Share

5 Tutup Mulutmu 1

last update Last Updated: 2025-02-04 21:11:12

USAI KEPUTUSAN CERAI

- Tutup Mulutmu

"Beneran kamu yang sengaja menggoda Tristan?" Dengan tak sabar Pak Ardi menyerangku yang baru saja duduk. Aku sudah menduga, mereka memanggilku karena hal ini.

"Maaf, itu hanya salah paham, Pak," ujarku tenang meski gemetar dan amarah memenuhi dada. Aku benci dengan tuduhan itu. Untuk apa aku menggoda suami orang, sementara aku sudah muak dengan yang namanya lelaki.

"Kamu di sini hanya staf. Harusnya kamu tahu diri." Mata lelaki itu menyala-nyala penuh amarah. Wajahnya sangat sinis memandang pegawai rendahan sepertiku.

Pak Fadlan berdehem. "Sabar, Pak Ardi. Kita bisa membicarakan hal ini baik-baik." Pria berkacamata itu memang bos yang sangat bijaksana.

Lalu Pak Fadlan memandangku dengan suara tenang, beliau berkata, "Hilya, bisa kamu jelaskan tentang video itu. Aruna mengamuk pasti ada sebabnya."

"Itu hanya salah paham, Pak. Pak Fadlan bisa bertanya langsung pada Pak Tristan. Kami tidak memiliki hubungan apapun selain sebagai bos dan karyawan," jawabku setenang mungkin. Sebelum memanggilku, seharusnya mereka bertanya secara detail pada anak dan menantunya.

Tapi beberapa hari ini Pak Tristan memang ada pekerjaan di Jakarta. Entah kapan akan pulang.

Pak Ardi marah dan mengeluarkan umpatan yang merendahkanku. Pak Fadlan berusaha menenangkan, tapi lelaki itu begitu emosi. Aku diam mendengarkan. Kalau dia bukan bos dan orang yang lebih tua, tentu aku sudah membalasnya.

Di tengah segala amarah, pintu ruangan tiba-tiba terbuka. Muncul Tristan memakai jas hitam dan kemeja biru sebagai dalamannya. Ternyata dia sudah pulang dari Jakarta. "Ada apa, Pa?"

Spontan Pak Ardy memandang menantunya. "Kamu sudah melihat video itu?"

"Ya. Siapa yang merekam dan menyebarkan sampai karyawan tahu?" Tristan tampak marah. Apa dia tidak tahu kalau itu ulah dari istrinya sendiri. Di video itu hanya aku yang tampak jelas sedangkan Aruna hanya terlihat dari samping.

"Mbak Aruna sendiri, Pak." Kuceritakan peristiwa tiga hari yang lalu. Wajah Tristan merah menahan amarah. Pak Ardi tampak pias. Kaget karena anaknya sendiri yang merencanakan semuanya.

"Aruna nggak mungkin bertindak kalau nggak ada alasan dan bukti." Pak Ardi berkata dengan tatapan sinis padaku juga pada menantunya. "Kamu membuat ulah di rumah tangga putriku dan sekarang semua karyawan heboh membicarakan kalian."

"Maaf, Pak. Siapa yang mengambil video itu? Siapa juga yang menyebarkannya. Bukan saya, tapi Mbak Aruna sendiri. Mbak Aruna hanya salah paham." Lalu aku memandang Tristan. Lelaki tampan itu rahangnya mengeras. "Apa kita punya hubungan, Pak Tristan ?" tanyaku.

"Tidak ada," jawab pria itu tegas.

"Bagaimana dengan semua chat itu?" Pak Ardi memandang Tristan tajam.

"Chat biasa kan, Pa. Apa ada aku janjian kencan dengan Hilya? Tidak ada. Mungkin Aruna yang salah paham. Nanti kami bicarakan."

Hening. Aku memandang Tristan sejenak. Lelaki ternyata di mana-mana sama saja. Chat-nya tampak biasa, tapi setiap ada kesempatan bertemu denganku, tatapannya yang tidak biasa. Dia tidak mungkin mengaku pada mertuanya.

Pak Fadlan menegakkan duduknya lalu memandang sang besan. "Tidak perlu diperpanjang lagi. Ini hanya salah paham. Nanti minta Aruna untuk menghapus video itu, Pak Ardi."

