Deeert! Deeert!Pasca Kirana akan bicara tiba-tiba saja ponsel di dalam saku celana bergetar menandakan jika ada yang menghubunginya. Gegas tangannya merogoh ponsel tersebut dan ternyata Bu Tini menghubunginya. Ada apa Bu Tini menghubungi? Jangan-jangan ada sesuatu hal yang terjadi pada anak Kirana."Maaf Tuan Reza, saya izin ingin mengangkat panggilan dari ibu kos saya, takutnya ada hal yang buruk terjadi pada anak saya," umpat Kirana nampak sedikit cemas."Silahkan."Wanita muda itu pun gegas menjauh dan segera mengangkat panggilan yang sejak dari tadi memanggilnya.[Halo, Bu Tini. Tunnel jam segini ibu hubungi saya? Ada apa ya Bu? Apa ada sesuatu yang terjadi pada Melati? Melati tidak apa-apa 'kan Bu?]" Jiwa kecemasan Kirana kian meronta, lalu wanita itu melontarkan beberapa pertanyaan.[Melati sakit, ibu harap kamu pulanglah dulu, demamnya dari tadi subuh belum turun juga. Ibu sudah kasih obat penurun panas, namun masih tetap saja. Mungkin kita harus membawanya kerumah sakit Kira
Akan tetapi Kirana pun tetap berusaha memohon agar Tiara sang majikan mengizinkannya untuk pulang. Kirana dengan tak sengaja menarik tangan majikannya, namun Tiara kehilangan keseimbangan sebab tarikan tangan Kirana yang terlalu kencang dan pada akhirnya Tiara pun terjatuh.Kirana yang tak sengaja melakukan kesalahan hanya syok sembari membekap mulutnya dengan kedua tangan. Ia merasa bersalah sebab telah membuat majikannya itu terjatuh."Nya, tidak apa-apa 'kan?" tanya Kirana sembari membantu membangunkan tubuh sang majikan. Akan tetapi Tiara menepis tangan Kirana dengan kasar seolah dirinya tidak ingin dibantu."Maafkan saya Nya, tadi saya tak sengaja membuat Nyonya terjatuh, tangan ini tak sengaja menariknya terlalu kencang. Habis saya terlalu khawatir dengan keadaan anak saya," ucap Kirana merasa bersalah. Membuat Tiara terjatuh dalam keadaan berdandan sama saja membangunkan singa yang sedang tidur."Apa kamu bilang maaf?! Enak sekali! Setelah membuat saya jatuh lalu kamu dengan en
"Terserah kamu Mas, aku sudah terlambat. Aku harus pergi," dengus Tiara sembari melangkahkan kaki, tak peduli sama sekali dengan larangan suaminya. Ia terus melenggang tergesa tanpa menoleh lagi ke arah yang dimana terdapat suaminya dan Kirana masih mematung.Reza pun hanya terdiam menyaksikan sang istri yang sama sekali sudah tidak menganggapnya. Sudah tidak seperti waktu pertama mereka menikah. Saling mendukung, saling memahami dan juga melengkapi. Kini semuanya berubah Tiara sudah hamil dan Reza pun sering memergoki pesan mesra yang nampak aneh dari temannya yang entah siapa. Yang jelas sang istri memberi nama perempuan pada kontaknya. Waktu itu Reza sama sekali tak mencurigai, sebab memang mungkin hanya teman perempuan biasa. Akan tetapi semakin kesini tingkah sang istri semakin kelewatan batas dan sering keluar lurah kadang pulang pun Sampai malam, padahal ia sendiri mempunyai seorang bayi."Kirana apa yang terjadi? Mengapa istriku mendorongku, tak sengaja tadi kulihat?"Reza ha
Kirana menghembuskan napas yang terasa berat, dalam lubuk hatinya betapa ia pun pikirannya tidak tenang sejak Reza hampir saja melindas seekor kucing berwarna hitam perasaan Kirana pun mulai tak enak, apalagi sang buah hati sedang tidak baik-baik saja.'Semoga Melati baik-baik saja, aku tidak tau kalau seandainya terjadi apa-apa pada anakku." Di Dalam mobil wanita yang sedang memangku Baby Grizli tampak khawatir."Kirana kita sudah sampai, ini bukan kosan yang kamu bilang?" sahut Reza bertanya tatkala wanita muda itu masih bengong memikirkan nasib sang anak."Kirana?" panggilnya lagi."Oh, iya Tuan, ini kosan saya." Kirana baru menyadari bahwa sekarang mobil sang majikan sudah berada dihalaman kosannya.Reza serta wanita muda itu turun dari mobil, tak lupa dengan Griz yang selalu ia gendong sedari tadi."Kirana biarkan Griz saya yang bawa," ungkap Reza mengerti bahwa sekarang pembantunya sudah teramat rindu ingin segera menggendong buah hatinya yang beberapa hari ini tak jumpa.Wanit
