Hah hah hah
“Kita harus lari ke mana lagi Mang, kita salah masuk, meskipun kita melihat mereka semua dalam bentuk manusia, namun sepertinya mereka bukan manusia Mang,” kata Mamat sembari berlari.
“Iya Mat, terdengar aneh apabila mereka berbicara tentang manusia, darah ayam, darah kambing, juga obrolan mereka yang seolah-olah menjadikan manusia sebagai tumbal dan makanan mereka. ”
Ternyata Mang Nandi dan Mamat sudah melarikan diri dari keramaian tersebut, setelah mendengar percakapan antara Kala dan Nyi Ratu yang terdengar oleh mereka ketika sedang menyiapkan barang-barang untuk mereka jual.
Mamat dan Mang Nandi seketika berlari keluar, namun stan-stan ini menjadi seperti labirin yang tidak bisa membuatnya keluar dari tempat tersebut. Padahal dia yakin sekali, bahwa dia berlari ke arah jalan
Terima kasih sudah menjadi pembaca setia WARUNG TENGAH MALAM Jangan lupa Vote dan komen ya Terima kasih
Wanita itu tersenyum, dia berjalan melewatiku yang sedang terdiam dan tak bergerak akibat melihat perubahan yang terjadi di depan warung. Secara tiba-tiba muncul kereta kencana yang entah darimana datangnya. Terdengar sebuah suara kereta kencana yang tiba-tiba muncul dari arah Gunung Sepuh, kereta kencana yang dia tumpangi sebelumnya ketika dia datang kesini. Kereta kencana itu datang dan berhenti tepat di depan warung. Dia kemudian berjalan mendekati kereta kencana sembari dikawal oleh beberapa pengawal yang entah darimana datangnya. Dia kemudian naik dan tersenyum pada ku untuk yang terakhir kali, dan dia sempat berkata. “Ketika kamu tidak kuat dan berusaha untuk menghindari apa yang menjadi takdirmu selama ini, maka kamu bisa pergi, bersama keluargamu ke
Aku sontak terdiam melihat Kala berbicara bahwa dirinya adalah makhluk yang melakukan perjanjian dengan leluhurnya dahulu. Sesosok Makhluk yang selama ini dicari-cari oleh Bapak dan Kakek serta Kakek Buyutku karena sebuah tulisan dari Ki Wisesa pada sebuah foto yang diturunkan turun temurun. Makhluk tersebut kini hadir, tepat tak jauh dari tempatku berdiri. Dia datang dengan santainya dan tersenyum kepadaku dengan wajahnya yang mengerikan, terlihat giginya yang tajam serta kulitnya yang berwarna hijau gelap. Makhluk itu adalah mahluk memanipulasi perjanjian dengan leluhurku, sehingga keluargaku harus membuat warung dan melayani mereka hingga saat ini, dan kini dia datang dan menyapaku. “Hanya kamu dan Ki Wisesa yang sudah bertemu dengan ku Jang, suatu kehormatan bagi dirimu untuk bertemu Kala yang agung ini, Kake
Dalam filosofi bahasa sunda terdapat tiga alam yang hidup secara berdampingan satu sama lain. Yang biasa kita sebut sebagai Triloka. Biasanya kata triloka ini merujuk pada pertunjukan wayang golek yang para pemainya terdiri dari tiga alam yang berbeda yang saling berdampingan satu sama lain.Dalam kisah wayang golek tersebut, alam tempat kita berpijak, tempat kita mencari nafkah dan tempat kita untuk hidup dan akhirnya meninggal itu disebut Alam Marcapada. Yang berarti, Ujang dan para warga yang tinggal di Kampung Sepuh berada di alam Marcapada.Sedangkan untuk para makhluk yang datang ke warung, dan tinggal di Gunung Sepuh, dalam kisah wayang golek disebut Alam Mayapada. Sebuah alam ghaib tempat tinggal para makhluk halus.Juga ada satu lagi tempat yang dihuni oleh sosok Batara Guru, yaitu Sawarga Maniloka. Tempat
