Bu Wanda dan Ray kembali ke rumahnya, Ray yang masih khawatir karena rencana pernikahan itu belum diketahui oleh Randy.
"Kok kamu dari tadi diam?" tanya Bu Wanda.
Ray menghela nafas berat, "Bu, kita sudah melangkah sejauh ini tapi kak Randy belum Ibu beritahu, emang Ibu yakin kakak bakalan tidak menolak?"Bu Wanda hanya tertawa lalu berlalu ke kamar Randy. Baginya hari itu waktu yang tepat untuk mengatakan pada anak sulungnya itu. Saat itu Randy baru saja dari restauran miliknya, kedua perawat laki-laki bersama Randy sibuk memeriksa denyut nadinya."Ibu mau bicara sesuatu," kata Bu Wanda.Kedua perawat itu keluar dari kamar Randy, Bu Wanda mengambil ponselnya lalu memperlihatkan ke arah Randy."Bagi kamu dia cantik tidak?" tanya Bu Wanda memperlihatkan gambar Hani yang tadi siang."Itu 'kan Hani, Bu. Iya, dia cantik," sahut Randy bersikap biasa-biasa saja."Dia calon istri kamu, dan minHari itu Rexa menghadiri sidang maminya, saat itu Yatri tak ia perbolehkan ikut, karena ia tahu maminya akan memberontak bila melihat Yatri bersamanya.Di persidangan, jaksa membacakan tuntutan yang cukup menggemaskan untuk Bu Anne, mendengar itu Rexa bergetar, meski ia sudah menyiapkan tim pengacara hebat buat maminya akan tetapi hukum akan tetap berada di jalan keadilan.Bu Anne berdiri dari kursi terdakwanya, dia menentang semua yang dibacakan oleh jaksa."Itu semua bohong, saya hanya di jebak oleh Asdar, dia otak dalam ledakan itu."Rexa sangat malu dengan tingkah maminya, para pengacara Rexa saat itu mencoba menenangkan Bu Anne.Setelah semua lebih tenang, hakim memutuskan untuk menunda lagi persidangan hingga minggu depan. Rexa menghampiri maminya, tetapi Bu Anne malah membuang wajah."Mami jangan lain kali begitu, itu hanya akan memberatkan Mami," ujar Rexa. Tapi Bu Anne yang masih marah p
Malam telah tiba, Rexa meringkuk di balik selimut dengan Yatri. Ada banyak obrolan yang mereka perbincangkan termasuk kondisi Bu Anne."Kabar Ibu bagaimana?" tanya Yatri. Dia tahu Rexa tak membahas kasus Bu Anne karena menjaga perasaannya."Dia baik-baik saja," sahut Rexa. Dia berusaha agar Yatri tak dapat menebak kondisi kekhawatirannya.Namun bukanlah seorang istri namanya bila tak memiliki kontak batin, Yatri sangat tahu bahwa suaminya sedang berbohong. Semenjak penangkapan Bu Anne, sebagai menantu dia pun merasa kasihan pada mertuanya, tetapi jika dia mengeluarkan Bu Anne dari penjara, apakah dia dan keluarganya akan tetap baik-baik saja? ia pikir, belum tentu.Yatri pun juga tak tega melihat suaminya seringkali menyembunyikan kesedihan. Meski berat, namun kebahagiaan pasangan ingin ia utamakan."Sayang, kita bantu mami ya, supaya hukumannya lebih ringan, maksudku kita buat keluarga almarhum karyawan ku
Dua hari kemudian, Rexa dan Yatri kembali ke rumah sakit tahanan. Meski saat itu Yatri sedang mengalami fase mual, namun tak mengurungkan niatnya ingin menjaga Bu Anne."Sayang, seharusnya kamu itu di rumah, istirahat, kasihan bayi kita," ujar Rexa."Tidak, aku akan menemanimu kamu, oh ya, para keluarga korban tigak diantara mereka menyetujui itu, hanya dua lagi harus kita bujuk," papar Yatri.Rexa tak menyangka istrinya bisa sekuat itu melakukannya, dia terharu lalu memeluk Yatri."Maafkan keegoisan kami," ucapnya."Yang, seharusnya ini yang kita lakukan semenjak bulan yang lalu," sahut Yatri. Meski ia tahu tindakan itu malah akan beresiko.Bu Anne siuman, Rexa masih tetap menjaganya dari luar. Suster segera menghampiri Rexa untuk memberitahu keadaan maminya."Bu Anne sudah siuman, Pak. Sepertinya dia ingin bicara dengan anda," kata suster itu.Rexa masuk seorang diri di ruang ICU, dia menda
Rumah mewah yang meriuhkan lagi amarah, pasangan suami-istri masih kukuh pada pendapatnya sendiri, tak ada yang ingin kalah dan mengalah, tak ada yang pula yang jadi pemisah diantara kelelahan, keluarga hanya berdiam diri menutup kuping dengan lakon itu setiap hari."Perempuan tidak di untung! Syukur kau ku nikahi! Kalau tidak, kau lahir kan anakmu tanpa ayah!" Hardik pria bertubuh gempal itu padanya.Yatri mengepal tangan, suaminya acap kali mengungkit masa lalu mereka yang hamil sebelum menikah, padahal anak Yatri adalah anaknya kandung pria itu, yang tak suaminya, Galang."Jadi kau menyesali mereka hadir di dunia ini?" tanya Yatri yang makin tersulut emosi."Aku menyesal menikahi mu! Keluargaku memang benar, mencari perempuan harus dari kalangan berpendidikan, bukan dari keluarga sepertimu!" Galang mengumpat lagi, kalimat itu dilontarkan ke Yatri bila sedang marah."Aku yang sangat menyesal masuk d
