WARISAN ISTRIKU (3)
(Aku Tak Tahu Istriku Banyak Warisan Saat Kutalak Tiga Dirinya)
"Nggak usah, Mas. Makasih. Biar aku pulang sendiri aja. Mas kan udah talak tiga aku di depan saksi. Nggak pantas rasanya kalau kita masih pergi berdua. Apa kata tetangga nanti, Mas? Pak Brahma dan Pak Dicky pasti sudah bilang ke mana-mana kalau kita sudah bercerai. Aku punya perasaan, Mas. Nggak enak sama orang-orang," sahutku sambil meneruskan kesibukanku memasukkan pakaian yang masih bisa dipakai ke dalam tas besar yang akan kubawa pulang ke kampung halaman nanti.
"Tapi Jawa Timur itu jauh, Ras. Mas khawatir ...," ujarnya lagi.
"Ngapain Mas khawatir? Tadi waktu nalak aku Mas nggak kelihatan khawatir kok. Kenapa sekarang tiba-tiba cemas aku kenapa-kenapa di jalan?" sahutku dengan tatapan tajam ke arahnya.
Mendengar jawabanku, Mas Danu terlihat kikuk.
"Ya ... khawatir juga dong, Ras. Tapi tadi kan belum sempat ngomong. Sekarang aja baru sempat ngomong kalau perempuan itu sebenarnya nggak boleh pergi jauh-jauh sendirian," kilahnya.
Aku menggelengkan kepala.
"Nggak usah, Mas. Lagian aku udah sering kan pulang sendiri? Dua kali aku pulang nggak Mas temani karena Mas lagi sibuk kerja. Jadi, biarkan besok aku pulang sendiri. Oke!"
Mas Danu terlihat kecewa mendengar penolakanku, tetapi akhirnya ia kelihatan pasrah.
"Ya, sudah kalau gitu. Terserah kamu saja. Kalau nggak mau dianterin, ya udah. Tapi malam ini kamu masih tidur di kamar ini kan? Kita ... masih bisa tidur bersama satu kamar, kan?"
Aku menggeleng.
"Nggak, Mas. Aku tidur di depan TV aja sambil nonton drama Korea. Udah ya, Mas. Aku solat dulu. Habis itu aku mau nonton TV," pungkasku lagi.
"Ya, udah," sahutnya pasrah.
****
Aku sedang asyik menonton drama Korea di televisi saat pintu rumah diketuk pelan dari luar.
Dengan malas kutinggalkan benda segiempat di depanku untuk menuju pintu dan membukanya.
Begitu terbuka, kulihat sosok Bu Sonia, wanita yang katanya sudah melamar Mas Danu untuk menjadi suaminya itu tegak di luar dengan dandanan menor seperti biasanya.
Bibirnya yang tebal dipoles lipstik warna merah menyala dan tubuhnya yang gemuk tampak membentuk gelombang di sana sini karena dress ketat yang membalut tubuhnya hampir kesulitan menyembunyikan lemak yang bertebaran di mana-mana itu.
Melihatku ada di sana, wanita itu tampak kaget.
"Laras? Kok kamu masih ada di sini? Gimana sih, bukannya Mas Danu sudah ngusir kamu?" tanyanya dengan nada kaget dan tak suka.
Mendengar pertanyaannya, aku memaksakan senyum.
"Benar, Bu. Mas Danu memang sudah mengusir dan mentalak tiga saya. Tapi saya minta waktu sampai besok pagi untuk pulang karena Jawa itu jauh, Bu. Harus pesan tiket bus minimal sehari sebelum berangkat. Tapi ibu tenang saja karena besok pagi saya bakalan pergi kok. Oh ya, Bu. Ibu mau apa? Mau ketemu Mas Danu?"
"Iya. Ada? Saya mau ajak dia makan malam di rumah karena saya udah masak makanan kesukaan dia. Tapi, ditelpon telpon kok nggak diangkat-angkat, makanya saya buru-buru ke sini. Nggak biasa-biasanya Mas Danu nolak telepon dari saya soalnya," sahut wanita itu sambil masuk dan memanggil-manggil Mas Danu.
