Share

Bab. 6

Setelah pertengkaran itu aku dan A Miftah sama-sama tak saling bicara. Weekend yang harusnya menjadi momen keluarga malah kami gunakan untuk memperdebatkan masalah yang seharusnya bisa dengan mudah kita selesaikan bersama. Semua ini jelas tak akan terjadi kalau bukan karena dia yang memulai, juga wanita yang disembunyikannya di kontrakan.

Aku lupa kapan terakhir kali hal seperti ini terjadi. Mungkin dua atau tiga tahun lalu, itu pun dia langsung memelukku hingga pertengkaran kami tak berlarut panjang. Ternyata wanita muda itu membawa pengaruh besar pada perubahan diri A Miftah. Nyaris tak kutemukan sosok yang dulu pengertian, perhatian, dan penyayang. Sejak kepulangannya kemarin malam, sampai siang ini aku bahkan tak mendapatinya menghampiri Akbar, padahal sudah lebih dari sebulan mereka tak berjumpa.

"Bun, A-ah, Bun." Akbar menarik-narik ujung dasterku saat kami tengah menonton TV di ruang tamu, telunjuk mungilnya terulur ke arah kamar di mana A Miftah keluar dengan kaos dan celana jins-nya. Semerbak bau parfum tercium. Aku tertegun melihat penampilannya yang sudah begitu rapi dan segar siang ini. Di tangannya terdapat totebag berisi tas yang hendak dia berikan padaku tadi.

"Mau ke mana?" Refleks pertanyaan itu terlontar.

Dia menoleh, kemudian dengan datar menjawab. "Nenangin diri."

"Kan, bisa di sini!" sahutku geram, "emangnya A'a ngapain aja dari tadi dekem di kam--"

Dering ponselnya yang berbunyi menginterupsi. Kulihat dia tersenyum simpul sejenak, kemudian memasukkan kembali benda pipih itu ke dalam kantong celana, lalu beralih padaku.

"Nggak cukup, kalau sumber masalahnya masih ada di sini."

Deg!

Sesaat setelah mengatakannya, dia menyambar kunci motor dan pergi begitu saja.

Astagfirullah.

Sumber masalah dia bilang?

***

Kurang lebih seperempat jam setelah kepergian A Miftah, aku bersiap-siap mengenakan apa saja yang tergantung di kastok, bersama dengan kerudung segiempat yang diambil acak dalam lemari. Berhubung Akbar sudah kumandikan dan pakaiannya juga masih bersih, kami lekas pergi setelah mengunci pintu dan garasi.

Jika asumsiku benar, dia pasti pergi ke Cijerah. Mencari pelarian dengan mengunjungi istri simpanannya yang disembunyikan di rumah kontrakanku sendiri.

Supaya tak meninggalkan jejak yang kentara, aku sengaja menggunakan transportasi online go-car, kemudian berhenti di Holis, setelah itu naik angkutan umum berwarna hijau jurusan Soreang.

Kutuntun Akbar menuju Warung Nasi Bi Eti, yang kebetulan hanya buka pagi hari, sesampainya di Cijerah. Warung yang berada di bawah Pohon Mangga besar. Letaknya yang berhadapan dengan rumah kontrakan membuatku cukup mampu memantau keadaan sekitar.

Ternyata feeling-ku seratus persen benar. Kulihat motornya terparkir di halaman kontrakan bersama dengan sandalnya di luar. Beberapa saat kemudian dua orang itu keluar dari dalam, menenteng helm masing-masing. Tas yang pagi tadi hendak dia berikan padaku, entah bagaimana ceritanya sudah melekat di sisi tubuh wanita hamil itu. Keduanya pergi berboncengan sembari cekikikan riang. Meninggalkan luka menganga dalam diri yang mereka timbulkan tanpa disadari.

"Teh Tika!" Aku menoleh seketika, saat mendengar panggilan itu tepat di telinga.

"Eh, Mad." Buru-buru kuseka air mata yang tanpa sadar jatuh dari pelupuk mata.

"Ke mana aja? Kenapa susah dihubungin seminggu ini," tuntut Ahmad, setelah duduk di bangku, di sampingku.

Sejujurnya aku memang menghindar setelah mengetahui status dari wanita yang disembunyikan suamiku. Walau bagaimana pun adik mana yang tak akan murka mengetahui kakaknya diperlakukan seperti ini. Walhasil, tak lama setelah aku tahu tentang kenyataan pahit ini, aku langsung menghubungi Ahmad dan langsung mengatakan padanya agar tak perlu menyelidiki tentang A Miftah dan wanita itu lagi. Kukatakan bahwa semua ini hanya salah paham, padahal kenyataannya tak demikian.

"Mad!" Kuhela napas panjang, lalu menggenggam tangan Ahmad yang bertengger di atas bangku. "Janji dulu kalau teteh cerita yang sebenarnya kamu jangan bertindak sendiri, biarin teteh nyelesain semua ini."

Ahmad tertegun cukup lama, dia tatap lekat mataku sebelum mengangguk mantap.

"Sebenernya ...."

***

"Bangsat! Laki nggak tahu diri, dibilangin bukannya introspeksi, tapi malah lari. Padahal apa yang kurang dari Teteh?!" Ahmad memukul bangku dan mengumpat keras setelah aku menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

"Mungkin teteh kurang cantik sama kurang muda, Mad. Makanya A Miftah bosan," cetusku sembari mengelus-elus kepala Akbar yang sejak tadi anteng memainkan ranting pohon.

"Halah, tai'lah. Kalau niatnya cuma cari yang lebih mah nggak akan ada habisnya. Emang dasarnya si Miftah kurang bersyukur aja. Udah punya istri yang mandiri, nggak pernah nuntut sana-sini, masih aja gatel ngeliat fisik yang lebih cantik."

"Seandainya semua pemikiran laki-laki sama kayak kamu, Mad. Mungkin nggak akan ada yang namanya istri tersakiti." Kutumpukan dagu di atas kepala Akbar, lalu menatap lurus ke arah kontrakan.

"Udahlah, Teh. Nunggu apalagi? Langsung aja labrak tuh laki nggak tahu diri sama pelakornya! Greget banget Ahmad pengen hajar muka sok kecakepannya, walaupun sialnya dia emang cakep."

"Tunggu bentar, Mad. Teteh cuma mau liat sejauh apa dia bisa nyembunyiin bangkai? Lagian A Miftah bukan apa-apa tanpa teteh."

Ahmad menghela napas gusar.

"Sebenarnya apa, sih yang Teteh rencanain?" tanya Ahmad tak sabar. "Terus habis ini mau ke mana? Nggak mungkin buntutin mereka berdua, kan?"

Bersamaan dengan pertanyaan yang Ahmad ajukan, ponsel di saku cardiganku bergetar. Sebuah pesan yang dikirim pada seseorang yang kuhubungi setelah pengkhiatan A Miftah terbongkar, akhirnya mendapatkan balasan.

Kualihkan pandangan ke arah Ahmad, lalu tersenyum samar.

"Ketemu temen lama."

"Siapa?"

"Dia satu tempat kerja sama A Miftah. Bahkan atasannya." Kuberi jeda sejenak yang membuat Ahmad menunggu dengan tak sabar.

"Enam tahun lalu dia yang teteh minta buat masukin A Miftah ke Gema Toserba, sampai berhasil ada di posisi sekarang."

.

.

.

Bersambung.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Isabella
pingin nimpuk suaminya
goodnovel comment avatar
CheRy
gedek ama suaminya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status