Malam sudah larut, Yatri sudah menidurkan kedua anaknya. Dia merilik ke jam dinding di kamarnya, menujukkan pukul satu malam, namun Galang belum juga kembali ke kontrakan mereka. 'Dia pasti ke rumah ibu lagi,' gumam Yatri. Dia ke dapur membuat teh, badannya masih nyeri akibat pukulan Galang. Dia juga membuatkan kopi untuk suaminya, bila dia pulang nanti merek tak perlua saling bicara meminta sesuatu yang Galang butuhkan darinya. Setalah itu,Yatri memilih berbaring di samping anaknya sembari mengatak-atik ponselnya, dia menyelidik semua sosial media sumainya, kebetulan password sosial.media Galang diam-diam mencarinya dengan membajak semua email pria itu di kala sedang tidur. Betapa terkejutnya Yatri mendapati chatingan Galang dengan perempuan lain, menjurus mesra hingga kata cinta penuh hasrat terselip pula di kalimat mereka. Dengan perasaan yang campur aduk, Yatri membaca perkapan suaminya dengan wanita
Tiga bulan kemudian .. Di Desa yang masih kental dengan hawa asrinya, rumah Uwa Nawi itu keadaannya masih tetap seperti sewaktu Yatri kecil, rumah papan dengan atap seng jadi bahan utamanya. Di usianya yang masih berusia 25 tahun, Yatru sudah menyandang status janda beranak dua. Kendati demkian, dia sudah cukup bahagia dengan keadaannya yang sekarang. Anak-anaknya pun demikian, lebih ceria meski tanpa Ayah. Di tempat lain, terdengar kabar bahwa mantan suaminya sudah menikah lagi dengan Sinta. Dia tak mempedulikan itu, kebebasan dari kungkungan pria seperti Galang adalah anugerah terbesar. Selama melewati masa iddah, Yatri tak pernah mendapat nafkah adri Galang, bahkan pria itu tidak pernah menggubris kedua anaknya. Tok! Tok! Tok! "Yatri!" Ada suara menyeru dari luar. Yatri sedari tadi membuat kue pesanan dari temannya, bergegas membuka pintu. Di balik pintu itu, ada Bu RT memasang wajah panik.
Rexa sangat menikmati malam indahnya bersama wanita one stand night, segala suguhan kenikmatan yang diberikan perempuan itu ia terima seperti wanita-wanita sebelumnya. Benihnya ia tumpahkan begitu saja di dada perempuan berambut coklat itu, seakan benihnya hanyalah sampah tak berharga. Rexa hanya akab menumpahkan bibit cintanya pada wanita yang tepat dan pada waktu yang tepat pula. Pria sukses sepertinya, belum memiliki niatan untuk menikah, selain tak mempercayai adanya cinta yang tulus, Rexa jga menganggap pernikahan hanyalah beban. Dia tak ingin di kekang oleh istri atau pacar untuk melakukan hal-hal yamg dia inginkan. "Kau keluar dari sini, asistenku diluar akan membayar mu," kata pada wanita bayaran itu. Sebenarnya si cantik penjajah malam itu masih ingin berlama-lama dengan Rexa, tak diberikan tip pun tak apa, hanya ingin menikmati kebersamaan dengan pria tampan itu, tetapi Rexa malah mengusirnya setel
Di balik pintu kaca, Yatri masih menatap Difa yang terbaring dangan puluhan kabel tertancap di dadanya. Perban terlilit di kepala anak yang berusia 5 tahun itu.Apa yang harus ia lakukan? dengan cara apa dia mendapatkan uang sebanyak itu? meminjam pun tak ada harapan, tak ada harta benda yang bisa ia jaminkan? oh, Tuhan, aku lelah ..batin Yatri mulai mengeluh.Dari belakang ada salah satu suster yang menyeru padanya."Bu Yatri, ibu di minta ke bagian administrasi."Dengan langkah kuyuh, Yatri segera memenuhi panggilan pihak rumah sakit tersebut. Ia tahu, ini tentang pembayaran uang muka kali ini.Setelah tiba disana, pihak administrasi melempar senyum padanya. Dia dipersilahka duduk untuk mendengar total biaya dan uang muka yang harus segeran di bayar."Semuanya 50 juta, Bu. Tapi untuk uang mukanya 10 juta terlebih dulu. Ini sudah peraturan rumah sakit, Bu. Kami berikan waktu hingga esok lusa.