Share

Bab. 6

Penulis: Dwrite
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-19 10:34:23

Setelah pertengkaran itu aku dan A Miftah sama-sama tak saling bicara. Weekend yang harusnya menjadi momen keluarga malah kami gunakan untuk memperdebatkan masalah yang seharusnya bisa dengan mudah kita selesaikan bersama. Semua ini jelas tak akan terjadi kalau bukan karena dia yang memulai, juga wanita yang disembunyikannya di kontrakan.

Aku lupa kapan terakhir kali hal seperti ini terjadi. Mungkin dua atau tiga tahun lalu, itu pun dia langsung memelukku hingga pertengkaran kami tak berlarut panjang. Ternyata wanita muda itu membawa pengaruh besar pada perubahan diri A Miftah. Nyaris tak kutemukan sosok yang dulu pengertian, perhatian, dan penyayang. Sejak kepulangannya kemarin malam, sampai siang ini aku bahkan tak mendapatinya menghampiri Akbar, padahal sudah lebih dari sebulan mereka tak berjumpa.

"Bun, A-ah, Bun." Akbar menarik-narik ujung dasterku saat kami tengah menonton TV di ruang tamu, telunjuk mungilnya terulur ke arah kamar di mana A Miftah keluar dengan kaos dan celana jins-nya. Semerbak bau parfum tercium. Aku tertegun melihat penampilannya yang sudah begitu rapi dan segar siang ini. Di tangannya terdapat totebag berisi tas yang hendak dia berikan padaku tadi.

"Mau ke mana?" Refleks pertanyaan itu terlontar.

Dia menoleh, kemudian dengan datar menjawab. "Nenangin diri."

"Kan, bisa di sini!" sahutku geram, "emangnya A'a ngapain aja dari tadi dekem di kam--"

Dering ponselnya yang berbunyi menginterupsi. Kulihat dia tersenyum simpul sejenak, kemudian memasukkan kembali benda pipih itu ke dalam kantong celana, lalu beralih padaku.

"Nggak cukup, kalau sumber masalahnya masih ada di sini."

Deg!

Sesaat setelah mengatakannya, dia menyambar kunci motor dan pergi begitu saja.

Astagfirullah.

Sumber masalah dia bilang?

***

Kurang lebih seperempat jam setelah kepergian A Miftah, aku bersiap-siap mengenakan apa saja yang tergantung di kastok, bersama dengan kerudung segiempat yang diambil acak dalam lemari. Berhubung Akbar sudah kumandikan dan pakaiannya juga masih bersih, kami lekas pergi setelah mengunci pintu dan garasi.

Jika asumsiku benar, dia pasti pergi ke Cijerah. Mencari pelarian dengan mengunjungi istri simpanannya yang disembunyikan di rumah kontrakanku sendiri.

Supaya tak meninggalkan jejak yang kentara, aku sengaja menggunakan transportasi online go-car, kemudian berhenti di Holis, setelah itu naik angkutan umum berwarna hijau jurusan Soreang.

Kutuntun Akbar menuju Warung Nasi Bi Eti, yang kebetulan hanya buka pagi hari, sesampainya di Cijerah. Warung yang berada di bawah Pohon Mangga besar. Letaknya yang berhadapan dengan rumah kontrakan membuatku cukup mampu memantau keadaan sekitar.

Ternyata feeling-ku seratus persen benar. Kulihat motornya terparkir di halaman kontrakan bersama dengan sandalnya di luar. Beberapa saat kemudian dua orang itu keluar dari dalam, menenteng helm masing-masing. Tas yang pagi tadi hendak dia berikan padaku, entah bagaimana ceritanya sudah melekat di sisi tubuh wanita hamil itu. Keduanya pergi berboncengan sembari cekikikan riang. Meninggalkan luka menganga dalam diri yang mereka timbulkan tanpa disadari.

"Teh Tika!" Aku menoleh seketika, saat mendengar panggilan itu tepat di telinga.

