Share

Mulai Bimbang

last update Last Updated: 2024-03-23 14:55:31

Azril hanya bisa terdiam ketika Devina memperkenalkan dirinya. Sementara bagi Devina, saat ini dia hanya mengalah, dan mengalah bukan berarti kalah. Dia hanya menepi sejenak untuk menerima kemenangan yang sesungguhnya.

"Jika aku menyerah begitu saja, tandanya aku mengaku kalah. Saat ini, aku ingin bermain sebentar sesuai isi hatiku, Mas. Ada saatnya kau akan menyesal dan memintaku untuk kembali, tapi saat itu tiba, jangankan kembali bersama, aku bahkan enggan untuk menoleh ke arahmu, Mas." batin Devina bermonolog.

Bagi Devina, Azril memang segalanya. Tapi ... tapi semuanya hanya masa lalu. Ia bukan perempuan bodoh yang dibutakan cinta dan akan terus bersama orang yang dicintai tapi menyakitinya.

Devina adalah gadis cerdas, selama tujuh tahun ini bertahan karena Azril masih setia terhadap pernikahannya. Dia tidak pernah abai terhadapnya, tapi akhir-akhir ini selalu merasa Azril berubah dan ternyata benar, ia kenal wanita lain, bahkan mengaku masih lajang.

"Wah, kok ada pembantu yang cantik bagai bidadari begini?" Mata Nafisah terpesona ketika melihat lekukan tubuh dan kulit Devina yang putih juga terawat. Wanita dengan kecantikan yang sangat langka, begitulah penilaiannya.

"Ada, buktinya saya." ucap Devina santai. Yang bukanlah masalah, merendah bukan berarti dia adalah orang yang hina. Begitulah prinsip yang dipegangnya selama ini.

Hari ini, bukan pertama kalinya dia menyamar menjadi pembantu, tapi berkali-kali. Dulu, ketika dia ingin keluar dari rumahnya jika sedang dalam masa hukuman orang tuanya, Devina selalu memakai baju pelayan untuk keluar rumah.

"Cantik sekali." Nafisah terus saja menunjukkan kekagumannya sampai membuat Azril cemburu.

Azril cemburu bukan karena Nafisah hanya memuji Devina, tapi karena kecantikan Devina yang tidak pernah dia sadari di sadari orang lain. "Sudah kubilang kalau keluar pakai baju tertutup!" geram Azril sambil melangkah cepat, masuk ke dalam rumahnya.

Mereka pun berkenalan dan berbincang-bincang di dalam rumah sampai melupakan Azril.

"Kapan pernikahan kalian berlangsung?" tanya Devina membuat Azril yang baru saja minum menjadi tersedak dan terbatuk-batuk.

"Mas, kamu gapapa?" tanya Nafisah panik sambil berjalan ke arahnya, tapi Devina malah menariknya kembali dan meminta Nafisah untuk tetap duduk.

"Di sini saja, kita bicarakan tentang pernikahan. Azril bukan anak kecil yang harus dibantu kalau tersedak." ucap Devina lembut tapi menusuk untuk Azril.

Sebelum-sebelumnya, Devinalah yang selalu membantu segala sesuatu yang menyangkut Azril, tapi tidak kali ini. Devina ingin menunjukkan kepada Azril, kalau ia juga bisa cuek. Menganggap ia tidak ada dan tidak terjadi apapun.

"Tapi Mas Azril...." Nafisah terlihat sangat panik.

"Tidak apa, dia sudah besar, tahu apa yang harus dilakukannya." jelas Devina tenang. "Jadi, kapan kalian akan menikah?"

Nafisah pun diam, ia tidak tahu harus menjawab apa, Azril juga malah ikut diam.

"Loh, kenapa kalian malah saling diam? Bukankah selama ini ngebet nikah?" Devina tertawa kecil, tapi tetap saja tidak bisa menipu hatinya yang terluka.

"Nanti kita bicarakan lagi." Azril mengelak.

"Loh, kenapa harus nanti? Bukankah lebih cepat lebih baik?" Devina menatap Azril tajam, sementara yang ditatapnya hanya bisa mengelus dada. Karena selama ini, tidak pernah sekali pun Devina berbicara dan menatapnya tajam. Selalu saja lembut dan penuh ketulusan.

"Em, iya, sih, Mbak." Nafisah menghela napas berat. "Tapi Mas Azril juga belum pernah mengatakannya." lanjutnya malu-malu.

"Mau sampai kapan anak orang digantung tidak jelas begini?" tanya Devina kepada Azril dengan nada ketus.