WARISAN ISTRIKU (4)(Aku Tak Tahu Istriku Banyak Warisan Saat Kutalak Tiga Dirinya)"Mas Danu! Mas ... ."Bu Sonia nyelonong masuk dan memanggil Mas Danu yang tadi kulihat ada dalam kamar.Entah apa yang dikerjakan laki-laki itu di sana tetapi sejak aku beranjak ke depan televisi tadi, Mas Danu memang belum keluar kamar.Namun, mendengar panggilan dan suara Bu Sonia yang bergema di seantero rumah, lelaki itu akhirnya keluar juga.Melihat sosok Bu Sonia, lelaki itu terlihat kaget."Sonia! Ngapain kamu ke sini?" tanya Mas Danu dengan alis terangkat dan pandangan tak suka. Aneh!"Habis aku telpon-telpon, Mas nggak ngangkat! Tumben? Mas lagi ngapain sebenarnya? Emang nggak denger aku nelpon dari aku?" tanya Bu Sonia dengan nada menyelidik.Mendengar pertanyaan itu, Mas Danu menghela nafas."Mas kan nggak selalu pegang hp, Son. Lagipula mau apa? Hari sudah malam. Mas mau istirahat karena besok mau kerja lagi. Tapi ... belum tahu juga sih besok kerja atau nggak soalnya Laras mau pulang ke J
WARISAN ISTRIKU (5)(Aku Tak Tahu Istriku Banyak Warisan Saat Kutalak Tiga Dirinya)"Laras benar. Apa kamu nggak takut kalau keluargaku bikin perhitungan sama kamu? Ayo, Mas kita berangkat sekarang! Aku nggak mau mereka nunggu lebih lama lagi karena kamu tahu sendiri bapakku orangnya nggak sabaran. Bisa-bisa kamu dicarinya ke sini kalau nggak juga datang-datang!" ujar Bu Sonia sembari menarik tangan Mas Danu berusaha memaksa laki-laki itu pergi.Akhirnya setelah kulihat berpikir-pikir sesaat, Mas Danu pun pergi membuntuti langkah Bu Sonia yang sudah tak sabar lagi mengajak Mas Danu datang ke rumahnya.Masih bisa kulihat tatapan Mas Danu yang terlihat sedih dan terpaksa mengikuti langkah wanita bertubuh gemuk di depannya.Entah apa maksudnya, karena awalnya laki-laki itu begitu bahagia dan gembira saat memberi tahuku jika ia hendak menikah lagi dengan pemilik warung sembako itu.Tetapi saat aku mengatakan kalau bapak dan ibu mendapat uang ganti rugi senilai miliaran rupiah dari perusah
WARISAN ISTRIKU (6)(Aku Tak Tahu Istriku Banyak Warisan Saat Kutalak Tiga Dirinya)"Betul. Mas sudah tahu kalau Sonia punya tiga anak. Tapi ...mas belum sempat mikir serius soal ini. Kamu tahu kan gimana anak-anak Sonia itu? Tiga anak laki-laki. Dan yang besar sudah beranjak dewasa. Suka tawuran. Mas takut nggak cocok sama dia, Ras. Gimana bagusnya ya?" Mas Danu terlihat bingung dan tertekan.Entah mengapa tiba-tiba ia jadi mengeluhkan Bu Sonia sedari tadi. Padahal yang hendak menikahi perempuan itu adalah dirinya sendiri. Bukan atas suruhan atau permintaan dariku. Tapi kenapa saat ini seolah-olah ia hendak menyalahkanku soal rencana menikah yang akan ia lakukan dengan janda pemilik warung sembako itu?Apa tidak salah?"Ya, itu terserah Mas dong. Mas kan sudah dewasa. Sudah bisa berpikir dengan bijak, mana hal yang kira-kira bermanfaat untuk kebaikan Mas. Dan mana hal yang kira-kira akan merugikan Mas sendiri. Kalau memang Bu Sonia yang terbaik buat Mas ya lakukan lah. Nikahi dia ba
WARISAN ISTRIKU (7)(Aku Tak Tahu Istriku Banyak Warisan Saat Kutalak Tiga Dirinya)"Nggak, Mas!" Aku menarik jemariku dengan cepat karena jujur ada rasa tak nyaman saat mendapati Mas Danu melakukan itu.Tidak! Tidak semudah itu aku bisa memberinya maaf. Hati ini masih terasa nyeri dan sakit mengingat ucapannya siang tadi, saat dengan penuh keyakinan dia melontarkan ucapan talak tiga dan mengatakan jika dia melakukan itu karena sudah tak tahan hidup susah denganku.Ia juga mengatakan akan menikah dengan Bu Sonia karena berpikir menikah dengan perempuan itu adalah solusi bagi kebahagiaan hidupnya.Dan tiba-tiba ia berubah lalu berbalik arah setelah mendengar dan tahu aku mendapat warisan uang ganti rugi dari hasil bapak jual tanah yang jumlahnya tidak sedikit.Tentu saja aku tidak sepolos itu untuk tidak tahu apa maksud dibalik semua perubahan sikap Mas Danu ini."Kenapa, Ras? Ayolah, kita masih bisa memperbaiki perkawinan kita ini. Mas nggak melarang kamu pulang kampung besok pagi. M
