Share

Vampire Lord: Terbangun di Dunia Lain
Vampire Lord: Terbangun di Dunia Lain
Penulis: Tsabbit Nasrulloh

Terbangun di Tempat Asing

“Hosh... hosh...” pandangannya tertuju ke dua arah yang berlawanan, darah segar menetes di keningnya hingga mengenai sebelah matanya. “Perang telah berakhir! Pemimpin kalian telah gugur, tak ada lagi alasan bagi kalian untuk melanjutkan peperangan ini...”

Orang – orang saling pandang, di sana jelas terlihat adanya jenderal perang dari kedua sisi, namun tak ada yang berani menyuarakan perang untuk dilanjutkan. Memang benar, setelah gugurnya kedua pemimpin dari masing-masing pihak, hampir mendekati nol semangat mereka turun. Tujuan peperangan sirna dengan gugurnya pemimpin mereka.

“Sekarang, saya ingin melihat kedua jenderal perang saling berdamai untuk menghentikan peperangan yang tiada artinya ini...” orang berjas hitam itu tak mempedulikan kondisinya, dia bersikukuh ingin melihat hasil akhir dari peperangan yang selalu terjadi.

Pandangannya kini terfokus ke kedua orang yang berdiri paling depan dari masing-masing pihak, memandangnya secara bergiliran.

Keduanya yang mengerti bahwa Pria Berjas Hitam itu menuntut jawaban, secara serasi segera memandang pasukan yang berada di pihak masing-masing.

Pandangannya menyebar ke seluruh pasukan, seolah meminta pendapat dari semuanya tentang permintaan dari orang yang telah membunuh pemimpin mereka. Banyak yang mengangguk, ada juga yang tidak, dengan tidak diketahui alasannya, apakah orang itu tak memiliki tenaga untuk sekedar menganggukkan kepala atau tidak menyetujuinya.

Namun, melihat dominasi orang yang memilih berdamai, kedua jenderal perang itu secara berbarengan berjalan ke arah pria berjas hitam yang berada di tengah-tengah kedua belah pihak dengan membawakan jawaban yang telah didapat.

“Jadi, saya akan menjadi pihak netral yang mewadahi perjanjian ini...” Pria Berjas Hitam tersenyum ramah yang terlihat aneh dengan mata merahnya yang tertutupi darah. Terlepas dari ucapannya, dia membungkuk hormat kepada keduanya bukan karena jabatan mereka sebagai jenderal perang atau semacamnya, tapi karena dia menghormati keputusan keduanya.

Melihat keduanya mengangguk, pria berjas hitam itu memulai ikrar perjanjian damai untuk menyelaraskan ucapan janji kedua belah pihak.

“Saya, Nathan De Dracula Kingsley menjadi saksi ikrar janji kalian yang mewakili kesemuanya. Maka, ikutilah apa yang saya ucapkan ini...” seru Pria Berjas Hitam yang menyampaikan ikrar janji untuk keduanya ikuti.

Mengikuti bimbingan dari Pria Berjas Hitam yang telah memperkenalkan dirinya sebagai Nathan De Dracula Kingsley, pihak yang ditunjuk sebagai pengikrar pertama memulai ikrar janjinya sesuai dengan yang diucapkan Nathan.

“Saya, mewakili dari keseluruhan bangsa manusia serigala...”

“Saya, mewakili dari keseluruhan bangsa vampir...”

Keduanya menyampaikan ikrar janji yang sesuai dengan tiap-tiap kata dasar yang terucap oleh Nathan sebelumnya. Dengan nada yang tegas, keduanya tampak begitu menjanjikan.

Nathan tersenyum dengan sangat tulus ke arah keduanya setelah ikrar perjanjian selesai dilaksanakan dengan cukup singkat. “Terima kasih telah mengabulkan keinginan dari orang yang telah membunuh pimpinan kalian. Saya berharap, kalian mempertahankan perjanjian ini sangat lama. Agar sebelum saya bangkit kembali, saya melihat kalian saling rangkul dengan tidak saling menyakit. Saya sangat berharap...” berakhir dengan ucapannya, dari pori-pori kulitnya nampak darah mulai keluar, tubuhnya ikut terurai secara perlahan.

Nathan kembali tertidur panjang!

Dunia yang sebelumnya berwana merah akibat berada dalam dominasi kekuatan Nathan De Dracula Kingsley kini berubah menjadi cerah. Barulah, udara terasa menyegarkan sekaligus hangat memasuki paru-paru semua orang.

Sebutir darah melayang di depan kedua jenderal, lalu kedua tangannya disentuhkan satu sama lain di depan dadanya.

“Engkau sungguh Vampire Lord sejati, Tuan Nathan...”

...

Sebuah peti mati yang entah sejak kapan berada di antara makam-makam di pemakaman tiba-tiba terbuka. Seorang pria berjas hitam bangkit dari dalamnya, menampakkan mata merah menyala yang membuat burung hantu yang bertengger tak jauh dari sana bergidik ketakutan dan memutuskan untuk terbang menjauh.

“Hm...?”

Pandangannya menyapu sekeliling dengan heran, karena dia tidak merasakan aura yang akrab dari bangsa vampir dan manusia serigala.

“Aku bangkit di tempat yang aneh...” gumamnya.

