Share

Azril 2

last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-22 21:44:58

"Kau jangan coba-coba menyakiti Devina, ya!" kecam Randi sambil menatapku tajam.

"Apaan, sih!" Aku menepis perkataannya.

"Kau! Asal kau tahu, ya, memakai kerudung panjang belum tentu dia salehah, karena menutup aurat adalah kewajiban. Kalau Devina, sudah jelas dia istri yang penurut, tubuhnya pun tanpa cacat, tinggal kau bawa untuk dia mau menutup aurat!" jelasnya membuatku muak.

Tentu saja aku tahu perbedaan di antara mereka, tetap saja Devina jauh dari lebih buruk. Aku akui, selama ini di antara kita belum pernah ada pertengkaran, tapi itu karena aku yang selalu meninggalkan dia.

Entah mengapa, aku tidak ingin berlama-lama untuk terus berada satu ruangan dengannya. Untung saja selama beberapa hari ini dia tinggal di ruang tamu, jadi aku tidak perlu repot-repot untuk menjauh.

"Iya, bawel." Daripada berdebat, aku memutuskan untuk diam.

Dengan teliti, dia mengecek seluruh anggota tubuh, sayangnya hanya gelengan yang aku dapatkan. "Sebaiknya kau pergi ke dokter kandungan, dari sini belok ke kanan." ucapnya memberikan petunjuk.

"Mana ada!"

"Kenapa kau yakin sekali kalau Devina tidak hamil?" tanyanya sambil memindai wajahku, tidak, tidak, bukan hanya wajah, dia menatapku dengan mata tajamnya dari atas rambut sampai ujung kaki.

Mampus! Kenapa dia mempertanyakan hal seperti itu, harus jawab apa, nih?

"Assalamu'alaikum." Belum sempat aku menjawab, dari luar pintu ada yang mengucapkan salam sambil mengetuk pintunya pelan.

"Masuk!" titah Randi.

Ternyata perempuan itu adalah Nafisah, wanita cantik dan anggun yang selalu aku rindukan di setiap malam.

"Makanannya mau disimpan di mana, Dok?" tanyanya pada Randi lemah lembut.

Ah, rasanya aku iri kenapa dari dulu aku tidak memilih menjadi dokter saja, sungguh menyebalkan rasanya jika membayangkan Nafis mengantarkan makanan kepada semua dokter di rumah sakit ini.

Tidak! Rasanya bukan hanya menyebalkan, tapi aku tidak rela kalau melihatnya melakukan seperti itu.

"Sini!" Randi berjalan ke arah Nafis dengan wajah kejamnya. "Lain kali, tidak perlu di antar!" tegasnya tanpa peduli kalau Nafis adalah seorang perempuan yang lembut.

"Dan ingat, kalau laki-laki ini mendekatimu, jangan diterima. Tolak dia jauh-jauh!" lanjutnya tajam, aku punya firasat kalau sesuatu yang tidak diinginkan akan segera terjadi.

Dengan cepat aku mendekat ke arahnya dan menutup mulutnya dengan tangan kananku. "Karena laki-laki itu sudah men—" Setelahnya, hanya terdengar suara yang tidak jelas.

"Sebaiknya kamu kembali saja," ucapku lembut dengan senyuman yang indah.

Nafis mengangguk, lalu membalas senyumanku, kemudian kembali ke keluar ruangan.

Setelah lima menit berlalu dan memastikan kalau Nafis sudah pergi jauh, aku baru melepaskan tangan yang dipakai menutupi mulut bau si Randi ini.

"Apa yang kau lakukan, jangan-jangan kau mengaku padanya belum menikah? Belum punya istri? Bagaimana kau bisa melakukan itu, hah? Kau pikir pernikahan adalah permainan? Kau pikir Devina itu pantas untuk disakiti?" cecarnya membuatku malas untuk mendengarkan.

Daripada telingaku ini sakit, aku langsung keluar menyusul Nafisah untuk membicarakan tentang keputusan Devina agar aku membawa Nafisah ke rumah.

*****

"Yang benar, Mas?" tanyanya memastikan ketika aku menceritakan semuanya.

"Tentu saja, aku tidak suka berbohong." Aku tersenyum lebar melihat kebahagiaan yang terpancar di wajahnya.

"Baik, aku izin Bude!" serunya sambil berlari ke arah kantin.

