Share

Alina Si Pedagang Cilik

last update Last Updated: 2022-02-05 11:43:14

“Manusia serigala? Vampir? Selama ini, aku hanya mengetahuinya dari cerita-cerita fiksi saja, itu pun dulu saat aku masih kecil sekali...” Alina tampak sedang berpikir, seperti berusaha mengingat sesuatu yang terlupakan.

Lalu, Alina kembali berkata “Tapi ya, ada lho orang yang memiliki kekuatan perubah wujud. Orang itu dapat berubah menjadi jelmaan singa, dia terlihat gagah saat melakukan perubahannya. Saat itu, dia bersama rekan-rekannya berhasil menghalau monster – monster yang keluar dari Gerbang Monster, akibat tak adanya pemburu kuat yang sempat menanganinya. Dari video yang beredar, dia berdiri di atas gunungan mayat monster. Katanya, dia yang paling banyak berkontribusi dalam penanganan ‘Gerbang yang Terbuka’. Nah, anda tahu? Kata orang – orang, gerbang itu terbuka lebih awal sehari, sedangkan sebelum waktunya tiba, Gerbang Monster akan terus tertutup...”

Nathan mengernyit saat mendengar ada manusia yang dapat mengubah wujudnya menjadi manusia singa. Hal itu sedikit membuatnya merasa tertarik. Dia berpikir, kemungkinan orang itu memiliki informasi terkait bangsa vampir maupun manusia serigala. Tentang Gerbang Monster ini, dia sedikit lebih memahaminya, termasuk kapan gerbang itu akan terbuka maupun tertutup hanya dengan merasakan energi kacau yang terpancar dari dalam Gerbang Monster.

Gadis itu larut dalam ucapannya sendiri, hingga tak menyadari bahwa dia mulai memasuki topik terkait kehidupannya.

“Lalu ya, aku ini seorang pedagang kuliner yang selalu berpindah tempat. Aku akan berdagang di tempat-tempat yang sangat ramai. Bahkan pernah suatu ketika, aku berjualan di dekat Gerbang Monster, karena saat itu kebetulan sedang terjadinya kehebohan terkait pencapaian seseorang yang telah berhasil menyelesaikan Gerbang Monster yang katanya sulit ditaklukkan. Aku harusnya bersyukur, karena makananku banyak yang membelinya, namun entah mengapa aku mulai merasa cemas...” Alina berhenti sejenak, raut wajahnya seperti sedang ketakutan akan sesuatu.

“Akhir-akhir ini, aku mendapat banyak sekali permasalahan yang tak berhubungan dengan dagangan. Ketiga pria yang terakhir kali mengejarku adalah salah satu alasan terbesarnya...” lanjut Alina, dia tersenyum masam saat kembali teringat dengan kejadian beberapa waktu lalu.

Waktu itu, Alina sungguh merasa tertekan. Lalu, kecemasannya itu akhirnya mencapai puncaknya saat dia tahu ada orang yang menguntit dirinya yang hendak pulang. Kejadian yang terakhir kali itu adalah hal baru baginya. Saat dia mengingatnya pun jantungnya bergejolak dengan hebat, keringatnya kini mulai tercipta kembali di keningnya yang berwarna putih kekuning-kuningan.

“Begitukah? Berarti, aku memihak ke pihak yang benar...” gumam Nathan dengan suara pelan, tangannya secara spontan sedikit terangkat dan mulai mengusap-usap dengan lembut kepala Alina. Keputusannya mempercayai ekspresi Alina saat itu telah terjawab kebenarannya setelah mendengar secara langsung curahan hati dari seorang gadis yang tersakiti. Dia hanya tersenyum hangat saat Alina menatapnya dengan bingung, namun Alina tak berkomentar lebih jauh.

Alina sendiri entah mengapa merasa nyaman diperlakukan seperti itu. Padahal, dia dengan Nathan belum sampai semalaman ini bertemu.

Sejak Nathan bangkit dari tidurnya, dia merasakan gejolak energi kacau yang dari awal keduanya berjalan menuju rumah Alina, energi kacau yang dirasakan semakin jelas terasa yang mana ada peningkatan pada intensitas gejolak energi.

Namun, Nathan masih bersikap dengan tenang. Dia sangat percaya diri dengan kekuatannya, gejolak energi kacau sebesar itu sebenarnya sangatlah lemah. Bila pperlu dikatakan, energi juga memiliki kepadatan tertentu,  layaknya material yang menjadi komponen penyusun alam semesta ini yang memiliki kepadatan material yang bervariasi.