"Maaf, jika semua tuduhan itu tidak benar jatuhnya fitnah, Pak. Nama baik saya sudah dipermalukan di hadapan para staf kantor dan karyawan. Kalau sampai video itu ter-upload di media sosial dan nama saya tercemar. Saya tidak akan tinggal diam," ujarku yang membuat tiga lelaki kelas atas itu terkejut. Tentu tidak menyangka aku seberani ini bicara.

"Kamu mengancam?" Pak Ardi menatapku tajam.

"Tidak, Pak. Ini bukan ancaman. Tapi ini pembelaan diri karena saya tidak melakukan apa yang dituduhkan. Bahkan Pak Ardi sendiri sudah mendengar dari Pak Tristan, kami tidak berselingkuh."

Hening.

"Hilya, saya akan bicarakan ini dengan Aruna." Tristan memandangku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Evi Citra
hilya yg berprinsip kuat menjaga harga dirinya,,good to hilya
goodnovel comment avatar
Evi Citra
masih membaca,,kelanjutanya
goodnovel comment avatar
Aminah Adjaa
nyiiiiiiiiiiiiimaaaak
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Usai Keputusan Cerai   219. Extra Part 3

    Pak Umar benar-benar terharu pada orang-orang muda yang sungguh bijaksana menyikapi kenyataan. Berpuluh tahun terakhir ini, dia tidak pernah merasakan kebahagiaan sedalam itu. Mungkinkah ini kebahagiaan terakhir yang ia kecap. Usia makin senja, tidak tahu kapan akan kembali ke haribaan-Nya.Setidaknya dia sudah pernah merasa sebahagia ini dan merasa sangat dihargai. Bisa bertemu kembali dengan anak-anak yang dulu dikhianati.🖤LS🖤"Hai, Baby Cantik." Aruna menyentuh lembut pipi Aurora yang digendong oleh Hilya. Malam itu dari rumah Mbak Asmi, Bre langsung mengajak istri dan anak perempuannya ke sebuah kafe, di mana ia janji ketemuan dengan Tristan. Mak As tidak ikut. Dia akan menjaga anak-anak di rumah Mbak Asmi. Khawatir Mbak Asmi dan Ustadz Izam kewalahan.Ganti Hilya mengusap pelan lengan Hasby. "Tambah gemoy aja Hasby.""Iya. Kuat banget nyemilnya.""Adek." Hasby yang berusia dua tahun berusaha menggapai Aurora. Sejak tadi todler itu memang memperhatikan Aurora yang digendong bu

  • Usai Keputusan Cerai   218. Extra Part 2

    Begitu Hilya mengajak putrinya keluar ruangan, Bre merebahkan diri di karpet yang sudah kosong oleh mainan. Tiba-tiba Rifky dan Rafka kembali menubruk dan memeluknya. Bre pura-pura mengerang, "Aduh ... dua raksasa kecil menyerang Papa!"Dua bocah terbahak-bahak. Malah tambah antusias menggoda papanya. Mereka kembali bercanda dan berebut perhatian.Suara di ruang bermain menarik perhatian Hilya yang duduk di sofa sambil menyusui Aurora. Ada kehangatan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata, sebuah kebahagiaan yang mahal harganya.Dan di pagi yang dingin itu, di tengah kesibukan mengurus suami dan anak-anak, Hilya merasa menjadi manusia paling kaya di dunia karena memiliki mereka.🖤LS🖤Jam sebelas siang, Bre sekeluarga berangkat ke Malang. Mak As juga ikut. Dalam perjalanan anak-anak tertidur semua karena kecapekan bermain tadi.Mereka langsung ke bandara untuk menjemput Pak Umar. Sudah hampir dua tahun tidak bertemu. Bre bolak-balik menawari membelikan tiket, tapi Pak Umar yang tid

  • Usai Keputusan Cerai   217. Extra Part 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI - Extra PartMalang, di bulan Juli.Kabut tipis dan hawa dingin masih memeluk kota, menyusup hingga ke sela-sela jendela di pagi itu. Harum kopi yang baru saja diseduh, menebar aromanya ke seluruh penjuru rumah. Di ruang bermain berukuran lima kali empat meter, kekacauan kecil berlangsung. Mainan warna-warni berserakan seolah baru saja diterjang badai. Robot-robot berbaring terlentang karena habis dicampakkan pemiliknya, mobil-mobilan terguling, balok-balok kayu berhamburan, dan lego berserakan. Namun tawa dua bocah laki-laki, Rifky dan Rafka, membuat segala kekacauan itu terasa lebih sempurna."Rafka, ayo dorong mobil balapmu lebih kenceng!" teriak Rifky, matanya berbinar penuh semangat."Iya," jawab Rafka seraya mendorong mobil yang dipegangnya lebih kuat. Mereka berdua tertawa terpingkal-pingkal, berlomba mendorong mobil-mobilan sepanjang karpet warna pastel yang penuh oleh mainan yang berserak.Sementara itu di sudut ruangan, baby Aurora duduk manis di atas

