Bu Anne duduk di balkon kamarnya, dia melihat sekitar halaman rumah Rexa yang begitu luas dan asri, merasa bangga karena telah melahirkan anak yang secercah dan pekerja keras seperti Rexa. Meski ia tahu, ada luka rahasia yang ia sembunyikan agar anaknya itu tidak terluka.
Dari luar kamar ada yang mengetuk pintu, itu suara Yatri yang ingin masuk menemui mertuanya, atas permintaan Rexa, Yatri harus menjalin keakraban pada ibu mertuanya itu. "Bu, saya bawakan teh," kata Yatri berdiri di belahan pintu. "Bawa kemari, Nak." Bu Anne menyeru ramah. Meski gugup, Yatri berusaha mencairkan diir agar tak beku di hadapan mertuanya. Dia trauma saat menjadi menantu ibu dari Galang, semua tatapan dan suara gertakan mantan mertuanya masih terngiang jelas di pikirannya hingga terbawa saat ini bila berhadapan dengan Bu Anne. "Kamu duduk disini, ada yang ingin saya bicarakan," pinta Bu Anne.Setiba di Desa Yatri, Pak Budi masih di arahkan lagi menuju ke lorong rumah Uwa Nawi yang terletak di persimpangan jalan yang tak jauh dari mobil mereka."Ini Desa kamu?" tanya Rexa mengamati setiap arah Di Desa yang masih menyimpan adat tradisional di setiap bangunan rumah warganya."Iya, disini saya di besarkan, ayo kita turun, di depan rumah Uwa tidak lahan parkir mobil," sahut Yatri.Ketiganya turun, Pak Budi membawa buah tangan hadiah untuk orang terkasih Yatri. Rexa yang berparas tampan itu jadi sorotan utama bagi tetangga Uwa Nawi melihat suami kedua Yatri itu."Seketika kamu jadi aktor disini," bisik Yatri melihat ekspresi para tetangganya.Rexa hanya melempar senyum pada warga Desa Baruga itu. Bahkan slaah seorang dari para gadis tersebut malah mengambil gambar Rexa secara diam-diam, itu karena kekaguman pada Rexa yang berkharisma nan rupawan.
Bu Anne dapat menyembunyikan kepanikannya. Dia yakin, Bu Wanda bukanlah orang yang selalu main-main dalam ancamannya. Segampang itu dia akan beberkan semua rahasianya ke Rexa, dan setelah mengetahui itu, Rexa pasti akan membenci dan tidak mengakui Bu Anne sebagai ibunya lagi."Bu, bahaya bila bertemu Bu Wanda lagi," kata Bu Yat memperingatkan."Saya akan bawa pengawal Rexa, Bu Yat. Kali ini saya akan lebih berhati-hati," sahut Bagi Anne. Baginya akan lebih bahaya lagi bila di mengacuhkan permintaan Bu Wanda."Saya ek tas dulu Bu Yat, oh ya, Rexa dan Yatri kapan pulang?" tanyanya."Mungkin malam nanti, Bu."Bu Anne mengangguk-angguk lalu naik ke atas lagi. Bu Yat yang sebagai kaki tangan Rexa menaruh kecurigaan antara Bu Anne dan Bu Wanda, dia meyakini ada sesuatu pemerasan lagi di balik perjanjian pertemuan yang mereka agenda kan di hari esok.Sementara Bu Wanda tersenyu
Malam pekat, mereka sudah tiba di rumah. Lelah, itu yang di rasakan Yatri, belum usai ras ngidam melanda, sehingga dia harus lebih banyak istirahat malam ini. Rexa yang melihat itu, malah menggendong Yatri, karena malu, Yatri memberontak meminta di turunkan."Turunkan aku, Ihc, malu di. lihat orang," kata Yatri."Malu sama siapa?" tanya Rexa tak ingin menurunkan Yatri."Mami dan Bu Yat.""Kita suami istri, sudah naik ke kamar, kita istirahat," sergah Rexa. Di tak ingin Yatri melakukan penolakan.Bu Yat tersipu malu menertawai kelakuan majikannya itu, sementara Bu Anne merasa tidak enak, kemesraan Rexa dan Yatri buat dia mengingat Hani. Janjinya pada Hani dan kedua orang tua Hani yang membuat dia tersiksa juga tidak tenang. Meski dia pun merasa bersalah karena pada Rexa dan Yatri karena membuat janji tanpa mengetahui kondisi rumahtangga keduanya yang bahagia.Rexa menggen
Kamu cemburu?" tanya Rexa.Yatri berusaha berkelok, "Tidak."Rexa mendekatkan wajah ke wajah Yatri, dia melihat ada mimik kecemburuan yang istrinya itu kelikkan."Hm, jangan bohong, aku tahu kamu cemburu, iya 'kan?""Tidak, aku hanya geli, aku memang tidak ada bedanya dengan mereka, bahkan aku rela ingin menjual anakku yang ada di dalam sini," kata Yatri seraya mengusap perutnya.Rexa mencium perut Yatri yang menumbuhkan buah hatinya. "Anak ini yang membuat saya berubah dan luluh padamu, anak ini yang merubah pola pikir saya menjadi pria yang takut bila naknya nanti bisa melakukan hal buruk."Rexa menciumi sepasang bibir Yatri. Makin istrinya itu menatapnya dengan mimik kesembuhan, makin dia merasa luluh pada wanita itu."Aku menyayangimu, ini memamg singkat, tapi semua begitu saja hadir saat kita bersama, aku mencintaimu Yatri," ucap Rexa.Kali