Energi dari dunia asalnya adalah energi kacau yang memiliki kepadatan yang tinggi, sedangkan yang dirasakan oleh Nathan sejak dirinya terbangun di Bumi ini memang mirip. Namun kepadatannya jauh lebih rendah, meskipun terbilang memiliki kapasitas yang besar.

“Dari sini, berapa lama lagi kah untuk kita sampai ke rumah Nona Alina?” tanya Nathan.

Telah cukup lama mereka berjalan, namun setelah memasuki area perumahan sekalipun belum terlihat adanya tanda-tanda rumah Alina terlihat. Atau, karena Alina belum menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka berdua akan segera sampai di rumahnya.

“Um... Mungkin, sekitar tiga puluh menit lagi?” jawab Alina hanya memperkirakan, tangannya memegang dagu sambil menatap ke atas, entah apa yang mendapat perhatiannya.

“Kabar yang cukup baik. Kalau begitu, Nona Alina harus bersiap-siap sebelum hal itu tiba...”

...

Di jalan yang hanya beberapa langkah jauhnya dari salah satu rumah yang berada di pinggiran jalan mulai muncul retakan dimensi kecil, hal itu membuat satu atau dua orang yang lewat tak menyadarinya.

Retakan dimensi itu mulai berputar, hingga mirip pusaran air. Suaranya mirip gemericik air yang tak terlalu keras awalnya, namun perlahan suara yang keluar dari riak dimensi tersebut berubah menjadi semakin tajam mirip suara kaca pecah yang berkelanjutan. Warga di sekitar yang sedang tidur pun, baik muda maupun tua terbangun karenanya.

Hampir secara serempak, pintu depan di tiap rumah yang mengarah ke jalan terbuka. Lalu, ada seseorang maupun beberapa orang keluar dari dalam masing-masing pintu. Mereka semua melihat ke satu arah yang sama, yaitu tempat di mana pusaran dimensi terjadi yang dari waktu ke waktu kian membesar. Fenomena ini seharusnya telah dapat ditebak apa yang akan terjadi selanjutnya, namun orang-orang itu tak mampu untuk bergerak.

“Ah, sepertinya orang-orang terkena dampak dari energi kacau yang telah terkontaminasi oleh aura negatif...” gumam Alina yang merasa takut dirinya akan seperi mereka.

Nathan bersama Alina yang memegang lengan jas hitamnya dari mulai pusaran dimensi itu terlihat, keduanya berjalan ke arahnya yang merupakan arah tempat yang dituju, yaitu jalan menuju rumahnya Alina.

Dari kejauhan, dapat terlihat beberapa orang tak dapat bergerak saat menyaksikan fenomena itu. Namun, setelah Alina berada lebih dekat dan lebih dekat lagi dengan pusaran dimensi, dia tak bertingkah seperti orang-orang di sekitar. Lalu, pandangannya tertuju pada sepasang mata merah yang membuatnya harus mendongak ke atas sebelah kanan.

“Mungkinkah...”

Alina berspekulasi bahwa Nathan lah alasan dirinya tak menerima dampak dari kemunculan pusaran dimensi itu. Semua orang termasuk dirinya mengetahui ciri-ciri kemunculan Gerbang Monster, fenomena pusaran dimensi itulah cikal bakal terbentuknya Gerbang Dimensi. Tak ada yang tak mengetahui dampak yang timbul akibat terkena gejolak energi yang terpancar dari Gerbang Monster, terlebih masih dalam tahap pembentukan.

Menurut pemberitahuan dari pemerintah jauh-jauh hari sebelumnya setelah dilakukan penelitian, orang-orang seharusnya langsung kejang-kejang kalau berada di dekat area pembentukan Gerbang Monster, lalu tak sadarkan diri beberapa saat setelahnya. Namun, orang-orang di sekitar hanya berdiri tak bergeming dari tempatnya. Mungkin, ada juga yang berusaha untuk bergerak, terlihat salah satu jarinya bergetar dari waktu ke waktu.

Aneh, pikir Alina dalam diam.

“Seperti inikah Gerbang Monster?”

Nathan memperhatikan pusaran dimensi itu yang sebentar lagi akan mencapai tahap puncak terbentuknya Gerbang Monster. Semakin jelas dalam penglihatannya bahwa di dalam sana memang terdapat banyak monster-monster lemah. Tetapi apabila dibandingkan dengan orang-orang di sekitar, monster-monster itu terbilang kuat.

Bagaimanapun, orang-orang disekitar yang tak mendapatkan kebangkitan potensi takkan memiliki energi kacau sekecilpun, sedangkan Alina juga sama seperti mereka.