WARISAN ISTRIKU (8)(Aku Tak Tahu Istriku Banyak Warisan Saat Kutalak Tiga Dirinya)"Jangan Mas, lepaskan aku!" sergahku sambil mendorong tubuhnya dengan keras. Namun, Mas Danu mengernyitkan keningnya."Tapi, kenapa? Apa kamu nggak mau rujuk lagi? Apa kamu nggak suka mas membatalkan keinginan menikah lagi dengan Sonia? Apa kamu nggak senang mendengar mas ingin balikan lagi sama kamu?" tanya Mas Danu beruntun dengan ekspresi polos yang membuatku harus menelan ludah karena tidak mengerti akan jalan pikirannya. Bagaimana bisa dia berkhianat lalu begitu mudah kembali meminta maaf?Apa dia pikir aku wanita gampangan?"Bukan masalah suka atau tidak suka, Mas. Tapi apa Mas nggak bisa konsisten dengan keputusan? Kalau memang mas talak aku, ya sudah, talak saja. Aku nggak papa kok. Tapi, jangan Mas permainkan aku begini. Habis talak terus mas ajak rujuk lagi semudah ini. Aku juga punya perasaan, Mas!" sahutku sembari menggelengkan kepala."Semudah ini bagaimana, Ras? Mas itu masih sayang sama
WARISAN ISTRIKU (9)(Aku Tak Tahu Istriku Banyak Warisan Saat Kutalak Tiga Dirinya)"Jadi bagaimana ini? Pak Danu maunya apa? Benar Bapak maksa ngajak rujuk Bu Laras?" tanya bapak ketua RT pada Mas Danu.Demi menghindari terjadinya pertengkaran dan hal-hal yang tidak diinginkan, malam ini kami berdua memang akhirnya dibawa ke rumah ketua rukun tetangga untuk didamaikan.Mas Danu tampak tertunduk malu tetapi akhirnya menyahut juga."Be-benar, Pak. Setelah saya pikir-pikir lagi, saya menyesal sudah gegabah menceraikan Laras, karena saya ... saya ternyata masih sangat mencintainya, Pak. Saya menyesal sudah menceraikannya ...," ucap Mas Danu dengan suara lirih.Mendengar jawaban Mas Danu, Pak Brahma dan Pak Dicky yang kemarin menjadi saksi perceraian antara aku dan Mas Danu menghela nafas dan ber-oh panjang."Jadi Bapak menyesal sudah menjatuhkan talak tiga pada Bu Laras? Sebenarnya dari awal saya juga sudah menyayangkan Bapak yang tidak berpikir panjang lebih dulu saat menceraikan Bu La
WARISAN ISTRIKU (10)(Aku Tak Tahu Istriku Banyak Warisan Saat Kutalak Tiga Dirinya)POV DANU"Bu, berhenti dulu. Dengarkan aku dulu, Bu. Jangan main tarik begini. Dengar dulu penjelasanku, kenapa aku pengen balikan sama Laras lagi!" ucapku sambil menahan langkah kaki ibu yang terus berusaha mengajakku menjauh dari rumah pak RT.Ibu menghentikan langkahnya lalu menatapku dengan tatapan penuh tanya."Oh ya? Memangnya untuk apa lagi kamu mau rujuk balik sama Laras? Sudah gila kamu! Rejeki nomplok Sonia mau sama kamu, malah kamu pengen balik sama istrimu! Siapa yang nggak bingung!" hardik ibu dengan nada keras."Iya, Nu, Bapak juga sudah setuju kamu nikah sama Sonia, jadi tolong dong kamu juga jangan banyak kelakuan lagi. Kalau kamu nikah sama Sonia, keluarga kita bakalan enak. Bapak nggak perlu kerja keras lagi buat nyari makan. Gimana sih kamu?" timpal Bapak pula. Begitu pun adikku, Imas yang langsung menyambar perkataan beliau."Bener, itu Mas! Imas juga nggak perlu susah kalau punya
WARISAN ISTRIKU (11)(Aku Tak Tahu Istriku Banyak Warisan Saat Kutalak Tiga Dirinya)POV DANUPagi-pagi sekali aku sudah mengintip kediaman Pak RT.Sengaja sedari tadi aku menunggu di gardu pos ronda ini, ingin mengintai keberadaan istriku, Laras yang pagi ini hendak berangkat ke Jawa menggunakan armada bus.Aku sudah menyiapkan tas dan keperluan lainnya untuk bepergian karena rencananya aku juga akan mengikuti Laras pulang ke kampung halamannya, tentu saja dengan diam-diam agar tidak ketahuan.Aku akan menggunakan bus yang sama tapi dengan dandanan menyamar menjadi orang lain agar tidak ketahuan oleh Laras kalau itu adalah aku, suaminya.Aku melirik jam yang melingkar di tangan tak sabar. Pukul 06. 30 WIB.Seingatku bus antar kota antar propinsi yang akan menempuh rute ke kampungnya sana akan berangkat pada pukul tujuh pagi sehingga tidak lama lagi bisa dipastikan Laras akan segera keluar dari kediaman Pak RT ini dan akan berangkat menuju loket bus tersebut.Benar saja dugaanku, tak