Di ujung pemakaman itu terlihat adanya cahaya dari lampu yang terhalangi dedaunan, pria itu berjalan ke sana untuk mengetahui lebih lanjut tentang tempat di mana dirinya bangkit. “Sepertinya, sesuatu akan segera datang...” dia merasakan dengan samar adanya gejolak energi kacau, lalu dari arah samping kanannya terdengar suara langkah kaki yang terkesan sedang terburu-buru.

Suara napas yang terdengar memburu menampakkan seorang gadis yang sedang berlari, raut wajahnya tampak mencemaskan sesuatu. Lalu, saat dia melihat ada seseorang berjas hitam sedang berdiri di pinggir jalan, dia merasa senang untuk sejenak sebelum mengetahui bahwa orang berjas hitam itu ada seorang pria. Dia menjadi semakin cemas, namun dia tak terlihat hendak menghentikan langkah kakinya.

“Berhenti, kau gadis kecil!”

Beberapa orang pria tampaknya sedang mengejar gadis itu, jaraknya tak terlalu jauh. Di tempat yang sepi seperti ini sangatlah rawan akan bahaya, terutama bagi seorang gadis yang sendirian seperti yang kini sedang dikejar oleh beberapa orang pria.

Gadis itu tampak ketakutan dan mempercepat langkah kakinya, dia tak mempedulikan napasnya yang telah sangat memburu dan semakin terasa berat. Air mata mulai membasahi wajah di sekitaran matanya, bibirnya digigit sampai sedikit berdarah untuk dapat mempertahankan langkah kakinya. Dia sungguh ketakutan sekaligus kelelahan, berharap bahwa ada sesosok pahlawan yang menolongnya dari arah yang tak disangka-sangka.

Akhirnya, gadis itu tersandung dan tak dapat bangkit kembali.

Sebenarnya, meskipun dia tak berhenti sekalipun, pria yang mengejarnya dapat meraih tangannya. Mereka dengan sengaja ingin mempermainkan sang gadis.

Pada dasarnya, gadis itu takkan mampu berlari sejauh ini tanpa mendapat dorongan dari rasa takut yang luarbiasa yang diberikan oleh para pria yang mengejarnya. Dia hanya dapat pasrah mendapati mimpi buruknya akan segera terjadi. Namun meskipun begitu, dia masih gigih, berusaha untuk menjauh dari para pria yang sedang berjalan mendekatinya. Tak peduli pada tangannya yang mulai tergores luka akibat tekstur jalan yang kasar.

“Hehe... sudahlah gadis kecil, tak perlu menyiksa diri lagi. Mari, bermain bersama kami, itu jauh lebih nikmat...”

“Iya. Kau pasti akan ketagihan...”

“Percayalah, kau akan suka menjadi gadis nakal...”

Gadis yang telah tak berdaya itu menatap mereka dengan penuh rasa takut, air matanya pun kini telah membasahi seluruh wajahnya, bisa jadi karena bercampur dengan keringatnya juga. Dia menggelengkan kepala sembari berucap dengan nada yang bergetar, “Tidak... tidak... ak-aku tidak mau... tolong, bi-biarkan aku pergi...”

Mendengar ini, ketiganya saling pandang sebelum tertawa terbahak-bahak. Mereka terlihat seperti tak memiliki rasa simpati melihat kondisi gadis yang menyedihkan itu. Senyum mereka malah semakin menjadi, seperti menikmati seorang gadis yang sedang menderita.

“Tak perlu takut seperti itu, gadis kecil. Bagaimanapun, di sini sepi. Takkan ada yang tahu apa yang terjadi padamu. Orang-orang yang mengenalmu akan tetap menganggapmu gadis polos, asalkan kau tak memberitahu mereka...” ucapnya dengan setengah berbisik, pria itu memiliki kumis tipis dengan rambut acak-acakan dan sedikit panjang. Lalu, dia memberikan isyarat kepada kedua pria di belakangnya untuk memegang kedua tangan gadis itu, agar tak merepotkan dirinya saat melakukan aksinya.

“Tidak... jangan... JANGAN!”

Gadis itu semakin putus asa, dia sendiri sadar bahwa dia sebelumnya salah memilih jalur pelarian dan berakhir menuntun para pria itu ke tempat yang sangat menguntungkan mereka untuk lebih leluasa melancarkan aksinya. Dia tak bisa memberontak lebih jauh saat kedua tangan mungilnya dikunci oleh kedua pria dari sisi kiri dan kanan, sedangkan pria berkumis tipis itu hendak melakukan hal lain.

Namun, sebelum mimpi buruk bagi gadis itu terjadi,  seseorang berucap “Nona Muda, apakah anda membutuhkan bantuan saya?”

Suara itu datang dari arah belakang. Mereka sepertinya melupakan adanya seseorang yang sedari tadi berdiri di pinggir jalan dengan memakai jas hitam berperawakan tinggi dan ramping.

Kini, dia sedang berjalan dengan pelan setelah mendapat anggukan kecil dari gadis itu yang menandakan bahwa dia membutuhkan pertolongannya. Matanya yang tertutup perlahan terbuka, menampakkan mata merah yang menyala-nyala, membuat ketiga pria yang melihatnya bergidik ketakutan sebelum dapat bereaksi lebih jauh.

Dialah sang Vampire Lord, Nathan de Dracula Kingsley yang berawal dari sini, sebuah dunia yang benar-benar baru baginya akan diperkenalkan oleh sang Gadis.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status