Aku menunggunya di mobil dengan perasaan bahagia yang akan segera meledak. Wah-wah, ternyata begini rasanya ketika bahagia terhadap pasangan atau wanita yang kita cintai. Kita juga akan ikut merasakan kebahagiannya.

Tidak lama, Nafis kembali datang menghampiri dengan wajah gembira. "Bude sudah izinkan!" serunya dan langsung masuk ke dalam mobil yang sudah aku buka pintunya khusus untuk orang yang kucintai.

Kalau untuk Devina, jangan harap.

Hanya dalam hitungan menit, aku sudah sampai di rumah. Dari tadi, ada sedikit kekhawatiran yang ada pada hatiku.

Aku sangat takut kalau Devina mengingkari janjinya dan akan bersikap bar-bar, layaknya istri pertama seperti yang di film-film atau novel.

Ketika sampai, aku melihat Devina sedang menyiram tanaman strawberry yang tumbuh subur itu.

Aku langsung membawa Nafisah masuk.

"Dia siapa, Mas?" tanya Nafis sambil menunjuk ke arah Devina.

"Saya pembantu di rumah ini," jawab Devina tanpa menatap ke arahku sedikit pun.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Zuriah Jamalin
Azril rampas semua harta DEVINA... DIA KN PEREMPUAN BODOH..biar ja dia jadi pembantu rumah sma miskin kn dia.. PALING BENCI PEREMPUAN KAYAK DEVINA KLO BOLEH BIAR MATI JADI PEMBANTU...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 41 Akhir Kisah

    Adrian sudah memasang perangkap untuk bisa menangkap Nurdin tanpa membuat Aira berada dalam bahaya. Benerapa orang yang ada di rumah Devina, terutama yang bertugas membantu pernikahannya bukanlah orang sembarangan. Memang bukan hanya Nurdin yang akan melancarkan aksi jahatnya, tapi dia juga meminta bantuan orang yang berada di rumah Devina. Orang yang rela melakukan apapun demi uang, dan sekarang wanita ini yang sedang memegang kendali atas Aira. "Kamu tenanglah, Aira pasti akan baik-baik saja." Adrian berusaha sebisa mungkin untuk menenangkan Devina. "Aku bisa pastikan, asal kita harus tenang sebagai orang tuanya." lanjutnya. Devina langsung terdiam, tapi air mata terus mengalir dari matanya tanpa bisa dihentikan. "Aku minta Aira selamat. Aku yakin Mas pasti punya rencana di balik ini semua." lirihnya sambil menatap Adrian lembut. "Betul. Tunggulah sebentar lagi, jangan lupa untuk mendoakan, ya." Adrian mengusap puncak kepalanya lembut. Sengaja, ia tidak memberitahu kalau Azril

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 40

    Azril terus aja mencari keberadaan di mana laki-laki yang bernama Nurdin itu di kota tempatnya kuliah, tapi tetap saja tidak ketemu. Banyak orang dia kerahkan, tapi tetap tidak membuahkan hasil. "Kira-kira di mana dia berada? Aku tidak ingin dia datang menyakiti keluargaku." Azril berucap lirih. Ia sudah faham betul jalan ceritanya. Jika ada Nurdin tahu kalau Pak Herman, laki-laki yang selama ini melindunginya itu sudah berada di tahanan, dia tidak mungkin akan diam saja. "Sepertinya belum ada pergerakan, ya." Haris menanggapi dengan biasa saja. "Terus bagaimana dengan bayimu, apa dia sudah ada pergerakan?" tanyanya lagi. Azril memilih diam daripada menjawab pertanyaan Haris. Ia tahu kalau sahabatnya itu pasti sudah mendengar kabar kelahiran Devina. "Apa kamu masih belum melihatnya?" tanya Haris lagi sambil menatap Azril bingung. "Aku tidak punya kesempatan untuk melihatnya." lirih Azril membuat Haris menatap kesal ke arahnya. "Alasan apa itu? Jika kamu memang cinta dan peduli