"Bagaimana keadaan anakmu sekarang? Apa dia sudah baikan? Dan apakah kamu sudah siap untuk kembali lagi ke rumahku?" Kaki dan tangan Reza sudah nampak kesemutan, dua jam sudah dirinya menemani Kirana yang saat ini sedang bertemu dengan sang anak kandung.Wanita muda itu hanya menganggukkan kepala, ia baru sadar bahwa dirinya sudah lama berada didalam rumah Bu Tini bersama sang buah hati."Kalau begitu aku akan pamit dulu pada Bu Tini." Wanita muda itu bangkit dari duduknya, berlalu pergi untuk menemui Bu Tini. "Bu, bolehkan aku titip Melati lagi? Aku sepertinya akan pergi untuk kerja lagi, waktuku tidak banyak disini, apalagi sekarang hampir larut malam. Tidak baik kalau aku membawa pulang baby Griz."Kirana nampak lesu saat dirinya kini kembali menyerahkan bayinya pada pangkuan Bu Tini."Lololo… kenapa harus buru-buru sekali? Kenapa tidak menginap saja disini?" ujar Bu Tini."Kami harus pulang Bu," serobot Reza terkekeh. Memang sepertinya pria itu amat tidak betah berada didalam
Terlihat pria muda itu turun dari mobilnya. Tanpa memberitahukan alasannya mengapa ia berhenti tiba-tiba. Meninggalkan Kirana yang saat ini masih duduk bersandar dengan bayi yang tertidur pulas dipanggangnya. Padahal malam telah berlalu entah mengapa Reza malah mendiamkan wanita muda itu dengan bayinya. Lantas hendak kemanakah ia sekarang? Reca terlihat berjalan pelan mengendap-ngendap layaknya maling yang sedang mencari mangsa. "Bukankah ini mobil istriku?" gumamnya pelan sembari memperhatikan terus menerus mobil yang saat ini masih terparkir di halaman rumah yang menurut Reza sama sekali tidak mengetahuinya.Hatinya semakin penasaran, langkahnya pun berlanjut untuk mengintip kedalam rumah mewah yang berada di tepi jalan itu.'Mungkin itu hanya rumah temannya saja,' lirih batin Reza mencoba menenangkan.Ia masih berjalan mengendap-ngendap, hingga langkahnya menuju teras halaman rumah tersebut.Dan ternyata memang pintu itu terbuka walaupun sedikit, segera Reza mengintip untuk melih
"Apa kamu bilang! Aku akan menyesal? HH kamu salah, nyatanya aku menyesal bila mempertahankan hubungan ini," tegas Reza.Pria tampan itu tidak menampakan jika dirinya saat ini telah hancur, dihancurkan dengan adanya perselingkuhan sang istri dengan pria lain."Sudahlah aku mau pulang, aku pastikan kamu tidak pulang lagi ke rumahku Taira!" Reza kembali menegaskan bahwa Tiara tidak boleh pulang kerumah. Pria itu pun gegas keluar dari rumah tersebut, kembali menaiki mobilnya."Tuan, Tuan dari mana? Kenapa lama sekali?" tanya Kirana yang saat ini masih duduk manis di dalam mobil, menunggu dengan setia sang majikan kembali.Tanpa menjawab Reza mengemudikan mobilnya kembali, melaju dengan kecepatan yang sedang. Sebenarnya jika saja hanya dirinya sendiri di dalam mobil itu, ia pasti akan melakukan mobil dengan kecepatan tinggi. Namun, pria itu tidak egois karena ia memikirkan sang bayi yang saat ini berada di pangkuan wanita lain bukan ibu kandungnya.Hati siapa yang tak sakit, bila meliha
Tiara melenggang kasar tanpa memperdulikan kediaman sang suami yang sedang berdiam diri. Nampaknya wanita itu sama sekali tidak ada penyesalan walaupun dirinya sudah mempunyai baby Griz, bayi yang lahir dari rahimnya, yang selama ini selalu dicuekin.Pada saat akan memasuki kamar Kirana datang menghampiri sembari sibuk dengan Griz yang sedang digendongnya. Sudah beberapa hari ini Tiara tidak pernah menyapanya lagi, jangankan menyapa menemuinya saja rasanya akhir ini sangat jarang."Nya mau kemana? Sepertinya Griz ingin digendong oleh ibunya," sahut Kirana berusaha ramah menyapa sang majikan yang wajahnya terlihat memendam amarah.Tak ada gubrisan sama sekali Tiara sibuk melenggang ke kamar, membereskan baju lalu memasukannya kedalam koper. 'Ma Syaa Allah, sama anak sendiri gak di tengok-tengok. Ibu macam apa? Aku aja yang jauh dari anakku rasanya rindu sekali. Sedangkan Nyonya Tiara bisa bebas kapan saja memeluk anaknya tapi dia malah menyia-nyiakan itu. Aku heran padanya,' batin Kir