Share

VAMPIRE HANDSOME, MYBOY
VAMPIRE HANDSOME, MYBOY
Penulis: Citra Rahayu Bening

AH, KITA?

Sandra segera menutup kedua telinga dengan tangan. Tubuhnya menggigil hebat. Dia ketakutan, cemas dan marah serta membencinya.

"Sa-yang, headphone kamu ke mana?" tanya Ny. Anggara lembut sambil mengusap rambut putrinya.

"Maaf, Nyonya. Tadi pagi headphonenya dirusak sama Nona," jawab Bik Sumi sambil gemetar.

Wanita separuh baya tersebut khawatir si nona marah, jika dirinya mengadu ke Ny. Anggara. Namun nyatanya Sandra geming. Dia asik membungkam suara hujan. Ny. Anggara seketika menarik ujung lengan daster Bik Sumi. Kedua wanita berusia selisih lima tahun tersebut melangkah keluar kamar.

Kini, Bik Sumi mengikuti langkah kaki sang majikan menuju ruang makan. Mereka duduk berhadapan dengan mempertajam pendengaran. Waspada saja, jika ada suara ganjil terdengar dari dalam kamar Sandra. Seperti biasa terjadi.

"Emang ada masalah lagi?" Wanita yang masih modis di usia kepala lima bertanya lirih sambil menatap Bik Sumi.

"A-anu, Nyonya. Tuan tanpa sengaja memakai headphone milik Non Sandra."

"Emang, ambil di mana?"

"Di meja mini bar, Nyonya."

"Sandra lupa taruh?"

"Enggak, Nyonya. Non Sandra sengaja taruh sana karena duduk mendengarkan musik. Begitu dengar suara motor persis punya Den Raditya, buru-buru copot headphone, langsung lari ke halaman depan."

Kedua mata Ny. Anggara seketika berkaca-kaca mendengar penjelasan Bik Sumi. Wanita berpakaian formal ini ikut merasakan kesedihan yang dialami sang putri. Rasa letih sepulang kerja, tak dirasakannya.

"Bapak ada di mana saat Sandra lari ke depan?" tanya Ny. Raditya hati-hati. Dari potongan penjelasan ART kepercayaannya ini, dia ingin mencari titik temu penyebab depresi Sandra

"Tuan ada di halaman belakang dekat kolam. Begitu Non Sandra berteriak memanggil nama Den Raditya, Tuan menyusul. Begitu tahu gerbang tergembok, langsung balik dan mengambil headphone lalu dipake. Tuan duduk lagi dekat kolam," jelas Bik Sum lebih detail.

"Terus Sandra balik, cari headphone?"

"Iya, Nyonya. Tapi mata awas menatap ke arah Tuan yang pake headphone. Non Sandra mendekat ke Tuan dan langsung menarik paksa headphone. Menginjak-injak dan langsung membuangnya ke tempat sampah."

"Gimana reaksi Bapak?"

"Langsung minta maaf dan berusaha tenangin Non Sandra  Tapi sayang, Non tambah histeris. Saya ajak ke kamar segera dan hujan."

"Tambah histeris kayak tadi," sahut Ny. Anggara tersenyum miris. Bik Sumi mengangguk. 

Raditya adalah cinta pertama Sandra sejak menginjak sekolah menengah atas hingga tahun kemarin. Tiba-tiba Raditya tak ada kabar berita setelah mulai bekerja di lain kota. Pihak keluarga Raditya telah melaporkan ke polisi, tetapi belum ada hasil sampai hari ini.

Sejak kepergian Raditya, sang putri berubah linglung. Jiwanya sedikit terganggu. Apalagi, jika hari sedang hujan. Sandra selalu histeris saat hujan datang. Seperti yang barusan terjadi, sang putri menjerit ketakutan lalu segera menyumbal telinga serta memejamkan mata. Satu hal yang membuat Ny. Anggara penasaran, sejak Raditya menghilang, Sandra membenci sang papa layaknya dendam.

"Nyonya, saya permisi ke kamar Non buat antar jus dulu," ucap Bik Sum sembari melangkah ke arah kulkas.

"Jus mangga?"

"Ya, Nyonya. Gak ada lagi. Kata Non Sandra, ia akan minum jus mangga setiap hari agar Den Raditya datang."

"Bibik ngerasa ada yang aneh, gak?"

"Apa itu, Nyonya?"

"Kayak ada makhluk tak kasat mata di sekitar sini. Selalu seperti ini, tiap jus diambil dari kulkas. Dan selalu ada hawa panas di atas keramik yang baru," ucap Ny. Anggara sambil melangkah dan menghentak-hentakkan sepatu high heels di atas lantai yang dimaksud. Di bawah, terdengar berongga. Otak Ny. Anggara berputar sejenak.

"Ya, benar, Nyonya. Saya merasakan itu. Saya pikir sendirian ngerasain," balas Bik Sumi sambil meraba tengkuk. Sementara itu, tangan kanan memegang tumbler kaca berisi jus.

"Tiap kali Bik Sum ambil minuman itu, bulu kuduk berdiri. Ngerasa?"

"Iya, sih. Sama, Nyonya. Hari ini saya sudah bikin jus kedua kalinya."