Sebenarnya, orang-orang di sekitar mendapat perlindungan dari Nathan saat dirinya masih berada cukup jauh dari lokasi. Alasan orang-orang itu membeku seperti itu adalah karena mereka sempat terpapar energi kacau yang terkontaminasi, sedangkan mereka hanyalah manusia normal.

Bisa dibilang, kalau sebutir debu terhirup ke dalam hidung, manusia yang memiliki sistem pertahanan tubuh akan bersin karena merasa digelitik. Lalu jika debu tersebut yang ternyata terdapat banyak virus di dalamnya, hal itu dapat membuat orang pilek. Pertahanan tubuh di sini, meskipun hanya sakit pilek, tubuh yang lain akan merespon merasa sakit juga.

Begitupun kasusnya sama dengan energi kacau yang terkontaminasi dan masih liar itu. Tubuh manusia normal memang tak dapat menyaring masuknya energi kacau, namun tanpa bantuan alat akan cukup berbahaya. Apalagi, tubuh manusia normal terpapar oleh energi kacau yang masih liar, bukankah dampaknya akan lebih membahayakan lagi?

Beruntungnya, nasib mereka masih dapat diselamatkan oleh keberadaan Nathan. Dia yang melindungi mereka masihlah dapat memperbaiki tubuh mereka yang telah mendapatkan kerusakan akibat sedikit terkena energi kacau, namun tubuh mereka terlalu lemah untuk mendapat paparan lebih banyak energi kacau.

Jadi, Nathan secara perlahan memperbaiki sel-sel yang rusak pada tubuh mereka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Vampire Lord: Terbangun di Dunia Lain   Perspektif

    Sekilas sepasang mata yang merah itu menyala, sebelum kembali redup.Apa yang orang-orang lihat, anak buah Jeremy hanya terdiam, tidak lanjut melakukan apa yang sebelumnya hendak mereka lakukan terhadap Nathan mengikuti perintah dari Jeremy.Jeremy sendiri mengangkat sebelah alisnya, merasa bingung.“Brengsek. Apa yang sedang kalian lakukan, huh?” Jeremy berseru dengan kesal. Padahal dia mengatakannya dengan keras, tapi anak buahnya tidak sedikitpun merespon seolah-olah mereka tidak mendengar suaranya.Nathan hanya tersenyum kecil. Takkan ada yang mengetahui selain dirinya pada apa yang sedang terjadi kepada semua anak buah Jeremy yang tiba-tiba saja mematung. Bagaimanapun, dialah yang membuat mereka mematung seperti itu. Seperti yang telah dilakukannya kepada seseorang sebelumnya, Nathan memberikan mereka sedikit penyiksaan di dunia yang hanya merekalah yang dapat melihat dan merasakannya.“Para bajingan ini…” Jeremy merasa geram. Meskipun begitu, dia sendiri merasa kondisi mereka ya

  • Vampire Lord: Terbangun di Dunia Lain   Pelanggan Adalah Raja

    Meja yang cukup panjang, sekitar empat meteran, tak terlalu tinggi, menjadi tempat cemilan atau makanan ringan yang disusun dengan rapi pada tiap rak yang ada. Memang, itu bukan sembarangan meja, karena memiliki fitur rak yang khusus menyimpan dagangan.Awan saat ini cukup tebal, hingga langit tampak mendung.Hal itu, membuat posisi matahari kini entah berada di mana. Yang jelas, Alina dan Nathan berangkat dari rumah pada pukul sepuluh seperti biasanya.Meja tempat menjajakan cemilan menghadap ke arah jalan yang hanya lima langkah saja bagi orang dewasa untuk sampai ke sana dan memasuki area hilir-mudik. Sedangkan untuk penjualnya, Alina dan Nathan berada di belakang meja dengan di samping kiri, kanan, dan belakang meja dibangun sebuah pembatas sementara yang terbuat dari kain parasut.Beberapa pejalan kaki singgah untuk membeli cemilan. Sungguh adil, di tempat yang banyak dilalui oleh orang-orang ini, membayar sewa tempat penjualan yang cukup mahalpun tampaknya akan segera terbayarka

