"Kirana kenalkan ini adalah Mis Dini, dia yang kemarin ibu bilang, orang butuh pekerjaan itu." Suara Bu Kartini terdengar jelas memperkenalkan antara Kirana dan juga Mis Dini. Mis Dini adalah orang dalam yang akan memasukan Kirana pada kerjaannya yang baru."Saya Kirana Mis, senang bertemu denganmu," sahut Kirana mengulurkan tangan untuk bersalaman pada pria gemulai yang disebut Mis Dini itu."Saya Mis Dini, saya juga senang bertemu denganmu Kirana. Kamu bisa memanggil saya dengan sebutan Mis Din ya, awas jangan sampai salah Mis Din," ujar Mis Din memperagakan tata cara berucap tatkala memanggil namanya nanti."Baik Mis Din,"Usai Bu Tini memperkenalkan, Mis Dini pun menelisik dengan saksama pada seluruh tubuh Kirana dari mulai ujung rambut sampai ujung kaki."Kamu pernah kerja dimana saja, dan bisa kerja apa saja Kirana?" tanya pria gemulai itu sembari melambai-lambaikan tangan dengan lemah gemulai."Saya kerja apa saja bisa Mis, tapi kalau jadi model dan main sinetron saya gak bisa
Siang pun berlalu, detik demi detik jarum jam berputar menunjuk jam 16:00. Di luar rintikan hujan mulai reda berganti dengan gerimis dan udara yang lumayan dingin. Banyak air bergelinang di halaman. "Bu, titip bayiku ya, semoga aku betah dengan pekerjaanku sekarang. Aku janji akan membagi dua gajiku untukku dan Bu Tini," ujar Kirana menatap Bu Tini. Kirana berdiri diambang pintu kosannya sembari menggendong bayi mungilnya dengan penuh kehangatan, didekapnya. Wanita muda itu nampak sedang menunggu dijemput Mis Dini. "Kamu jangan khawatir Kiran, serahkan semuanya pada Ibu, anggap saja ibu ini ibumu. Lagi pula semua anak-anakku jauh dibawa suaminya. Jadi aku hanya seorang diri disini. Maka akan dengan senang hati mengurus bayimu. Bahkan ibu sangat senang sekali mengurus bayimu rasanya seperti cucuku sendiri," tutur Bu Tini dengan sangat ramah.Kini Kirana menatap perempuan setengah baya yang saat ini berada di sebelahnya. Pandangannya Kirana semakin merasa bahagia, akhirnya dirinya sep
Meli lebih dulu berjalan diikuti dengan Kirana dari belakang. "Ini kamar kamu," ucap Meli menunjukan kamar yang dimana akan ditempati oleh Kirana. Meli adalah asisten rumah tangga yang cukup lama. Dia kerja dirumah keluarga Bos Reza sudah hampir 7 tahun. Maka dari itu dialah pembantu yang paling dipercayai Bos Reza dan keluarga yang lainnya. "Serius Mbak Mel? Gak salah ini kamar sebesar ini buat aku?"Kirana sungguh ternganga tatkala dirinya dinyatakan akan menempati kamar yang luas dan megah layaknya kamar tuan putri. Kamar di rumahnya yang dulu saja tidak seluas ini. Bahkan kamar ini hampir sama dengan rumah Kirana dikampung."Yaelah kampuangan banget sih loh! Baru lihat ya kamar yang semewah ini?! Dasar orang kampung, udah kampungan, udik lagi," hina Meli sembari bergidik geli tatkala ia menoleh pada penampilan Kirana.Kirana hanya terdiam sembari melemparkan senyum tipis menyakitkan. "Di lemari itu gue udah siapin beberapa baju bagus untuk Lo!" Tunjuk Meli pada lemari yang ber
"Tadi saya kan sudah bilang kamu harus ganti baju dan berdandan, terus kenapa masih dekil begini?" "Tadi saya sedang memilih baju yang bersih tapi Mbak Meli memanggil saya, katanya baby Grizli menangis, akhirnya saya berlari untuk melihat keadaannya. Tapi saya tidak tau kamar baby Grizli di mana.""Jika kamu ingin menggendong bayi saya, sebaiknya kamu harus memakai baju yang bersih dulu. Itu apaan baju dekil begitu," ketus Reza. "Baik Tuan, kalau begitu saya permisi." Kirana pun melenggang meninggalkan Bos Reza diruang tamu sendirian."Dasar orang kaya memang angkuh. Hingga aku bertanyapun dia malah membentakku dengan begith kejam. Apa salahnya tinggal menjawab. Beginilah kalau dari orang miskin, tidak ada harga sama sekali. Sabar, sabar, sabar," gumam Kirana semabri mengusap-usap dada.Jarum jam sudah menunjukan pukul 18 : 00, adzan magrib pun sudah berkumandang. Wanita muda itupun sudah siap memakai mukena. Setelah usai shalat ia berdoa, memohon ampunan atas segala dosa dan dosa