"Gak lama lagi." Azril menjawab sambil menatap Nafisah dengan bingung.

"Bukankah aku mencintainya, tapi kenapa hatiku rasanya berat untuk menentukan tanggal pernikahan?" batin Azril bertanya-tanya.

"Kapan? Nanti aku akan bantu untuk mempersiapkan semuanya." Devina berbicara dengan tenang, tanpa ada celah sedikit pun untuk air mata atau ketidak relaan.

Napas Azril mendadak memburu ketika mendengarnya. "Jangan gila! Nanti aku sendiri yang akan memutuskan segalanya!" tegasnya tak terima.

"Jadi, kapan, Mas? Aku perempuan, tak bisa menunggu waktu lama lagi, banyak juga yang ingin melamar," lirih Nafisah, ia merasa terguncang dengan perkataan Azril kepada Devina dengan setengah membentak.

"Maaf Nafisah, Mas tidak ada niat untuk bersikap tidak baik. Pulang dulu, ya, biar supir yang antar." ucap Azril sambil meminta orangnya untuk mengantar.

Setelah Nafisah pulang, Azril pun hendak pergi ke kamar, tapi lagi-lagi perkataan Devina menghentikannya. "Tetapkan segera pernikahannya, Mas. Biar kamu juga bisa segera berbahagia dengan perempuan yang kau inginkan." ucap Devina sambil meminum susu hamilnya yang diketahui oleh Azril adalah susu biasa, karena dia tidak pernah melihat-lihat ke dapur.

"Biar aku yang tentukan!" jawab Azril pelan, ia merasa heran dengan perubahan sikap Devina yang tenang dan tidak banyak tingkah. Anehnya, hatinya pun malah menjadi bimbang.

Apa iya dia harus menikah dengan Nafisah?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
yenyen
katanya pembantu tapi teges banget kurang aktingnya deh
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 41 Akhir Kisah

    Adrian sudah memasang perangkap untuk bisa menangkap Nurdin tanpa membuat Aira berada dalam bahaya. Benerapa orang yang ada di rumah Devina, terutama yang bertugas membantu pernikahannya bukanlah orang sembarangan. Memang bukan hanya Nurdin yang akan melancarkan aksi jahatnya, tapi dia juga meminta bantuan orang yang berada di rumah Devina. Orang yang rela melakukan apapun demi uang, dan sekarang wanita ini yang sedang memegang kendali atas Aira. "Kamu tenanglah, Aira pasti akan baik-baik saja." Adrian berusaha sebisa mungkin untuk menenangkan Devina. "Aku bisa pastikan, asal kita harus tenang sebagai orang tuanya." lanjutnya. Devina langsung terdiam, tapi air mata terus mengalir dari matanya tanpa bisa dihentikan. "Aku minta Aira selamat. Aku yakin Mas pasti punya rencana di balik ini semua." lirihnya sambil menatap Adrian lembut. "Betul. Tunggulah sebentar lagi, jangan lupa untuk mendoakan, ya." Adrian mengusap puncak kepalanya lembut. Sengaja, ia tidak memberitahu kalau Azril

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 40

    Azril terus aja mencari keberadaan di mana laki-laki yang bernama Nurdin itu di kota tempatnya kuliah, tapi tetap saja tidak ketemu. Banyak orang dia kerahkan, tapi tetap tidak membuahkan hasil. "Kira-kira di mana dia berada? Aku tidak ingin dia datang menyakiti keluargaku." Azril berucap lirih. Ia sudah faham betul jalan ceritanya. Jika ada Nurdin tahu kalau Pak Herman, laki-laki yang selama ini melindunginya itu sudah berada di tahanan, dia tidak mungkin akan diam saja. "Sepertinya belum ada pergerakan, ya." Haris menanggapi dengan biasa saja. "Terus bagaimana dengan bayimu, apa dia sudah ada pergerakan?" tanyanya lagi. Azril memilih diam daripada menjawab pertanyaan Haris. Ia tahu kalau sahabatnya itu pasti sudah mendengar kabar kelahiran Devina. "Apa kamu masih belum melihatnya?" tanya Haris lagi sambil menatap Azril bingung. "Aku tidak punya kesempatan untuk melihatnya." lirih Azril membuat Haris menatap kesal ke arahnya. "Alasan apa itu? Jika kamu memang cinta dan peduli