"Eh, Mad." Buru-buru kuseka air mata yang tanpa sadar jatuh dari pelupuk mata.

"Ke mana aja? Kenapa susah dihubungin seminggu ini," tuntut Ahmad, setelah duduk di bangku, di sampingku.

Sejujurnya aku memang menghindar setelah mengetahui status dari wanita yang disembunyikan suamiku. Walau bagaimana pun adik mana yang tak akan murka mengetahui kakaknya diperlakukan seperti ini. Walhasil, tak lama setelah aku tahu tentang kenyataan pahit ini, aku langsung menghubungi Ahmad dan langsung mengatakan padanya agar tak perlu menyelidiki tentang A Miftah dan wanita itu lagi. Kukatakan bahwa semua ini hanya salah paham, padahal kenyataannya tak demikian.

"Mad!" Kuhela napas panjang, lalu menggenggam tangan Ahmad yang bertengger di atas bangku. "Janji dulu kalau teteh cerita yang sebenarnya kamu jangan bertindak sendiri, biarin teteh nyelesain semua ini."

Ahmad tertegun cukup lama, dia tatap lekat mataku sebelum mengangguk mantap.

"Sebenernya ...."

***

"Bangsat! Laki nggak tahu diri, dibilangin bukannya introspeksi, tapi malah lari. Padahal apa yang kurang dari Teteh?!" Ahmad memukul bangku dan mengumpat keras setelah aku menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

"Mungkin teteh kurang cantik sama kurang muda, Mad. Makanya A Miftah bosan," cetusku sembari mengelus-elus kepala Akbar yang sejak tadi anteng memainkan ranting pohon.

"Halah, tai'lah. Kalau niatnya cuma cari yang lebih mah nggak akan ada habisnya. Emang dasarnya si Miftah kurang bersyukur aja. Udah punya istri yang mandiri, nggak pernah nuntut sana-sini, masih aja gatel ngeliat fisik yang lebih cantik."

"Seandainya semua pemikiran laki-laki sama kayak kamu, Mad. Mungkin nggak akan ada yang namanya istri tersakiti." Kutumpukan dagu di atas kepala Akbar, lalu menatap lurus ke arah kontrakan.

"Udahlah, Teh. Nunggu apalagi? Langsung aja labrak tuh laki nggak tahu diri sama pelakornya! Greget banget Ahmad pengen hajar muka sok kecakepannya, walaupun sialnya dia emang cakep."

"Tunggu bentar, Mad. Teteh cuma mau liat sejauh apa dia bisa nyembunyiin bangkai? Lagian A Miftah bukan apa-apa tanpa teteh."

Ahmad menghela napas gusar.

"Sebenarnya apa, sih yang Teteh rencanain?" tanya Ahmad tak sabar. "Terus habis ini mau ke mana? Nggak mungkin buntutin mereka berdua, kan?"

Bersamaan dengan pertanyaan yang Ahmad ajukan, ponsel di saku cardiganku bergetar. Sebuah pesan yang dikirim pada seseorang yang kuhubungi setelah pengkhiatan A Miftah terbongkar, akhirnya mendapatkan balasan.

Kualihkan pandangan ke arah Ahmad, lalu tersenyum samar.

"Ketemu temen lama."

"Siapa?"

"Dia satu tempat kerja sama A Miftah. Bahkan atasannya." Kuberi jeda sejenak yang membuat Ahmad menunggu dengan tak sabar.

"Enam tahun lalu dia yang teteh minta buat masukin A Miftah ke Gema Toserba, sampai berhasil ada di posisi sekarang."

.

.

.

