Share

Penampilan

last update Last Updated: 2024-03-23 14:56:04

PoV Devi

Aku meminta Mas Azril untuk menikah secepatnya bukan karena aku tidak punya harga diri atau tidak punya perasaan, tapi karena ingin menunjukkan padanya kalau aku sudah lelah dan menyerah untuk menjadi istrinya.

Tidak ada penyesalan sedikit pun setelah menamainya selama tujuh tahun, setidaknya, Allah masih menginginkan aku untuk bahagia.

"Maka makananku?" Mas Azril keluar dari kamar mandi dengan masih memakai baju handuk, padahal biasanya tidak pernah seperti ini.

"Enggak ada!" jawabku singkat sambil meliriknya sekilas, lalu kembali fokus kepada gawai yang sedang kupegang.

Wajahnya mendadak berubah menjadi merah, sudah pasti amarah sedang menghampirinya, tapi aku tidak peduli. Jika yang aku lakukan ini berdosa, maka aku hanya bisa meminta ampunan kepada Allah untuk mengampuni dosa dosaku.

"Kamu itu gunanya apa?" protesnya tajam dengan tatapan menusuk.

"Aku? Gunanya?" Aku menahan kata-kata yang ingin aku ucapkan dan menghampirinya dengan tatapan yang tenang, aku ingin dia tahu kalau aku juga bisa kejam dan bertindak sesuai dengan keinginanku.

Setelah berada tepat di depannya, aku menatapnya lekat. "Gunaku menjadi ratu, karena aku adalah Devina, putri tunggal dari orang terkaya di kota ini!" tegasku menyadarkannya.

Wajah Mas Azril semakin memerah, matanya menatapku tajam, dan tangannya berusaha untuk menarik tanganku, tapi aku lebih dulu melangkah menjauh, dan masuk ke dalam kamar.

"Devina!" teriaknya memanggil, tapi aku tidak peduli. Mau sampai uratnya putus sekali pun, dia tidak akan bisa memerintahkan apapun lagi padaku.

"Hei! Kau, keluarlah!" teriaknya lagi.

Aku malah mengambil ponsel dan membuka aplikasi KBM app untuk membaca beberapa cerita yang memang sudah menjadi bacaan favoritku, salah satunya buku yang berjudul 'Menyesal Usai Talak'. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil di cerita ini. Seperti, kita tidak bisa menilai orang itu siapa, apa pekerjaannya, bagaimana sifatnya hanya dari tampilan luar, dan masih banyak lagi.

Ada juga salah satu cerita bersambung dari penulis yang sama, judulnya 'Hadiah Pernikahan Pembawa Petaka', kisah ini menceritakan sebuah dokter yang meminta izin untuk menikah lagi dengan masa lalunya atas dasar kasian kepada anak-anaknya tapi mengabaikan anak-anaknya sendiri.

Memang sikap untuk anak-anak yang berusia empat atau enam tahun di dalam cerbung ini terlalu dewasa, tapi mereka memang sudah dilatih untuk mengerti.

Perlu kita ketahui bahwa, masalah kedewasaan itu tidak tergantung tingginya usia. Seringkali kita melihat orang tua yang sifatnya kekanakan, atau malah sebaliknya.

Di saat aku sedang asyik membaca cerita menyesal usai talak, Mbak Salma menelpon.

"Assalamu'alaikum, Mbak," sapaku bahagia, berbeda dengan panggilan telpon beberapa waktu lalu yang berlinang air mata.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah, apa kabar?"

"Sangat baik, Mbak."

"Sudah ikhlas?"

"Alhamdulillah sudah, Mbak. Aku gak akan izinkan hatiku untuk terluka lagi, jadi aku akan menyikapi semuanya dengan biasa saja, seperti tidak ada hal menyakitkan yang terjadi." jelasku bahagia.

"Bagus, itu yang Mbak tunggu. Ini hidup kamu, jadi hanya diri kamu sendiri yang bisa memutuskannya. Jika kamu menginginkan hatimu untuk terluka, berarti hatimu akan terluka," ucapnya panjang dan aku menyetujui hal itu.

Jangan izinkan hatimu untuk terluka kalau kamu tidak ingin terluka.

"Benar, Mbak. Aku akan ambil hikmah dari sikapnya, mungkin sudah saatnya aku untuk bahagia."

"Apa hikmahnya?" tanya Mbak Salma membuatku tertawa kecil.

"Tentu saja agar aku bisa mendapatkan laki-laki yang sholeh, baik, dan bisa mencintaiku seperti aku mencintainya." Aku menjelaskan dengan senyuman yang tidak pernah hilang.