"Kamu!" Wanita yang saat ini sedang berdiri diambang pintu itu terkejut tatkala melihat Kirana sedang menggendong bayinya. "Kamu ngapain disini?! Jangan macam-macam dengan anakku! Kembalikan anakku!" Dengan lancar wanita yang baru datang itu mengambil alih baby Grizli dari tangan Kirana."Hati-hati dong," lirih Kirana disaat wanita itu tiba-tiba memangka mengambilnya."Sekarang saya tidak mau tau! Keluar kamu dari rumahku!" sentaknya pada Kirana sembari menunjuk ke arah ambang pintu kamar yang terbuka."Seharusnya saya yang tanya pada anda? Kenapa anda disini Tiara? Bukannya kamu adalah pa…""Dia istri saya," dengan cepat Reza menyerobot masuk dan menjawab pertanyaan Kirana yang tak menyangka dirinya bisa bertemu dengan wanita yang waktu itu ditemuinya bersama Alvin."Apa istri?!" Kirana sungguh terkejut tatkala mendengar itu. Berarti wanita yang dibanggakan Alvin pada saat itu adalah istri orang. "Kalau kamu sudah punya suami mengapa waktu itu kamu…""Diam! Tutup mulutmu atau saya
"Sebenarnya kamu ada hubungan apa dengan Alvin? Mengapa waktu itu kamu meminta pertanggung jawaban padanya?" tanya Tiara penasaran.Kirana pun akhirnya menepiskan tangan Tiara yang masih menjabat rambutnya hingga terlepas. "Asal Nyonya Tiara tau kalau Alvin itu adalah ayah dari anakku!""Hah ngaco kamu, aku tidak percaya Alvin mempunyai anak darimu sedangkan kalian tidak pernah menikah bukan?!" Tiara tak mempercayainya sama sekali semua ucapan Kirana."Awalnya dia mau bertanggung jawab atas kehamilanku dan setelah adanya kamu dia menjadi berubah. Dan aku yakin perubahan dia pasti gara-gara kamu Tiara!" Jari telunjuk Kirana menunjuk kasar pada Tiara."Wanita udik dan miskin seperti kamu, memang sepantasnya dibuang ke dasar jurang. Karena apa? Jawabannya karena tidak berguna," bisik Tiara pada telinga Kirana dengan sengaja. Emosi Kirana semakin meluap, akan tetapi ia hanya bisa menahan emosi itu rapat-rapat. Sebab tidak mungkin ia harus menyerang wanita yang di hadapannya itu tak lain
"Sayang aku berangkat kerja dulu," sahut Reza melenggang berpamitan pada sang istri yang telah duduk santai di kursi sofa ruang tamu, Wanita cantik dengan nama lengkap Tiara itu sedang sibuk memegang ponsel di tangannya sambil kaki selonjoran."Berangkat saja, tidak usah pamit," ketusnya dengan pandangan mata fokus pada ponsel yang masih berada ditangan. Entah sedang apa Tiara itu, mengapa ia begitu tidak mau melihat sebentar saja pada sang suami yang masih mendadak menghentikan langkah.Reza pun hanya menggeleng kepala sembari melenggang keluar, memang sudah lama dirinya selalu dicuekin bahkan tidak pernah tidur satu ranjang lagi bersama sang istri. Tiara seperti tak peduli lagi, sikapnya begitu dingin tak seperti pada saat pengantin baru yang ramah dan juga penuh perhatian."Reza, Reza, andai kamu tau kalau aku sudah punya pacar baru," gumam Tiara tak sadar kalau dibelakangnya ada Meli yang sedang mengepel lantai."Haaah." Meli nampak syok mendengar ucapan majikannya itu.Tiara pun m
"Kirana! Enak sekali kamu makan, santai-santai begini, makan enak sama paha ayam! Nih makan air kobokan!"Tiara nampak emosi tatkala dirinya baru saja sampai dimana terlihat Kirana sedang makan siang duduk di meja makan di dapur.Byurr! Wanita muda berbaju kaos merah marun itu menyemburkan segelas air yang tersimpan di meja, ia nampak begitu marah dengan emosi yang memuncak, karena mendengar hasutan Meli, serentak membuat Tiara dirundung rasa cemburu dan terdapat rasa ketakutan jika perkataan Meli itu benar. "Apa salah saya Nya? Bukankah saya harus makan banyak, agar ASI saya banyak. Tadi juga Tuan Reza bilang begitu," sahut Kirana merasa heran entah mengapa majikannya tiba-tiba lancar menyemburkan air dan marah-marah tak jelas."Kata Tuan?! Oyah, memangnya suami saya bilang apa saja sama kamu? Sampai dia seperhatian itu? Jangan-jangan benar yang dikatakan Meli kalau kamu bukan sekedar menjadi ibu asi untuk anak saya tapi maksud kedatangan kamu kesini juga untuk menggoda suami saya?!