Di tengah-tengah tanah yang tandus yang berwarna merah darah tersorot oleh bulan yang tertutup oleh kabut berwarna merah di atasnya. Aku hanya bisa terkapar dengan banyak luka yang disebabkan oleh Kala.
Luka-luka yang aku terima sebagai manusia biasa yang merasakan teror dari para makhluk yang menjadi penyebab dari segala hal yang terjadi di Kampung Sepuh. Meskipun aku kini dianggap lebih kuat daripada bapak dan kakekku sendiri, karena aku bisa membawa para makhluk yang ikut bersamaku untuk bertarung pada malam ini.
Namun, tetap saja. aku tidak mempunyai pengalaman sebanyak Bapak dan Kakek, yang sudah belajar keilmuan ini dari saat mereka masih kecil. Sehingga mereka bisa memaksimalkan ilmu yang Ki Wisesa diturunkan kepadanya.
Aku kini hanya bisa melihat hamparan pasir-pasir yang kini merah menempel di kepalaku saat ini. Aura biru yang menutupi wajahku rupanya tidak menganggap pasir-pasir merah itu bukan suatu ancaman, sehingga pasir-pasir tersebut dibiarkan
haduh cape mau ngetik apa lagi ya wakwakwk ya pokoknya gitu deh, semoga besok bisa upload dua bab lagi ya soalnya lagi padet banget jadwal nih, karena ada kerjaan untuk persiapan bulan ramadhan. jadi hanya bisa curi-curi waktu buat menulis terima kasih
HWAHAHAHAHAHAHAHA Kala semakin tertawa hebat ketika pohon-pohon yang mati itu terbakar hebat di depanku, bahkan kini pohon-pohon yang berwarna hitam itu, secara perlahan menjadi abu dan menghilang sekejap. Aku melihat api yang membara membakar pohon tersebut di depan mataku, seperti ada tekanan hebat yang membuat pohon itu berhenti dan terbakar secara bersamaan. HAHAHAHA HAHAHAHA “Aku sekarang tidak bisa seenaknya mendekatimu lagi, Jang. ” “Karena aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama, ” “Jadi....” “AKU AKAN MENYERANGMU DARI JAUH!!!” Tiba-tiba, pasir-pasir yang ada di dekatku melayang dengan sendirinya, pasir-pasir itu berusaha untuk menutupiku dengan perlahan. Namun lagi-lagi, ketika pasir-pasir itu mendekat, ada tekanan hebat yang membuatnya berhenti dan menghitam secara perlahan. Tubuhku yang belum bisa aku kendalikan tiba-tiba menghentakan kakiku beberapa kali ketika pasir-pasir itu masih beru
Bagi setiap manusia yang sudah siap untuk menyerahkan jiwa-jiwanya agar dia bisa menjadi manusia yang memiliki kekayaan dan kekuasaan sesuai dengan apa yang dia mau dalam hidupnya. Akan membuat jiwanya sengsara ketika dia meninggal. Para manusia tersebut akan meninggal jauh sebelum waktunya, dan selama itu pula jiwanya akan menjadi budak bagi para makhluk untuk selamanya. Sampai menunggu kehancuran dunia tiba dan memusnahkan semua isi di dalamnya. Hanya ada dua cara untuk membebaskan jiwa-jiwa yang malang ini, jiwa-jiwa yang selama hidupnya, hidup dalam kesenangan yang mendalam dan kekuasaan yang berlebih. Namun akan menangis dan menyesal ketika mereka meninggal di saat puncak kejayaannya. Mereka akan menjadi sesuatu yang bahkan lebih rendah daripada tumbal-tumbal yang seringkali mereka berikan kepada para makhluk tersebut, dan para makhluk pun membiarkan para jiwa-jiwa ini bertemu kembali dengan tumbal-tumbal yang sudah mereka bunuh untuk memenuhi syarat dar
Situasi yang terjadi di tempat itu semakin kacau, aku tidak tahu sudah berapa lama aku di tempat ini, karena realita waktu sangat berbeda dengan waktu yang terjadi di Gunung Sepuh.Aku melihat kehancuran ini dengan seksama, semua makhluk yang ada di tempat ini hampir semuanya terkapar dalam keadaan yang mengenaskan, sedangkan yang lainnya lagi terlihat menghilang dan menjadi pasir-pasir yang berkumpul di tempat ini.BlugAku kembali terjatuh, tepatnya di dalam salah satu ruangan yang kini sudah hancur berkeping-keping. Menyisakan dinding yang masih berdiri utuh tanpa atap dengan banyaknya puing-puing yang berserakan di mana-mana.Ruangan itu sepertinya ruangan yang sangat mewah apabila bangunan ini belum hancur seperti sekarang, dengan banyaknya ornamen-ornamen yang indah yang kini tampak hancur di kiri dan kanan ruangan tersebut.lantainya yang dibuat dari batu hitam yang berkilau dengan garis-garis putih tipis yang membuat cantik ruangan tersebut