"Itu benar, kamu sudah sangat pintar. Besok kita bertemu, yuk?" ajaknya yang langsung aku setujui.

"Devina!" panggil Mas Azril lagi setelah beberapa jam berlalu, tapi aku masih bodo amat.

Setelah mematikan sambungan telpon, aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah beberapa jam, aku pun keluar dengan baju yang sudah rapi. Yaitu memakai gamis merah muda dengan kerudung yang senada.

"Mau kemana kamu?" tanya Mas Azril yang ternyata masih berada di kursi yang ada di depan kamarku.

"Gak kemana-mana."

"Jangan bohong!" ucapnya setengah berteriak.

"Untuk apa berbohong, gak ada gunanya."

"Jangan bilang kau mau merubah penampilan agar aku membatalkan pernikahan dengan Nafisah yang shalihah?" tanyanya picik.

"Wah, sejak kapak kau tilai aku begitu, Mas? Aku gak ada harapan sedikit pun hal itu terjadi, bukankah kau sendiri juga tahu kalau aku berpenampilan seksi hanya di rumah?" tanyaku tajam.

"Makanya aku jijik!" ucapnya sambil mengalihkan pandangannya.

"Lihat saja nanti istrimu kalau di rumah bagaimana, semoga saja tidak lebih parah dariku." ucapku bangga.

"Kau, Nafis bukan orang yang seperti itu!" ucapnya sambil berteriak.

"Siapa Nafis?" tanya seseorang yang baru saja datang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 41 Akhir Kisah

    Adrian sudah memasang perangkap untuk bisa menangkap Nurdin tanpa membuat Aira berada dalam bahaya. Benerapa orang yang ada di rumah Devina, terutama yang bertugas membantu pernikahannya bukanlah orang sembarangan. Memang bukan hanya Nurdin yang akan melancarkan aksi jahatnya, tapi dia juga meminta bantuan orang yang berada di rumah Devina. Orang yang rela melakukan apapun demi uang, dan sekarang wanita ini yang sedang memegang kendali atas Aira. "Kamu tenanglah, Aira pasti akan baik-baik saja." Adrian berusaha sebisa mungkin untuk menenangkan Devina. "Aku bisa pastikan, asal kita harus tenang sebagai orang tuanya." lanjutnya. Devina langsung terdiam, tapi air mata terus mengalir dari matanya tanpa bisa dihentikan. "Aku minta Aira selamat. Aku yakin Mas pasti punya rencana di balik ini semua." lirihnya sambil menatap Adrian lembut. "Betul. Tunggulah sebentar lagi, jangan lupa untuk mendoakan, ya." Adrian mengusap puncak kepalanya lembut. Sengaja, ia tidak memberitahu kalau Azril

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 40

    Azril terus aja mencari keberadaan di mana laki-laki yang bernama Nurdin itu di kota tempatnya kuliah, tapi tetap saja tidak ketemu. Banyak orang dia kerahkan, tapi tetap tidak membuahkan hasil. "Kira-kira di mana dia berada? Aku tidak ingin dia datang menyakiti keluargaku." Azril berucap lirih. Ia sudah faham betul jalan ceritanya. Jika ada Nurdin tahu kalau Pak Herman, laki-laki yang selama ini melindunginya itu sudah berada di tahanan, dia tidak mungkin akan diam saja. "Sepertinya belum ada pergerakan, ya." Haris menanggapi dengan biasa saja. "Terus bagaimana dengan bayimu, apa dia sudah ada pergerakan?" tanyanya lagi. Azril memilih diam daripada menjawab pertanyaan Haris. Ia tahu kalau sahabatnya itu pasti sudah mendengar kabar kelahiran Devina. "Apa kamu masih belum melihatnya?" tanya Haris lagi sambil menatap Azril bingung. "Aku tidak punya kesempatan untuk melihatnya." lirih Azril membuat Haris menatap kesal ke arahnya. "Alasan apa itu? Jika kamu memang cinta dan peduli

