Ketujuh orang itu tampak berantakan dengan napas yang memburu setelah kurang dari lima menit bertarung melawan Nathan yang hanya berdiri di tempatnya tak bergeming sejak awal dimulainya pertarungan. Mereka mestinya merasa geram diremehkan seperti itu, tapi juga sadar bahwa kemampuan yang Nathan miliki memang mumpuni.Alina tak mampu untuk berkata-kata melihat kemampuan Nathan yang hebat seperti itu. Dia memang tahu Nathan mampu melawan beberapa pria seperti saat dia menolong dirinya, sedangkan dia tak tahu bagaimana cara Nathan bertarung. Namun, melihat kemampuan bertarungnya secara langsung membuatnya berpikir kembali tentang gambaran Nathan dalam benaknya.“Kalian semua, minggir! Menghadapi pria cungkring seperti dia saja tak mampu. Enak sekali ya, kalian menjadi anak buahku dan selalu harus aku yang turun tangan. Merepotkan saja memiliki anak buah seperti kalian...” seru seseorang, dia adalah pria yang hanya menonton sejak pertarungan dimulai, akhirnya mulai bergerak.Pria itu berj
Nathan berjalan perlahan ke arah Pemegang Kartu Takdir, orang yang berpenampilan seperti badut, yang masih mematung.Alina mengikutinya dari belakang. Dia tampak mengintip-ngintip dari samping lengan Nathan, yang mana, dia sebenarnya tak tahu apa yang baru saja terjadi secara pastinya.Pria Pemegang Kartu Takdir masih mematung mengetahui kenyataan bahwa dia telah menyinggung orang yang salah. Namun, dia juga masih sadar untuk mengetahui Nathan sedang berjalan ke arahnya, pasti hal yang buruk akan segera menimpanya. Dia tak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini, pikirannya masih kacau. Namun dia tahu, harga dirinya telah hancur di hadapan orang-orang, apalagi di hadapan anak buahnya. Dengan memikirkan hal itu, dia berniat kabur dan melarikan diri dengan sekuat tenaga.Imajinasinya memang telah membayangkan tubuhnya menjauhi Nathan dan meninggalkan anak buahnya. Namun tiba-tiba, pipinya yang sedang terluka akibat dikenai oleh kartu miliknya sendiri yang dilempar oleh Nathan mendapat
“Apakah ada yang salah, nona-nona?”Ketiga wanita itu tertegun mendengar pertanyaan Nathan yang terkesan seolah Nathan tak keberatan dianggap oleh Alina sebagai kekasihnya atau malah mungkin juga itu dapat menjadi indikasi bahwa Nathan memang kekasih Alina.“Hey, Tuan Tampan, kuharap kamu tidak tuli. Tidakkah kamu terlalu polos membiarkan wanita kampungan ini menganggap dirimu sebagai kekasihnya?” tanya wanita yang katanya pewaris satu-satunya salah satu perusahaan besar di kota ini. Dengan percaya dirinya, wanita itu mengambil alih posisi Alina yang berada di samping Nathan sampai hendak melingkarkan lengannya ke lengan Nathan.Alina hampir saja terjatuh mendapati dirinya disenggol oleh pinggul yang cukup besar milik wanita itu, namun Nathan dengan cekatan melingkari pinggang Alina yang ramping dengan sebelah tangan yang satunya memegang tangan Alina.Wanita yang baru saja mengambil alih posisi Alina, berharap bahwa Nathan akan memperhatikannya, memanyunkan bibirnya dengan kedua tang
Meja yang cukup panjang, sekitar empat meteran, tak terlalu tinggi, menjadi tempat cemilan atau makanan ringan yang disusun dengan rapi pada tiap rak yang ada. Memang, itu bukan sembarangan meja, karena memiliki fitur rak yang khusus menyimpan dagangan.Awan saat ini cukup tebal, hingga langit tampak mendung.Hal itu, membuat posisi matahari kini entah berada di mana. Yang jelas, Alina dan Nathan berangkat dari rumah pada pukul sepuluh seperti biasanya.Meja tempat menjajakan cemilan menghadap ke arah jalan yang hanya lima langkah saja bagi orang dewasa untuk sampai ke sana dan memasuki area hilir-mudik. Sedangkan untuk penjualnya, Alina dan Nathan berada di belakang meja dengan di samping kiri, kanan, dan belakang meja dibangun sebuah pembatas sementara yang terbuat dari kain parasut.Beberapa pejalan kaki singgah untuk membeli cemilan. Sungguh adil, di tempat yang banyak dilalui oleh orang-orang ini, membayar sewa tempat penjualan yang cukup mahalpun tampaknya akan segera terbayarka