Bersambung.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Isabella
pingin nimpuk suaminya
goodnovel comment avatar
CheRy
gedek ama suaminya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • WANITA yang SUAMIKU SEMBUNYIKAN di KONTRAKAN   Bab. 78

    Berbagai kecamuk perasaan menghinggapi Tika saat dia berjalan menyusuri lorong Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, menuju ruang ICU. Tak ada ekspresi berarti yang dia tunjukkan saat Bu Wulan mengatakan bahkan sudah berbulan-bulan Miftah menjalani pengobatan secara intensif setelah dokter mendiagnosis bahwa mantan suaminya itu mengidap Bronchitis, dan secara pribadi Bu Nur memohon padanya untuk menyampaikan pesan. Sebenarnya Tika sudah tak peduli dengan apa yang terjadi pada Miftah dan keluarganya, sebab tak ada lagi yang tersisa dari lelaki itu selain kenangan pahit yang masih kerap kali menjadi mimpi buruk di tiap tidurnya. Namun, saat Andri mengatakan bahwa mungkin itu adalah permintaan terakhir mantan suaminya, Tika benar-benar tak kuasa untuk menolaknya.Melihat seseorang hanya berdiri di depan pintu ruang ICU, sontak Bu Nur bangkit setelah menyuapi putranya yang sudah tak bisa melakukan apa-apa. "Makasih, makasih banyak udah sudi datang, Tik. Dua hari ini Miftah nggak mau makan

  • WANITA yang SUAMIKU SEMBUNYIKAN di KONTRAKAN   Bab. 77

    Tak ada luka yang benar-benar abadi, waktu selalu mampu memperbaiki situasi, meski yang tersisa dari memori kerapkali kali masih menyisakan sedikit nyeri dalam hati. Awan mendung tak berarti hujan turun, tapi Matahari selalu adil menerangi setiap inti bumi. Setiap duka pasti ada suka, setiap kehilangan pasti ada penggantinya, dan setiap yang ditanam pasti akan ada yang dituai, karena begitulah kehidupan berjalan.Hari berganti, bulan-bulan dilewati. Demi menjaga kewarasan diri dari bayang-bayang masa lalu, Andri bersedia mengikuti sang istri untuk menetap di Cianjur. Meski harus pulang-pergi Bandung-Cianjur seminggu dua kali, meski rindu kerap kali menghinggapi. Lelaki itu tak peduli dengan jarak, selama mereka bisa terus bersama sampai akhir hayat nanti. Setelah apa yang terjadi pada Tika pun Ahmad, perempuan itu seolah tak mau tahu lagi tentang mantan suam dan keluarga benalunya itu. Dia memilih melanjutkan usaha dari modal yang ditinggalkan orang tua, serta menata hidupnya kembali

  • WANITA yang SUAMIKU SEMBUNYIKAN di KONTRAKAN   Bab. 76

    Ternyata pribahasa darah lebih kental daripada air itu benar adanya. Ikatan persaudaraan yang erat membuat Tika tak kuasa menahan tangis, lelaki itu bersimpuh, menangis meraung di kaki Tika, dan mengakui bahwa dia memang telah salah selama empat tahun ini. Mengikuti hawa nafsu, tak peduli nasihat kakak kandung sendiri, terjebak dalam pernikahan dengan perempuan yang ternyata hanya ingin memanfaatkan harta bendanya. Madu yang dia tuang ternyata dibalas racun mematikan. Empat tahun menampung keluarga benalu membuat Ahmad benar-benar berhasil mempelajari banyak hal. Belajar tentang kegagalan Tika juga dirinya sekarang. "Maaf, hampura, Teh. Hampura Ahmad khilaf!" Ahmad masih bersimpuh di lantai memeluk kaki Tika. Sementara yang bersangkutan tampak masih shock setelah mendengar pengakuan sang adik tentang kondisi kehidupannya pasca pernikahan dengan Dini. Tika benar-benar tak menyangka, ternyata di balik kebungkaman, di balik komunikasi yang nyaris terputus selama empat tahun ini ada