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 39

    Azril memerintahkan orang-orangnya untuk menangkap Herman dan juga Nafisah. Ia ingin mereka mendapatkan balasan yang setimpal dan sesuai dengan proses hukum. Terlebih lagi, Herman memang seorang mafia yang sudah berhasil menipu banyak orang dan perusahaan untuk kesenangannya sendiri. Melihat Azril jarang pulang ke rumah membuat Pak Halim dan Bu Ami bisa bernapas lega. Mereka sudah berjanji kepada Devina tidak akan mengatakan kalau bayinya sudah lahir dengan selamat dan sehat. Devina sementara waktu tidak ingin bertemu dengan Azril karena hatinya sedang membutuhkan pertolongan. "Darimana, Pa?" Suara yang terdengar seperti menodong membuat Bu Ami dan Pak Halim menghentikan langkah. Hari ini adalah hari kedua setelah putra Devina lahir dan mereka selalu pulang-pergi untuk melihat kondisi cucunya. "Dari luar dan kamu tidak perlu tahu hal itu!" tegas Bu Ami kemudian. Azril tersenyum kecut. Ada rasa sedih ketika melihat kedua orang tuanya lebih memilih berbohong daripada mengatakan y

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 38

    ”Tidak ada kata paling indah, selain aku mencintaimu karena Allah." ucap seorang laki-laki yang selalu dipanggil Ustaz Abdul oleh kelurga Pak Dean. "Namun kata-kata itu akan indah ketika diucapkan atau di katakan ketika orang yang menerimanya adalah pasangan halal kita. Karena apa? Karena tidak ada cinta karena Allah sebelum menikah. Semuanya pasti karena nafsu." jelasnya membuat Adrian dan yang lainnya menundukkan pandangan. "Jadi, maksud Nak Adrian ke sini benar untuk melamar sepupu saya, keponakan saya, sekaligus tetangga saya yang baik dan selalu mencintai orang lain dengan tulus?" tanyanya pada Adrian. Adrian hanya mengangguk. Matanya berusaha terlihat tegar, padahal ingin sekali dia menangis untuk mengungkapkan segala isi hatinya. Proses acara lamaran pun selesai. Meksipun keluarga Pak Dean dan keluarga Pak Halim bukan orang yang kolot, tapi tetap saja mereka menjalankan tradisi seperti dulu. Yaitu, yang mana laki-laki dan perempuan tidak boleh bersentuhan sebelum menikah. M

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 37

    "Bagaimana bisa kau tahu tentang Devina?" Azril menatap Septi dingin. Suasana tiba-tiba menjadi berubah sepi karena Azril yang mengatakan tentang yang dialami Devina selama ini. Septi tersenyum menyeringai. "Siapa yang tidak kenal Devina? Bukan kampus yang selalu dingin kepada semua mahasiswa, kecuali padamu!" ucapnya geram sambil menatap Azril dengan penuh kebencian. Azril berdecih. "Oh, ternyata kau adalah salah satu laki-laki yang tertolak. Mau bagaimana lagi, hanya aku yang ada di matanya." "Aku tidak ditolak, karena memang tidak menyatakan perasaan. Hanya saja, sangat disayangkan perasaannya yang halus dirobek olehmu." Septi memilih untuk menjauh dari Azril dan mendekat ke arah Ayu. "Kupikir kau mencintaiku dengan setulus hati, nyatanya tidak. Mulai saat ini, kita bukan lagi hubungan suami-istri." tegasnya. Nafisah mulai tersenyum lebar. Jika Septi menalak Ayu, tandanya laki-laki masih punya perasaan padanya. Dengan penuh percaya diri, dia mendekat ke arah Septi. "Pasti kar

  • WANITA YANG KUCERAIKAN   Bab 36

    Azril sudah ada perasaan tidak enak ketika mendatangi rumah pakdenya Nafisah yang dulu pernah dia tinggali selama beberapa waktu itu. Sangat hening dan sepi. Sudah ada perasaan kalau penghuni rumahnya sedang tidak di tempat. Sementara Nafisah malah membuka setiap pintu kamar dengan tangis yang hampir pecah. "Jangan sampai kau menunjukkan rasa kasihanmu, karena aku tidak akan kasihan apapun keadaanmu," tegas Azril. Nafisah tidak bicara jelas kepada Azril, dari tadi dia hanya bergumam. "Sudahlah, tidak usah berteriak dengan sekuat tenaga. Keluargamu memang sudah meninggalkan rumah ini," jelas Azril membuat Nafisah geram. "Jangan sembarangan bicara kalau tidak tahu apapun!" teriaknya kepada Azril. Rasa panik pun semakin menjadi ketika tidak ada satu pun anggota keluarganya yang berada di rumah. Bahkan, baju-baju terbaik mereka pun sudah tidak ada lagi. "Kau memang tidak punya harapan!" lirih Azril. Dia memilih untuk duduk di teras sambil menunggu Nafisah melakukan apa yang ingin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status