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 39

    Azril memerintahkan orang-orangnya untuk menangkap Herman dan juga Nafisah. Ia ingin mereka mendapatkan balasan yang setimpal dan sesuai dengan proses hukum. Terlebih lagi, Herman memang seorang mafia yang sudah berhasil menipu banyak orang dan perusahaan untuk kesenangannya sendiri. Melihat Azril jarang pulang ke rumah membuat Pak Halim dan Bu Ami bisa bernapas lega. Mereka sudah berjanji kepada Devina tidak akan mengatakan kalau bayinya sudah lahir dengan selamat dan sehat. Devina sementara waktu tidak ingin bertemu dengan Azril karena hatinya sedang membutuhkan pertolongan. "Darimana, Pa?" Suara yang terdengar seperti menodong membuat Bu Ami dan Pak Halim menghentikan langkah. Hari ini adalah hari kedua setelah putra Devina lahir dan mereka selalu pulang-pergi untuk melihat kondisi cucunya. "Dari luar dan kamu tidak perlu tahu hal itu!" tegas Bu Ami kemudian. Azril tersenyum kecut. Ada rasa sedih ketika melihat kedua orang tuanya lebih memilih berbohong daripada mengatakan y

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 38

    ”Tidak ada kata paling indah, selain aku mencintaimu karena Allah." ucap seorang laki-laki yang selalu dipanggil Ustaz Abdul oleh kelurga Pak Dean. "Namun kata-kata itu akan indah ketika diucapkan atau di katakan ketika orang yang menerimanya adalah pasangan halal kita. Karena apa? Karena tidak ada cinta karena Allah sebelum menikah. Semuanya pasti karena nafsu." jelasnya membuat Adrian dan yang lainnya menundukkan pandangan. "Jadi, maksud Nak Adrian ke sini benar untuk melamar sepupu saya, keponakan saya, sekaligus tetangga saya yang baik dan selalu mencintai orang lain dengan tulus?" tanyanya pada Adrian. Adrian hanya mengangguk. Matanya berusaha terlihat tegar, padahal ingin sekali dia menangis untuk mengungkapkan segala isi hatinya. Proses acara lamaran pun selesai. Meksipun keluarga Pak Dean dan keluarga Pak Halim bukan orang yang kolot, tapi tetap saja mereka menjalankan tradisi seperti dulu. Yaitu, yang mana laki-laki dan perempuan tidak boleh bersentuhan sebelum menikah. M

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 37

    "Bagaimana bisa kau tahu tentang Devina?" Azril menatap Septi dingin. Suasana tiba-tiba menjadi berubah sepi karena Azril yang mengatakan tentang yang dialami Devina selama ini. Septi tersenyum menyeringai. "Siapa yang tidak kenal Devina? Bukan kampus yang selalu dingin kepada semua mahasiswa, kecuali padamu!" ucapnya geram sambil menatap Azril dengan penuh kebencian. Azril berdecih. "Oh, ternyata kau adalah salah satu laki-laki yang tertolak. Mau bagaimana lagi, hanya aku yang ada di matanya." "Aku tidak ditolak, karena memang tidak menyatakan perasaan. Hanya saja, sangat disayangkan perasaannya yang halus dirobek olehmu." Septi memilih untuk menjauh dari Azril dan mendekat ke arah Ayu. "Kupikir kau mencintaiku dengan setulus hati, nyatanya tidak. Mulai saat ini, kita bukan lagi hubungan suami-istri." tegasnya. Nafisah mulai tersenyum lebar. Jika Septi menalak Ayu, tandanya laki-laki masih punya perasaan padanya. Dengan penuh percaya diri, dia mendekat ke arah Septi. "Pasti kar

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 36

    Azril sudah ada perasaan tidak enak ketika mendatangi rumah pakdenya Nafisah yang dulu pernah dia tinggali selama beberapa waktu itu. Sangat hening dan sepi. Sudah ada perasaan kalau penghuni rumahnya sedang tidak di tempat. Sementara Nafisah malah membuka setiap pintu kamar dengan tangis yang hampir pecah. "Jangan sampai kau menunjukkan rasa kasihanmu, karena aku tidak akan kasihan apapun keadaanmu," tegas Azril. Nafisah tidak bicara jelas kepada Azril, dari tadi dia hanya bergumam. "Sudahlah, tidak usah berteriak dengan sekuat tenaga. Keluargamu memang sudah meninggalkan rumah ini," jelas Azril membuat Nafisah geram. "Jangan sembarangan bicara kalau tidak tahu apapun!" teriaknya kepada Azril. Rasa panik pun semakin menjadi ketika tidak ada satu pun anggota keluarganya yang berada di rumah. Bahkan, baju-baju terbaik mereka pun sudah tidak ada lagi. "Kau memang tidak punya harapan!" lirih Azril. Dia memilih untuk duduk di teras sambil menunggu Nafisah melakukan apa yang ingin

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status