Share

BAB 4

Rasanya seperti mimpi, Rara menyetujui lamaran pernikahan mendadak dari Revan hanya karena kejadian satu malam itu. Saat ini, Rara melihat pantulan dirinya sendiri didalam cermin. Rara masih merasa tak percaya jika hari ini dia akan menikah.

"Ra, kamu siap?." tanya mamanya, dilihatnya putri semata wayangnya itu dengan mata yang berkaca-kaca.

Rara mengangguk, lalu berbalik menghadap ke arah mamanya.

"Ma, maafin Rara ya." kata Rara dengan suara bergetar. Rara meminta maaf karena selama ini sudah membuat mamanya sedih. Dia merasa sudah membuat malu papa mamanya ketika pertunangannya dengan Nathan kandas begitu saja.

"Sayang, kamu gak perlu minta maaf. Papa mama ga pernah merasa bahwa itu adalah kesalahan kamu." kata mama Rara sambil memegang tangan putrinya. Dia sangat paham dengan apa yang Rara katakan.

"Mulai hari ini lepaskan semua tentang masa lalu kamu ya, tidak perlu mengingatnya lagi." kata mama Rara lembut.

"Sekarang sudah waktunya kamu menatap masa depan. Masa depanmu dengan Revan." lanjut mamanya sambil mengusap lengan Rara.

Mata Rara berkaca-kaca mendengar ucapan mamanya. Mamanya benar, sekarang sudah waktunya dia mengubur semua kesedihan dan kekecewaannya di masa lalu. Sebentar lagi dia akan menikah dengan Revan, dan akan memulai lembaran baru dengan laki-laki itu.

***

Rara sudah mengganti pakaiannya dan menghapus riasan yang ada diwajahnya, sedangkan Revan tengah mandi di kamar mandi yang ada di dalam kamar Rara. Ya, karena mereka sudah resmi menikah, tentu saja Revan sudah berhak berada di kamar istrinya.

Revan keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang melilit bagian bawah tubuhnya. Laki-laki itu tampak segar dan semakin tampan dengan rambut yang basah setelah keramas.

Rara mengerjap-ngerjapkan matanya memandang Revan yang setengah telanjang. Meskipun tubuh mereka pernah saling menyatu, namun ini kali pertama Rara melihat tubuh atas Revan dengan jelas.

Rara bisa melihat dada bidang Revan, perut six packnya yang terbentuk sempurna, dan otot-otot yang membentuk lengannya. Sepertinya laki-laki itu rajin berolah raga untuk menjaga bentuk tubuhnya.

Revan tersenyum, dia senang karena Rara memperhatikan tubuhnya.

"Aku ganti baju disini ya, Ra." goda Revan pada Rara yang masih terus memandanginya.

Rara terbatuk mendengar perkataan Revan. Rara tersadar bahwa dia ketahuan sedang memperhatikan laki-laki itu. Rara pura-pura tidak mendengar apa yang Revan katakan, namun wajahnya yang tersipu mengatakan semuanya.

"Hmmm...ya, boleh saja...terserah kamu Van...aku mau mandi dulu." kata Rara lalu segera masuk ke kamar mandi. Revan hanya tersenyum melihat Rara yang salah tingkah.

Rara mandi tidak terlalu lama, setelah membersihkan tubuhnya dan mencuci muka dengan sabun khusus pembersih wajah, dia segera berganti pakaian dengan piyama tidurnya.

Rara keluar dari kamar mandi, dan segera duduk dimeja riasnya. Rara mengoles krim malam pada wajahnya dan menyisir rambutnya agar tidak kusut esok hari. Rara juga memakai lotion pada tangan dan kakinya. Rara sangat detail melakukan ritual malamnya sebelum tidur, dia lupa bahwa Revan sekarang juga tidur dikamarnya dan tengah memperhatikannya sedari tadi.

Rara baru tersadar jika ada Revan dikamarnya ketika dia berbalik. Revan sedang duduk di atas ranjang sambil tersenyum memperhatikannya. Tatapan matanya lekat mengunci bayangan Rara.

Rara menjadi gugup, meskipun Revan sudah menjadi suaminya, tetap saja Rara masih malu jika terus menerus diperhatikan oleh laki-laki itu.

Rara pura-pura bersikap tenang, dia kemudian duduk di sofa sambil mengutak-atik ponselnya. Rara terlihat sibuk, padahal dia hanya melihat-lihat galeri fotonya.

Revan menunggu Rara dengan setia diatas ranjang, semenit, dua menit, hingga berlalu menjadi sepuluh menit. Revan mulai gemas karena Rara tidak juga beranjak dari tempatnya, wanita itu betah sekali duduk di sofa dan mengacuhkan Revan.

"Ra..." panggil Revan membuat Rara mengalihkan pandangannya dari ponsel ke laki-laki itu.

"Hmmmm..." jawab Rara lalu kembali menatap ponselnya.

Rara pura-pura tidak perduli padahal hatinya sedang gelisah. Dia tidak tahu harus melakukan apa.

'Begini ya rasanya menikah tanpa cinta.' kata Rara dalam hati.

'Tapi kenapa hatiku berdebar-debar ya?.' tanyanya sendiri.

'Dasar bodoh, tentu saja jantungku berdebar. Aku kan gak pernah sekamar sama laki-laki.' kata Rara lagi.

Rara terus menatap ponselnya berpura-pura sibuk padahal pikirannya sedang berperang.

Revan kemudian bangkit dan menghampiri Rara, membuat Rara mau tak mau melepaskan matanya dari ponsel yang sedang digenggamnya.

Rara menatap Revan yang semakin dekatnya dengannya. Revan kemudian menarik tangan Rara dan membawanya ke ranjang. Rara tidak menolak, dia mengikuti Revan seperti anak itik dibelakang induknya.

"Sudah malam, Ra. Jangan main hp terus!” Revan menarik selimut.

Rara akhirnya pasrah, dia berbaring tidur disebelah kiri sisi ranjang dan Revan disebelah kanannya.

Setengah jam mereka berpura-pura memejamkan mata, namun nyatanya baik Rara maupun Revan tidak ada satupun yang bisa tidur.

"Ra..." panggil Revan lirih. Keheningan malam sangat terasa diantara mereka.

Rara yang memang belum tidur membuka matanya ketika mendengar Revan memanggilnya. Revan berbaring miring sehingga bisa melihat wajah Rara yang cantik.

"Kok kamu belum tidur, Ra?." pertanyaan bodoh itu keluar dari mulut Revan yang seketika itu juga dia sesali.

"Kamu sendiri juga belum tidur." balas Rara spontan.

Revan tersenyum sambil menampakkan giginya mendengar jawaban Rara.

"Ra..." panggil Revan lagi, matanya memandang mata Rara lekat, ada sebuah harapan dalam mata lelaki itu.

"Hmmmm..." jawab Rara kemudian menatap mata Revan.

Matanya seketika terkunci dalam manik mata lelaki itu. Rara merasa tidak mampu berpaling dari mata tajam Revan yang tengah memandangnya.

"Ra, kita sudah menikah kan?." tanya Revan lembut. Rara mengangguk.

Revan menggeser tubuhnya sedikit mendekati Rara.

"Kita sudah resmi jadi suami istri kan?." tanyanya lagi membuat Rara kembali mengangguk sebagai jawaban.

Revan tersenyum, dia menggeser lagi tubuhnya menjadi lebih dekat dengan Rara.

"Ra, boleh aku meminta hakku?." tanya Revan dengan suara serak. Tatapan matanya tampak berkabut. Wajahnya yang tadi tersenyum berubah menjadi memelas.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status