Menjelang siang, Bu Anne bersiap-siap menemui Bu Wanda. Dia berpapasan dnegan Yatri yang sedari tadi duduk minimteh di teras, melempari senyum pada mertuanya, Yatri menyapa penuh keramahan."Mau kemana, Mi?" tanya Yatri."Mami mau keluar dulu bertemu kawan lama, Oh ya Yatri, jangan bilang ini ke Rexa ya, soalnya Mami bosan tinggal di rumah selama sakit, sekali-kali Mami ingin bertemu kawan yang sempat menganggap Mami meninggal," papar Bu Anne dengan sekelumit alasannya."Oh iya, Mi. Yatri mengerti, tapi hati-hati ya, kalau ada apa-apa hubungi Yatri ataupun Rexa," ujar Yatri. Meski ia tahu Rexa akan marah padanya sebab telah membantu Bu Anne untuk berbohong sekalipun itu kebohongan kecil.Bu Anne segera masuk ke dalam taksi yang ia pesan, tanpa melambai tangan pada menantunya dia menutup kaca jendela begitu saja.Jauh di dalam lubuk hati Yatri, dia merasa mertuanya itu kurang menyukainya. Entah i
Bu Anne pulang membawa amarah yang meleptup-letup, dia membayangkan betapa pedihnya hati Rexa karena menikahi perempuan yang telah di hamili oleh orang lain. Rexa pasti akan merasa sakit hati, pikir Bu Anne yang sudah termakan kalimat bualan Bu Wanda.Sesampainya di rumah, Bu Anne segera memasuki kamar Yatri, dia dalam kamar Yatri duduk sembari mengumandangkan ayat suci alqur'an. Bu Anne menghampirinya merampas kitab itu dari tangan menantunya."Sudah, jangan bersandiwara lagi," kata Bu Anne setengah membentak.Yatri mengerutkan alis, dia bahkan kebingungan dnegan apa yang di maksud tentang sandiwara itu."Maksud Mami?""Dari awal sungguh aku tidak suka padamu, firasatku memang benar, kamu tidak pantas untuk anakku!"Yatri menelan salivanya, seluruh tubuhnya bergetar mendengar pengakuan mertuanya yang terang-terangan mengatakan tidak menyukainya."Maaf, Mi.
Rexa kembali dari ke rumah, rasa lelah di perjalanan membuatnya ingin istirahat saja dulu. Gerald pun ikut istirahat di ruang tamu, sebelum naik ke kamar, Rex ale dapur untuk memberitahu Bu Yat agar jangan ada sesiapapun menganggu istirahatnya bersama Yatri. "Sepenting bagaimana pun tolong Bu Yat jangan ganggu kami," pesan Rexa pada Bu Yat. Setelah itu dia ke atas kamarnya. Tak sengaja dia bertemu dengan Bu Anne. "Sudah pulang nak?" tanya Bu Anne. "Iya, Mi. Rencana besok jadwal balik, tapi aku percepat saja, lagi pula semua sudah kelar," jawab Rexa sembari melonggarkan dasi yang menghimpit lehernya. Bu Anne mengamati raut wajah lelah Rexa, dia berpikir malam ini bukan waktu yang tepat memberitahu tentang Yatri dan Roy pada Rexa. Wajah Rxea terlihat begitu lelah, dan bisa saja bila demikian anaknya itu akan murka pada semua orang bila Bu Anne tetap nekat memberitahunya. "Iya, kamu
Keesokan paginya, Yatri lebih dulu bangun. Sejak usai sholat subuh, dia belum beranjak dari sajadahnya. Perkataan Bu Anne selalu terngiang, benarkah kemunculannya di kehidupan Rexa malah akan membuat suaminya itu malah menjadi kesusahan dan tak pantas? iya pikir, bisa saja. Apalah dayanya dia yang hanya sebagai perempuan miskin yang berstatus janda beranak dua. Yatri melirik ke arah Rexa yang masih tertidur lelap, tak ada satu pun yang suamina itu memiliki kekurangan, semua nyaris sempurna di hidup pria yang sudah menumbuhkan janin di rahimnya itu. "Aku pernah hidup bertahun-tahun bersama Galang, tapi bersamamu beberapa bulan ini sangatlah berbeda rasanya, kamu memtilki sifat yang Galang tak punya, aku mencintaimu dan sulit pergi dari kmau hanya merasa tak pantas," gumam Yatri menatap Rexa yang tertidur lelap. Dia melepas mukenanhnya lalu beranjak memeluk Rexa, air matanya tak dapat terbendung lagi, dia menangis tanpa bersuara di