Share

Bab 8

"Kamu hati-hati di jalan ya, Dek!" 

"Iya, Mas. Mas Cahyo nggak mau ikut kampungku? Mbak Imah kangen loh," ucapku sambil menunjukan pesan dari kakak keduaku itu. 

Mas Cahyo tersenyum, kemudian mengambil ponselku dan mengetik balasan untuk Kak Ima. 

Aku bersyukur, meskipun memiliki satu kakak yang bisa dikatakan nggak waras, tapi aku punya dua kakak yang menyayangiku. 

"Yaudah, Adek pulang, ya!" 

Aku memeluk Mbak Ratih, lalu Mas Cahyo. Sementara ke Mas Helmi dan Mbak Ambar, aku hanya bersalaman saja. Bukan bermaksud membedakan, tapi rasanya masih sakit hati dengan kenyataan yang baru saja kuketahui. 

"Kamu jaga kesehatan ya, Yo!" 

"Iya, Pak. Bapak juga, ya. Jangan makan makanan manis. Kurangi nasinya." 

Bapak tergelak. Beliau memang penyuka nasi. Teringat dulu sampai adu mulut hanya karena beliau tak terima aku kasih nasi sedikit di piringnya. 

"Insya Allah, Bapak mau hidup lebih lama lagi." 

Ibu menghampiri kami, lalu berbicara pada Bapak. "Maafkan aku ya, Pak. Semoga Bapak sehat terus."

Bapak hanya mengangguk tanpa menjawab, namun ada yang berbeda. Sebuah senyuman terukir di bibirnya. 

--

Aku sampai di kampung pukul dua pagi. Sambil menunggu Mas Lian membantu Bapak turun dari mobil, aku membersihkan kamar beliau dulu. Ditinggal seminggu ke Bogor, rumah ini penuh dengan debu. Mungkin karena posisinya yang terletak di pinggir jalan. 

"Sudah siap, Dek?" 

"Sudah, Mas." 

Mas Lian dengan telaten mengangkat tubuh Bapak dan merebahkannya di atas kasur.

Pukul lima, aku bangun, lalu menggoyangkan tubuh Mas Lian agar bisa salat subuh bersama. Setelah selesai, aku bermaksud ke kamar bapak, ternyata beliau sudah salat dan kini tengah duduk di atas kasurnya. 

"Bapak kok nggak bangunin Fira?" 

"Kasihan kalian, jadi Bapak tadi tayamum saja." 

Aku mengangguk, kemudian keluar untuk membuka warung. 

Menjelang siang, Mbak Imah datang dengan tergesa. Wajahnya merah padam. 

"Loh, mbak? Kenapa? Tumben banget mukanya gitu?" 

"Kamu lihat ini, Fir!"

Aku melihat dengan seksama video Ibu di layar ponsel Mbak Fira. Seketika mataku membulat. 

Ibu?!"  

Jangan-jangan, Ibu bohong tentang kerjaan yang kemarin?! 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status