“Kang, kalau Akang teh kuncen tempat ini?” Kata Mang Nandi yang penasaran denganku. “Ah bukan Kang, saya mah hanya yang punya warung di kampung, dan gak sengaja ketemu sama Akang berdua," kataku. “Masa, Kang ah, emang ini dimana Kang, Kampung Parigi bukan?” kata Mamat. “Bukan Kang, Kita semua mungkin sekarang sedang ada di Gunung Sepuh,” kataku mencoba menjelaskan. “HAAAH??? ” Mamat dan Mang Nandi seketika kaget dengan yang aku ucapkan. Aku pikir itu wajar, mengingat mereka mungkin tersesat dan terjebak di Pasar Jurig sehingga mereka akan kaget kalau mereka ternyata ada di Gunung Sepuh. “Ja...jadi… kita semua ada di dalam gunung anu di keramatkan Kang? ” Kata Mamat sambil bergidik ketakutan. “Mang, Mang, Mang Nandi! ”Ucap Mamat. Mang Nandi yang saat itu berjalan di depan Mamat menengok ke arah Mamat, lalu terlihat Mamat melambaikan tangannya ke arah Mang Nandi. “Mang, Mang kadieu! (Mang Kesini!)” Kata Mama
“MAMAT.... MAMATTTT! ” Mang Nandi berteriak mencari-cari Mamat. Begitupun denganku... aku mencoba membantunya dengan berteriak. “Eh, Kang tadi yang hilang siapa namanya? Mamat?” kataku kepada Mang Nandi. “Iya, Kang, Mamat,” jawab Mang Nandi. “Eh iya, Akang ketemu dari tadi tapi belum tahu nama Akang sendiri siapa?” kata Mang Nandi bertanya kepadaku. “Panggil saja nama aku Ujang, Kang,” kataku. “Oh iya, kalau aku biasa dipanggil Mang Nandi oleh Mamat, Kang,” Kata Mang Nandi. “Ya udah atuh hayu Mang kita cari lagi,” kataku.
Mang Nandi tiba-tiba berlari meninggalkanku disana dengan keadaan yang tampaknya sangat panik, karena mendengar sesuatu yang berbicara dan menyuruh kita berdua untuk pergi dari tempat tersebut. Krosak Krosak Tak peduli di depan ada semak belukar ataupun ranting-ranting pohon hutan yang menghalangi jalan setapak di hutan tersebut, Mang Nandi terus-menerus berlari dan tidak melihat sedikitpun ke belakang. Aku yang ada di belakangnya tiba-tiba berlari menyusul Mang Nandi, aku takut Mang Nandi akan seperti Mamat, hilang ditelan oleh gelapnya Gunung Sepuh. Gunung Sepuh pada malam hari akan berubah menjadi labirin yang seringkali menyesatkan kepada siapapun yang masuk kedalamnya.
Banyak orang berpikir, bahwa para makhluk halus yang manusia temui hanya berbentuk manusia dengan muka dan wajah yang menyeramkan, Seperti kuntilanak, tuyul, pocong, dan makhluk-makhluk yang menyeramkan lainnya. Yang seringkali datang dan mengganggu para manusia yang ada di dekatnya. Namun nyatanya tidak seperti itu, para makhluk-makhluk tersebut bisa beradaptasi dengan tempat dimana mereka tinggal. Sehingga tak jarang, mereka menyerupai dirinya menjadi hewan-hewan mistis yang akhirnya menjadi mitos bagi masyarakat, terutama di masyarakat sunda. Bagi sebagian orang yang hidup di tanah Priangan, mereka percaya kepada tempat-tempat tertentu sering kali dijaga oleh beberapa makhluk yang berupa hewan mistis yang sering kali menampakan dirinya di depan manusia. Seperti domba lukutan, Domba yang dipenuhi lumut hijau ya
“MAMATTTT!!” Mang Nandi berteriak sembari berlari. Mang Nandi berlari mengejar Mamat yang tiba-tiba muncul dari arah Gunung Sepuh dengan berjalan kaki sendirian. Terlihat tidak ada ketakutan dari wajah Mamat pada saat itu, dia berjalan dengan senyuman dan sedikit tertawa. Seperti tidak terjadi apa-apa pada dirinya. Mungkin bagi sebagian orang akan curiga akan tingkah Mamat ini, dia datang dan berjalan dengan santainya dari arah Gunung Sepuh, yang dimana tempat itu adalah tempat yang tidak aman bagi manusia. Apalagi di malam hari seperti sekarang ini. Namun Mang Nandi sepertinya tidak memperdulikan hal itu, partner kerjanya yang malam ini menghilang di dalam gelapnya hutan Gunung Sepuh kini secara mendadak muncul di hadapannya. “Eh, Mang!” kata Mamat sembari tersenyum