  • Vampire Lord: Terbangun di Dunia Lain   Gara-Gara Gugup

    “Apakah ada yang salah, nona-nona?”Ketiga wanita itu tertegun mendengar pertanyaan Nathan yang terkesan seolah Nathan tak keberatan dianggap oleh Alina sebagai kekasihnya atau malah mungkin juga itu dapat menjadi indikasi bahwa Nathan memang kekasih Alina.“Hey, Tuan Tampan, kuharap kamu tidak tuli. Tidakkah kamu terlalu polos membiarkan wanita kampungan ini menganggap dirimu sebagai kekasihnya?” tanya wanita yang katanya pewaris satu-satunya salah satu perusahaan besar di kota ini. Dengan percaya dirinya, wanita itu mengambil alih posisi Alina yang berada di samping Nathan sampai hendak melingkarkan lengannya ke lengan Nathan.Alina hampir saja terjatuh mendapati dirinya disenggol oleh pinggul yang cukup besar milik wanita itu, namun Nathan dengan cekatan melingkari pinggang Alina yang ramping dengan sebelah tangan yang satunya memegang tangan Alina.Wanita yang baru saja mengambil alih posisi Alina, berharap bahwa Nathan akan memperhatikannya, memanyunkan bibirnya dengan kedua tang

  • Vampire Lord: Terbangun di Dunia Lain   Nathan-Ku

    Nathan berjalan perlahan ke arah Pemegang Kartu Takdir, orang yang berpenampilan seperti badut, yang masih mematung.Alina mengikutinya dari belakang. Dia tampak mengintip-ngintip dari samping lengan Nathan, yang mana, dia sebenarnya tak tahu apa yang baru saja terjadi secara pastinya.Pria Pemegang Kartu Takdir masih mematung mengetahui kenyataan bahwa dia telah menyinggung orang yang salah. Namun, dia juga masih sadar untuk mengetahui Nathan sedang berjalan ke arahnya, pasti hal yang buruk akan segera menimpanya. Dia tak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini, pikirannya masih kacau. Namun dia tahu, harga dirinya telah hancur di hadapan orang-orang, apalagi di hadapan anak buahnya. Dengan memikirkan hal itu, dia berniat kabur dan melarikan diri dengan sekuat tenaga.Imajinasinya memang telah membayangkan tubuhnya menjauhi Nathan dan meninggalkan anak buahnya. Namun tiba-tiba, pipinya yang sedang terluka akibat dikenai oleh kartu miliknya sendiri yang dilempar oleh Nathan mendapat

  • Vampire Lord: Terbangun di Dunia Lain   Pemegang Kartu Takdir

    Ketujuh orang itu tampak berantakan dengan napas yang memburu setelah kurang dari lima menit bertarung melawan Nathan yang hanya berdiri di tempatnya tak bergeming sejak awal dimulainya pertarungan. Mereka mestinya merasa geram diremehkan seperti itu, tapi juga sadar bahwa kemampuan yang Nathan miliki memang mumpuni.Alina tak mampu untuk berkata-kata melihat kemampuan Nathan yang hebat seperti itu. Dia memang tahu Nathan mampu melawan beberapa pria seperti saat dia menolong dirinya, sedangkan dia tak tahu bagaimana cara Nathan bertarung. Namun, melihat kemampuan bertarungnya secara langsung membuatnya berpikir kembali tentang gambaran Nathan dalam benaknya.“Kalian semua, minggir! Menghadapi pria cungkring seperti dia saja tak mampu. Enak sekali ya, kalian menjadi anak buahku dan selalu harus aku yang turun tangan. Merepotkan saja memiliki anak buah seperti kalian...” seru seseorang, dia adalah pria yang hanya menonton sejak pertarungan dimulai, akhirnya mulai bergerak.Pria itu berj

  • Vampire Lord: Terbangun di Dunia Lain   Kriminalis

    “Aah... Maaf telah mengejutkan anda, nona...”Cahaya merah di matanya meredup dan digantikan dengan tatapan hangat dibaluti senyuman Nathan yang membuat Alina kembali merasa tenang.“Tak apa. Um... Tadi Kak Nathan kenapa? Kok matanya ada cahaya merahnya gitu lho. Jadi, mata kakak semakin indah, tapi juga terasa menyeramkan...” Alina memandang mata Nathan sangat lekat. Dia seolah menunggu mata itu kembali bercahaya.“Oh... Apa Nona Alina tak merasa silau tadi? Lihat! Dia melayang seorang diri dengan tenang di balik awan...” Nathan menunjuk ke langit. Di bawahnya, burung-burung beterbangan dengan bebas. Alina pun mengerti maksud dari ucapan Nathan.“Apa saat terkena sinar matahari, mata kakak akan bersinar juga?” tanya Alina dengan wajah polos, seolah dia baru mengetahui hal itu.“Iya. Tiap orang akan memiliki cahaya pada mata yang berbeda-beda, bila nona memperhatikannya dengan baik. Saya juga telah beberapa kali melihat mata nona bercahaya...”Nathan memang sedang berbincang-bincang d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status