  • WANITA yang SUAMIKU SEMBUNYIKAN di KONTRAKAN   Bab. 75

    Tok! Tok! Tok! "Buka pintunya, Nia! Jangan bikin papa hilang kesabaran, ya."Suara ketukan yang sudah berubah jadi gedoran itu terdengar di salah satu kamar dalam rumah milik mantan pejabat yang cukup disegani pada masanya. Sudah tiga hari sejak pria paruh baya tersebut mendapati sang putri mengurung diri. Hari ini kesabarannya sudah benar-benar habis. Dia seolah sudah lelah menghadapi satu-satunya putri yang tersisa, karena terlalu terobsesi pada mantan suaminya, Andri. "Kalau nggak dibuka juga papa dobrak pintunya, ya, Nia!"" .... " Tetap tak ada jawaban dari dalam. Hal itu membuatnya mulai dilingkupi perasaan khawatir."Dang, bawa kunci serep di gudang. Si Nia nggak mau keluar ini." Lelah menunggu dan penasaran dengan apa yang membuat putrinya mengurung diri sampai tiga hari. Papa Nia akhirnya meminta salah seorang tukang di rumahnya untuk mengambil kunci serep. Hanya beberapa menit setelah diminta, sopir yang juga tukang kebun itu datang membawa kunci cadangan. "Sial, nyang

  • WANITA yang SUAMIKU SEMBUNYIKAN di KONTRAKAN   Bab. 74

    Miftah kembali ke rumah saat dia melihat ibunya duduk mematung di atas kursi. Sementara Dini menangis meraung di kakinya. Syakil dan Bila yang melihat itu hanya bisa menatap kehadiran mereka dengan penuh kebingungan. Sebenarnya Bu Nur sudah tahu kalau Syakil adalah anak dari Rifky, mantan kekasih putrinya. Namun, dia tak menyangka kalau Dini masih menjalin hubungan dengan montir bengkel itu. Bertahun-tahun, di belakang Ahmad. Bahkan bisa dipastikan anak yang Dini kandung sekarang juga berasal dari benih Rifky. Sekali lagi kebodohan anaknya berhasil menjerumuskan. Akankah kesenangan yang sudah didapatkan selama empat tahun ini akan dicabut kembali? "Ada apa ini?" Miftah akhirnya bertanya setelah lama membaca situasi. Melihat tangisan adiknya serta beberapa barang yang dia bawa serta ke mari. Miftah mulai menduga bahwa ada sesuatu yang terjadi antara rumah tangga Dini dan Ahmad. Mendengar kehadiran kakaknya, Dini langsung memburu Miftah, lalu bersimpuh di kakinya. "Tolongin Dini, A

  • WANITA yang SUAMIKU SEMBUNYIKAN di KONTRAKAN   Bab. 73

    Tika duduk bersedekap di atas sajadah. Mukena membalut tubuhnya dari ujung kepala sampai kaki. Berbagai doa dia panjatkan sejak Magrib tadi. Memohon tak henti agar tak ada bala yang mendekati.Ketakutan mulai menyelimuti. Padahal selama empat tahun dilewati dia tak pernah merasakan hal semacam ini. Entah kenapa, selama Miftah dan keluarganya masih berpijak di bumi yang sama. Tika merasa tak akan pernah bisa mendapatkan ketenangan lagi. "Buna ...." Panggilan pelan dari suara yang lembut itu menginterupsi zikirnya. Sejenak Tika seka air mata dengan mukena, lalu beralih pada Zahra yang malam ini dia tempatkan di satu kamar bersamanya. "Ya, Sayang.""Om gateng tadi siapa, Buna? Kenapa dia bilang Ayah Zahla."Tika terdiam sejenak dengan kebingungan yang menggelayutinya. Setelahnya napas panjang dia hela. "Bukan siapa-siapa, cuma orang iseng aja." Masih terbalut mukena Tika bangkit, lantas berjalan menghampiri Zahra yang duduk di tepi ranjang. "Kalo bukan siapa-siapa. Kenapa Buna mara