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 39

    Azril memerintahkan orang-orangnya untuk menangkap Herman dan juga Nafisah. Ia ingin mereka mendapatkan balasan yang setimpal dan sesuai dengan proses hukum. Terlebih lagi, Herman memang seorang mafia yang sudah berhasil menipu banyak orang dan perusahaan untuk kesenangannya sendiri. Melihat Azril jarang pulang ke rumah membuat Pak Halim dan Bu Ami bisa bernapas lega. Mereka sudah berjanji kepada Devina tidak akan mengatakan kalau bayinya sudah lahir dengan selamat dan sehat. Devina sementara waktu tidak ingin bertemu dengan Azril karena hatinya sedang membutuhkan pertolongan. "Darimana, Pa?" Suara yang terdengar seperti menodong membuat Bu Ami dan Pak Halim menghentikan langkah. Hari ini adalah hari kedua setelah putra Devina lahir dan mereka selalu pulang-pergi untuk melihat kondisi cucunya. "Dari luar dan kamu tidak perlu tahu hal itu!" tegas Bu Ami kemudian. Azril tersenyum kecut. Ada rasa sedih ketika melihat kedua orang tuanya lebih memilih berbohong daripada mengatakan y

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 38

    ”Tidak ada kata paling indah, selain aku mencintaimu karena Allah." ucap seorang laki-laki yang selalu dipanggil Ustaz Abdul oleh kelurga Pak Dean. "Namun kata-kata itu akan indah ketika diucapkan atau di katakan ketika orang yang menerimanya adalah pasangan halal kita. Karena apa? Karena tidak ada cinta karena Allah sebelum menikah. Semuanya pasti karena nafsu." jelasnya membuat Adrian dan yang lainnya menundukkan pandangan. "Jadi, maksud Nak Adrian ke sini benar untuk melamar sepupu saya, keponakan saya, sekaligus tetangga saya yang baik dan selalu mencintai orang lain dengan tulus?" tanyanya pada Adrian. Adrian hanya mengangguk. Matanya berusaha terlihat tegar, padahal ingin sekali dia menangis untuk mengungkapkan segala isi hatinya. Proses acara lamaran pun selesai. Meksipun keluarga Pak Dean dan keluarga Pak Halim bukan orang yang kolot, tapi tetap saja mereka menjalankan tradisi seperti dulu. Yaitu, yang mana laki-laki dan perempuan tidak boleh bersentuhan sebelum menikah. M

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 37

    "Bagaimana bisa kau tahu tentang Devina?" Azril menatap Septi dingin. Suasana tiba-tiba menjadi berubah sepi karena Azril yang mengatakan tentang yang dialami Devina selama ini. Septi tersenyum menyeringai. "Siapa yang tidak kenal Devina? Bukan kampus yang selalu dingin kepada semua mahasiswa, kecuali padamu!" ucapnya geram sambil menatap Azril dengan penuh kebencian. Azril berdecih. "Oh, ternyata kau adalah salah satu laki-laki yang tertolak. Mau bagaimana lagi, hanya aku yang ada di matanya." "Aku tidak ditolak, karena memang tidak menyatakan perasaan. Hanya saja, sangat disayangkan perasaannya yang halus dirobek olehmu." Septi memilih untuk menjauh dari Azril dan mendekat ke arah Ayu. "Kupikir kau mencintaiku dengan setulus hati, nyatanya tidak. Mulai saat ini, kita bukan lagi hubungan suami-istri." tegasnya. Nafisah mulai tersenyum lebar. Jika Septi menalak Ayu, tandanya laki-laki masih punya perasaan padanya. Dengan penuh percaya diri, dia mendekat ke arah Septi. "Pasti kar

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 36

    Azril sudah ada perasaan tidak enak ketika mendatangi rumah pakdenya Nafisah yang dulu pernah dia tinggali selama beberapa waktu itu. Sangat hening dan sepi. Sudah ada perasaan kalau penghuni rumahnya sedang tidak di tempat. Sementara Nafisah malah membuka setiap pintu kamar dengan tangis yang hampir pecah. "Jangan sampai kau menunjukkan rasa kasihanmu, karena aku tidak akan kasihan apapun keadaanmu," tegas Azril. Nafisah tidak bicara jelas kepada Azril, dari tadi dia hanya bergumam. "Sudahlah, tidak usah berteriak dengan sekuat tenaga. Keluargamu memang sudah meninggalkan rumah ini," jelas Azril membuat Nafisah geram. "Jangan sembarangan bicara kalau tidak tahu apapun!" teriaknya kepada Azril. Rasa panik pun semakin menjadi ketika tidak ada satu pun anggota keluarganya yang berada di rumah. Bahkan, baju-baju terbaik mereka pun sudah tidak ada lagi. "Kau memang tidak punya harapan!" lirih Azril. Dia memilih untuk duduk di teras sambil menunggu Nafisah melakukan apa yang ingin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status