Ny. Anggara sudah biasa mendapat laporan Bik Sum seperti ini. Sejak Sandra mengalami gangguan mental, minuman jus mangga sudah menjadi kebutuhannya. Bahkan, tampak berlebihan, tetapi Ny. Anggara tak mempersalahkannya. Wanita tersebut tak mau sang putri bertambah beban pikiran. Menurut penjelasan psikolog, Sandra telah mengalami goncangan mental sangat dahsyat. 

Gangguan tersebut dialami sang putri, semenjak Raditya menghilang. Ny. Anggara mengikuti langkah kaki Bik Sum menuju kamar Sandra. Hujan mulai reda. Sisa tetesan air menempel di kaca jendela ruang makan dan juga ruang tengah. Kedua ruangan didominasi kaca jendela lebar, hingga lingkungan sekitar rumah jelas terpandang dari dalam.

"Kita tunggu di sini," saran Ny. Anggara ketika langkah dua wanita telah sampai di depan kamar Sandra. Tampak di dalam ada Tuan Anggara sedang mengajak bicara Sandra.

"Maafin Papa, Sandra. Nanti kita keluar buat beli, ya," bujuk Tuan Anggara yang duduk di sisi ranjang.

"Pembunuh! Pergiii!" teriak Sandra sambil mendongak dengan mata merah. Gadis berambut panjang tersebut bangkit dan seketika memukulkan guling ke arah Tuan Anggara. Nyonya Anggara yang terkejut dengan reaksi Sandra langsung berlari masuk kamar. 

"Apa maksud semua ini?" tanya Ny. Anggara dengan suara lantang. 

Tuan Anggara langsung berdiri lalu berucap," Kita harus cari psikolog baru,, Ma."

Sandra langsung berlari menuju dapur diikuti oleh Bik Sumi. Gadis dengan mata sembab tersebut menggambil pisau daging lalu berjalan ke arah keramik yang terpasang baru. Perbedaan keramik lama dengan yang baru sangat mencolok karena yang lama sudah kusam. Ukuran luas keramik baru 1x2m. Sandra jongkok di atasnya sembari meracau.

"Radit! Di sini rumah barumu?" 

Tiba-tiba datang semilir angin dingin menerpa tubuh Bik Sumi. Seketika bulu kuduk wanita tersebut meremang. Sekarang, seperti ada sesuatu berdiri di dekat wanita ini. Ia bergerak mendekat ke arah Sandra. Tubuh gadis tersebut mengejang lalu kedua mata melotot. Dengan gerakan tak normal, layaknya tenaga pria, Sandra membongkar keramik dan mulai menggali dengan pisau daging.

"Astagfirullah!" teriak Bik Sumi yang segera didatangi oleh Ny. Anggara. Sedangkan Tuan Anggara menengok sebentar lalu berjalan ke luar rumah. Tak lama terdengar suara mobil ke arah gerbang dan hilang.

"Sayang, apa yang kamu lakukan?" tanya Ny. Anggara sambil menghampiri tempat Sandra menggali.

Wanita tersebut, seperti tak mengenali putrinya. Kedua mata Sandra memerah dengan gerakan gesit menggali lantai. Gadis ini tak menoleh sedikit pun. Dia terus menggali dan menggali. Hingga tampak lubang mirip liang lahat dan tengkorak kepala menyembul. Ny. Anggara dan Bik Sumi menjerit histeris langsung tak sadarkan diri. Sedangkan Sandra masih menggali sampai lubang tergali sempurna. Kini di hadapannya terbujur kerangka berpakaian lengkap, seorang pria.

"Akhirnya, kita ketemu Radit," ucap Sandra dengan mata berbinar-binar sambil memeluk kerangka tersebut.

Terekam dengan jelas dalam ingatan Sandra. Setahun yang lalu, saat untuk pertama kalinya selama Raditya pindah kerja ke luar kota. Kekasihnya datang tanpa pemberitahuan.

"Kita bisa nikah secepatnya. Aku udah ada modal," ucap Raditya bersemangat. Saat keduanya duduk di teras.

"Papa sedang keluar cuci mobil. Nanti kamu ngomong langsung ke papa aja," balas Sandra tak kalah gembira.

Tak berapa lama, Tuan Anggara datang. Setelah memarkir mobil, pria pengusaha batu bara tersebut tersenyum manis menghampiri pasangan kekasih ini. Baik Sandra maupun Raditya mencium tangan Tuan Anggara.

"Selamat sore, Om," sapa Raditya lalu melempar senyum manis.

"Selamat sore juga. Gimana kabar keluarga dan tempat kerja yang baru?" tanya Tuan Anggara sembari mengajak Raditya untuk duduk kembali.

"Alhamdulillah baik, Om."

Sandra berpamitan ke dalam akan membuat minuman untuk kedua pria kesayangan. Tak berapa lama Sandra mendengar Tuan Anggara marah kepada Raditya. Seketika gadis berwajah manis tersebut berlari ke depan. Kini, tampak olehnya, kedua pria berhadapan dengan ekspresi tegang. Sandra terpaku.

"Kalian tak boleh menikah! Cepat tinggalkan Sandra!" Tuan Anggara berkata dengan emosi.

"Apa salahnya? Saya akan tetap menikah dengan Sandra. Saya harus bertanggung jawab,"balas Raditya dengan tegas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status