  • WANITA yang SUAMIKU SEMBUNYIKAN di KONTRAKAN   Bab. 72

    " ... aku muak, Miftah. Aku jijik!"Masih berdiri mematung di tempatnya. Kalimat itu terus menerus ternging-ngiang di telinga Miftah. Bahkan Berputar-putar di kepalanya. Ada yang menghantam dada saat melihat lirih suara sang mantan istri memaki, memerah matanya menahan murka dan amarah. Dan anehnya Miftah tak merasa tersinggung saat dia dihina dan dicaci-maki bahkan dilempar uang ke depan muka. Yang terasa justru sesak, sesak yang dirasa saat melihat sedemikian dalam Tika membenci, karena luka yang sudah dia torehkan selama ini. Apakah empat tahun di balik jeruji besi tanpa disadari justru membuatnya introspeksi? Atau ceramah serta nasehat yang dicekokki para pemuka agama yang datang ke lapas, membuatnya cukup mawas diri? Bahkan saat dia tak sengaja membunuh Desi atau mencaci-maki Tika tentang anak yang dikandungnya ia tak pernah merasa seperti ini. Kalau sudah begini, bagaimana dengan empat tahun rencana matang yang sudah dia susun bersama Nia?"Pergi!" Jeritan itu menarik kesada

  • WANITA yang SUAMIKU SEMBUNYIKAN di KONTRAKAN   Bab. 71

    "Nggak apa-apa, kalau kita ketahuan. Aku yang bakal tanggung jawab," yakinnya. "Halah tanggung jawab apaan. Waktu aku hamil Syakil aja kamu pergi." "Aku cuma butuh waktu buat nenangin diri. Lagian saat itu aku belum ada kerjaan. Buktinya aku balik, tapi kamu malah milih nikah sama cowok yang nggak kamu cintai!" Dini memalingkan muka. Matanya kembali mengembun. "Karena aku nggak bisa hidup miskin, Ky. Aku nggak mau. Cuman dengan dia aku bisa hidup enak. Cuma dengan dia masa depan Syakil terjamin." Air mata Dini kembali tumpah. "Kalau kamu udah ngerasa bahagia, kenapa masih hubungin aku? Bahkan selama setahun ini kamu selalu datang saat butuh. Aku ngerasa kayak dimanfaatin. Padahal aku tulus cinta sama kamu."Dini menarik napas panjang. Dia menatap mata lelaki yang sampai detik ini masih merajai hati. "Karena cuma kamu yang aku cinta. Karena cuma kamu yang bisa menyenangkanku. Si Ahmad payah, Ky. Dia nggak pernah bisa kasih kepuasan batin buat aku kayak kamu. Hubungan kita hambar,

  • WANITA yang SUAMIKU SEMBUNYIKAN di KONTRAKAN   Bab. 70

    "Eh, Mad!" "Reza!" Langkah Ahmad terhenti di ambang pintu keluar resto saat dia berpapasan dengan sosok yang dikenal. Lelaki bernama Reza Anugerah itu adalah teman seprofesi Ahmad di Pabrik Kahatex sebagai pengawas. Sudah lama sejak mereka tak pernah lagi bertemu, karena Reza resign hanya sebulan setelah Dini mengundurkan diri.Hal itu jelas semakin mematik rasa curiga Ahmad akan hubungan mereka berdua yang terjadi sebelum kehamilan Dini. Sudah empat tahun berlalu, tetap dia masih belum juga tahu ayah biologis dari anak yang selama ini tinggal bersamanya.Sebenarnya saat memutuskan menikahi wanita itu Ahmad sudah menerima, akan tetapi rasa penasaran itu kerap kali hinggap saat dia tak sengaja memerhatikan Syakil. Sebenarnya dari benih siapa dia berasal? Apa benar dari benih lelaki di hadapannya ini, seperti yang dia duga selama ini?"Hampura teu bisa datang pas hajat. Sumpah sabenerna mah urang teu nyangka maneh ngawin si Dini, Mad. (Maaf nggak bisa datang saat resepsi. Sumpah seb

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status