Sekilas sepasang mata yang merah itu menyala, sebelum kembali redup.Apa yang orang-orang lihat, anak buah Jeremy hanya terdiam, tidak lanjut melakukan apa yang sebelumnya hendak mereka lakukan terhadap Nathan mengikuti perintah dari Jeremy.Jeremy sendiri mengangkat sebelah alisnya, merasa bingung.“Brengsek. Apa yang sedang kalian lakukan, huh?” Jeremy berseru dengan kesal. Padahal dia mengatakannya dengan keras, tapi anak buahnya tidak sedikitpun merespon seolah-olah mereka tidak mendengar suaranya.Nathan hanya tersenyum kecil. Takkan ada yang mengetahui selain dirinya pada apa yang sedang terjadi kepada semua anak buah Jeremy yang tiba-tiba saja mematung. Bagaimanapun, dialah yang membuat mereka mematung seperti itu. Seperti yang telah dilakukannya kepada seseorang sebelumnya, Nathan memberikan mereka sedikit penyiksaan di dunia yang hanya merekalah yang dapat melihat dan merasakannya.“Para bajingan ini…” Jeremy merasa geram. Meskipun begitu, dia sendiri merasa kondisi mereka ya
“Hosh... hosh...” pandangannya tertuju ke dua arah yang berlawanan, darah segar menetes di keningnya hingga mengenai sebelah matanya. “Perang telah berakhir! Pemimpin kalian telah gugur, tak ada lagi alasan bagi kalian untuk melanjutkan peperangan ini...” Orang – orang saling pandang, di sana jelas terlihat adanya jenderal perang dari kedua sisi, namun tak ada yang berani menyuarakan perang untuk dilanjutkan. Memang benar, setelah gugurnya kedua pemimpin dari masing-masing pihak, hampir mendekati nol semangat mereka turun. Tujuan peperangan sirna dengan gugurnya pemimpin mereka. “Sekarang, saya ingin melihat kedua jenderal perang saling berdamai untuk menghentikan peperangan yang tiada artinya ini...” orang berjas hitam itu tak mempedulikan kondisinya, dia bersikukuh ingin melihat hasil akhir dari peperangan yang selalu terjadi. Pandangannya kini terfokus ke kedua orang yang berdiri paling depan dari masing-masing pihak, memandangnya secara bergiliran. Keduanya yang mengerti bahwa
“Si-siapa kau!?” tanya Pria Berkumis Tipis itu saat butiran keringat mulai tercipta di keningnya. Nada bicara yang sebelumnya selalu dibuat mendominasi, kini langsung anjlok saat Pria Berjas Hitam dengan mata merahnya berjalan menuju dirinya. “Ah, maafkan atas ketidaksopanan saya. Perkenalkan, saya Nathan De Dracula Kingsley, orang yang sedang tersesat di sini...” di tengah jalan, dia berhenti sejenak untuk sekedar memperkenalkan diri dan sedikit membungkukkan badan dengan sebelah tangan yang menyetuh dada. Sekilas, aura yang terasa mencekam itu tiba-tiba saja menghilang selama dia memperkenalkan diri, namun setelah selesai... Ketiga pria itu kembali bergidik ketakutan. Kali ini gadis yang sedang dipegang erat oleh dua orang pria itu terlepas begitu saja. “Kalau anda sekalian tidak berkenan untuk memperkenalkan diri, saya takkan mempermasalahkannya. Namun, bolehkah anda sekalian membiarkan gadis itu pergi?” tanya Nathan yang setelah menunggu beberapa saat tak mendapat tanggapan da
“Manusia serigala? Vampir? Selama ini, aku hanya mengetahuinya dari cerita-cerita fiksi saja, itu pun dulu saat aku masih kecil sekali...” Alina tampak sedang berpikir, seperti berusaha mengingat sesuatu yang terlupakan. Lalu, Alina kembali berkata “Tapi ya, ada lho orang yang memiliki kekuatan perubah wujud. Orang itu dapat berubah menjadi jelmaan singa, dia terlihat gagah saat melakukan perubahannya. Saat itu, dia bersama rekan-rekannya berhasil menghalau monster – monster yang keluar dari Gerbang Monster, akibat tak adanya pemburu kuat yang sempat menanganinya. Dari video yang beredar, dia berdiri di atas gunungan mayat monster. Katanya, dia yang paling banyak berkontribusi dalam penanganan ‘Gerbang yang Terbuka’. Nah, anda tahu? Kata orang – orang, gerbang itu terbuka lebih awal sehari, sedangkan sebelum waktunya tiba, Gerbang Monster akan terus tertutup...” Nathan mengernyit saat mendengar ada manusia yang dapat mengubah wujudnya menjadi manusia singa. Hal itu sedikit membuatnya