  • Usai Keputusan Cerai   216. Perawan 3

    Pak Umar tambah terkejut, tapi ada binar di matanya. Apa tamunya itu tetangga anaknya. "Apa kamu tetangganya Asmi?""Bukan, Pak. Kenalkan nama saya Arham. Saya papa kandungnya Rifky."Kali ini Pak Umar terkesiap. Memandang Arham lekat-lekat, seolah ingin memastikan ia tidak salah dengar. Jadi, dialah lelaki yang pernah menjadi suami putrinya. Yang mengkhianati Hilya seperti yang telah dilakukannya dulu.Untuk beberapa saat, mereka hanya saling diam, membiarkan angin pagi menjadi saksi ketegangan yang merayap di antara mereka."Jadi, kamu ayah kandungnya Rifky?"Arham mengangguk. "Saya dulu suami Hilya, Pak. Kami berpisah sebelum Rifky lahir."Pak Umar menyandarkan tubuh ke kursi. Akhirnya dia bertemu juga dengan mantan menantu yang tidak pernah dikenalnya. Hilya tidak pernah cerita atau menunjukkan foto mantan suaminya. Padahal dua tahun yang lalu mereka juga bertemu. Bre mengirimkan tiket supaya dia bisa ke Surabaya bertemu keluarganya.Arham menyalami Pak Umar dan mencium tangannya.

  • Usai Keputusan Cerai   215. Perawan 2

    Arham terhenti sejenak. Satu kejutan ia dapatkan ketika beberapa saat memulai hubungan. Sekat itu terasa. Persis ketika malam pertamanya dengan Hilya. Namun Agatha terlihat biasa, sedangkan Hilya menunjukkan rasa tidak nyaman karena rasa sakit.Hal mengejutkan itu Arham simpan sampai mereka selesai melakukannya. Benarkah istrinya masih perawan? Yang dia nikahi padahal seorang janda. Memang tidak ada darah yang keluar seperti halnya Hilya dulu. Tapi Arham tidak mungkin salah merasakannya. Lelaki itu mengecup istrinya sambil berkata, "Boleh aku tanya sesuatu?"Agatha memandang sang suami dengan wajah lelah. Keringat membasahi pelipis. Baru kali ini dia merasakan bagaimana berhubungan suami istri yang dulu hanya sekedar angan, akhirnya pupus setelah Bre memutuskan untuk bercerai. "Tanya apa, Mas?""Yang kunikahi perawan atau janda?""Janda yang masih perawan," jawab Agatha dengan cepat. "Kamu kaget, Mas?""Ada apa dengan pernikahanmu bersama Bre waktu itu?" tanya Arham dengan nada pelan

  • Usai Keputusan Cerai   214. Perawan 1

    USAI KEPUTUSAN CERAI- Perawan Author's POV Arham masih memperhatikan Pak Umar yang tengah membaca surat kabar. Di zaman canggih begini, lelaki itu tetap setia dengan media cetak. Beberapa menit kemudian, dari dalam rumah muncul seorang wanita dengan kursi rodanya. Menghampiri Pak Umar yang akhirnya meletakkan koran di atas meja. Kemudian mereka berbincang. Entah bicara apa, Arham tidak bisa mendengarnya.Mungkin bukan sekarang. Nanti saja kalau ada kesempatan, ia akan bicara dengan Pak Umar. Sepertinya lelaki itu pemilik rumah makan ini. Gampang untuk mencarinya nanti. Dia juga harus memberitahu Agatha terlebih dulu. Biar istrinya tidak kaget.Jika sekarang menghindar pun, bisa jadi suatu hari nanti mereka akan bertemu kembali. Kemungkinan itu sangat besar. Sebab cucu Pak Umar adalah anaknya."Kenapa, Mas?" Agatha heran melihat Arham terdiam."Nggak apa-apa. Nanti kalau sudah sampai di hotel, ada yang ingin kuceritakan.""Ya." Agatha mengangguk dengan perasaan penasaran. Arham yan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status