Kemudian mereka berbincang. Entah bicara apa, Arham tidak bisa mendengarnya.Mungkin bukan sekarang. Nanti saja kalau ada kesempatan, ia akan bicara dengan Pak Umar. Sepertinya lelaki itu pemilik rumah makan ini. Gampang untuk mencarinya nanti. Dia juga harus memberitahu Agatha terlebih dulu. Biar istrinya tidak kaget.Jika sekarang menghindar pun, bisa jadi suatu hari nanti mereka akan bertemu kembali. Kemungkinan itu sangat besar. Sebab cucu Pak Umar adalah anaknya."Kenapa, Mas?" Agatha heran melihat Arham terdiam."Nggak apa-apa. Nanti kalau sudah sampai di hotel, ada yang ingin kuceritakan.""Ya." Agatha mengangguk dengan perasaan penasaran. Arham yan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status