Entah apa yang terjadi, Aku hanya bisa menutupi mataku karena cahaya dari petir itu sangatlah menyilaukan. Aku sudah pasrah akan keadaanku saat ini, mungkin apabila aku membiarkan tubuh dan jiwaku terpisah di tempat ini, para warga Kampung Sepuh mungkin saja tidak bisa menemukan jasadku, dan aku akan menghilang, layaknya para manusia yang datang ke Gunung Sepuh dan tidak pernah kembali.Seekor kucing yang rasanya aku kenal tiba-tiba muncul, dia melompat ke atas tubuhku yang penuh luka ini dan mengeong seperti layaknya kucing pada umumnya.Namun, sepersekian detik ketika suara itu terdengar. Tiba-tiba petir yang Kala layangkan kepadaku tiba-tiba terbelah. Dan menghantam lantai tempat aku berbaring sekarang.MeowKucing itu tiba-tiba berjalan ke atasku dan menjilati tangannya seperti layaknya kucing pada umumnya, tidak ada rasa takut atau rasa khawatir karena tidak jauh di dekatnya ada makhluk yang sangat menyeramkan dan buas dengan tinggi yang berpuluh-pul
Situasi yang terjadi di tempat tersebut secara tiba-tiba berubah, suatu tempat dengan bangunan megah dengan warna langit yang memerah karena tertutup kabut tebal kini seketika menghilang, digantikan oleh cahaya bulan purnama yang indah dan bintang-bintang yang berhamburan menjaga sang bulan tersebut agar tetap memancarkan sinarnya yang terang. Dan dibalik terjadinya situasi seperti itu, adalah sosok Nenek Anteh dengan kucingnya yang selalu setia menemaninya. Dia datang di saat-saat terakhir, saat di mana kita semua sudah mencapai batas dan tidak mampu bergerak kembali karena tubuh kita sudah bekerja sangat keras hingga akhirnya mencapai batasnya. Sinar bulan purnama yang muncul itu tiba-tiba menghangatkan badanku dan mengisi kembali energi yang sudah terkuras habis, juga menutup kembali luka-luka yang ada di dalam tubuhku sehingga aku bisa bangkit kembali dan berdiri dengan kedua kakiku di tempat ini. Sinar bulan mempunyai elemen penting dalam kehidupan, apal
TikTokTikTokSetiap detiknya, waktu semakin bergerak menuju pagi. Pak Ardi, Mang Rusdi, Aki Karma, Mang Dadang, Mang Uha, dan para warga yang masih menunggu di depan gerbang masih berharap bahwa aku akan segera pulang.Karena, hingga saat ini, mereka semua tidak menemukan tanda-tanda bahwa aku akan keluar dengan selamat dari Gunung Sepuh. Wajah-wajah khawatir semakin terlihat, bercampur dengan rasa ketakutan yang dialami oleh warga yang melihat beberapa makhluk yang keluar hutan dengan mata kepalanya sendiri.Mang Rusdi berjalan bolak-balik dengan tangan yang sesekali melihat HP lama nya dengan keadaan yang tidak karuan, juga Pak Ardi yang masih berdiri dengan Aki Karma juga kini lebih sering melihat HP nya dengan menggerak-gerakan tangannya.“Mang, sudah jam berapa sekarang?” Kata Mang Uha kepada Mang Dadang yang memegang senternya dengan sangat erat.“Setengah lima Mang, ” Kata Mang Dadang sambil me
Mereka semua berlari masuk ke dalam hutan Gunung Sepuh yang masih terlihat gelap dan menyeramkan, dengan aura mistis yang kental dan terasa oleh semua warga Kampung Sepuh pada pagi itu.Meskipun waktu itu adalah waktu di mana pagi akan menjelang, namun tetap saja. aura-aura mistis yang terasa oleh para warga yang sedang berlari ke dalam sangatlah terasa.Apalagi dari mereka semua, hampir sebagian besar belum pernah keluar pada dalam gelap semasa hidupnya, mereka sudah terbuai oleh bantal dan selimut tebal dari mereka lahir hingga saat ini, dan mereka mematuhi larangan untuk keluar rumah hingga pagi tiba. Sehingga mereka tidak mengetahui rasanya masuk ke dalam hutan pada saat-saat seperti ini.“JANGGGG, UJANGGGG!!!!!”Mang Rusdi berteriak-teriak sambil berlari. Senternya di arahkan ke segala arah, mencoba mencariku di dalam gelapnya hutan Gunung Sepuh yang luas tersebut. Para warga lainnya juga melakukan hal yang sama, mereka berlari sambil men
Pandangan ku tiba-tiba gelap, aku sudah tidak bisa merasakan apapun lagi. Aku yang sudah pasrah kini hanya bisa membiarkan tubuhku yang tertutup oleh tanah yang menimpaku seketika dari atas sana. Dan para warga yang menyaksikan hal itu secara langsung tiba-tiba panik dan langsung berteriak memanggilku. “UJANGGGGGGGG!!!” Mang Rusdi yang pertama berlari ke arah tanah longsoran tersebut dan memindahkan batu, ranting-ranting dan tanah untuk mencariku dengan kedua tangannya. Begitu juga dengan Aki Karma, Mang Dadang, dan Mang Uha serta warga-warga yang lainnya yang membantu memindahkan semua material longsor yang menutupi tubuhku, dan berharap aku masih bisa bertahan dengan tubuh yang tertutup oleh longsoran tanah tersebut. Sedangkan Pak Ardi, dia langsung menelpon anaknya dan Pak Caca untuk segera meminta bantuan. Karena kini situasinya sangat berbeda, Pak Ardi membutuhkan lebih banyak orang agar bisa lebih cepat menyelamatkan aku yang berada di d