"Encer juga otak si Romeo. Mereka jadi tidak bisa berkutik sedikitpun di tempat ramai seperti ini!" pujian Vino untuk Romeo secara diam-diam.
***
Akhirnya mereka tiba di salah satu mall mewah di ibu kota. Sebelum turun dari mobil Vino meminta Romeo untuk parkir agak jauh dari mobilnya dan mobil Anggun. Romeo kali ini menurut saja kepada Vino. Vino mencari tempat parkir yang ramai dan dekat dengan pos tempat pembayaran parkir. Benar saja mobil yang sedari tadi mengikutinya, mereka parkir dekat dengan mobil Anggun dan Vino.
Mereka berlima pun masuk ke dalam mall dan berbelanja bahan makanan, cemilan, dan pakaian untuk piknik besok.
"Aduh!" teriak Vita.
"Kenapa?" Anggun terlihat khawatir.
"Hehe, laper!" jawab Vita dengan dengan wajah polos dan tak berdosa.
"Baiklah, ayo kita cari makan!" ajak Vino kepada semua mahasiswanya.
"Aaa ...," teriak Vita dan Allina ketika melihat mobil yang dikendarai Vino hampir tertabrak.Beruntung truk tersebut tidak dalam kondisi kencang hingga kecelakaan dapat dihindari dan Vino bisa selamat. Setelah itu, ternyata mobil yang mengejar Vino tidak menyerah. Mereka saling kebut dan mendahului. Namun, sekawan genk motor itu berhasil menyalip dan menghentikan mobil yang Vino kendarai.***Kini mobil yang dikendarai Vino di kepung oleh orang-orang tersebut. Vino sengaja tidak keluar terlebih dahulu dari mobil. Dia mengirimkan pesan kepada Romeo agar membawa Anggun dan yang lainnya pergi sejauh mungkin dari tempat tersebut.Bugh bugh bugh! Kaca mobil Vino di gedor oleh salah satu preman yang wajahnya di tutup oleh helm.“Aku harus keluar!” ucap Anggun yang akan membuka pintu mobilnya.“Jangan! Pak Vino memintaku untuk membawa kalian pergi jauh dari sini. Lihatlah in
Anggun pun berlari ke mobil dan memajukan mobil tersebut dengan kecepetan penuh. Dan benar saja, ketika sampai lokasi Vino dan Romeo sudah babak belur dan bersimbah darah segar di wajah mereka.Anggun keluar dari mobil. “Lepaskan mereka!” teriak Anggun kepada para penjahat tersebut.“Hahaha, teman-teman ada wanita cantik, baiknya kita apakan dia?” sahut ketua penjahat tersebut.“Ketua, kamu duluan saja eksekusi perempuan itu! Aku mau cicip pria ini, dia sungguh tampan, dan kulitnya pun halus!” tutur salah seorang penjahat berjenis kelamin laki-laki bertubuh hitam dan tinggi besar kepada Romeo.“Pak Vino, tolong aku! Aku mau dilecehkan!” racau Romeo dengan wajah ketakutan.Vino ingin sekali mungumpat kepada mahasiswanya itu. Dia tidak tahu apa, bahwa posisinya sekarang sama. “Lawan dia, jika menang akan aku berikan nilai A dan
“Oke, sebentar izin bernapas!” pinta Anggun dengan napas tersenggal-senggal. Namun, sebenarnya dia sedang merencanakan sesuatu.“Menyerahlah, gadis cantik! Kamu tidak bisa kemana-kemana!”Anggun pura-pura terjatuh tetapi sebenarnya dia akan melakukan—Dor! tujuh peluru dia tembakan dengan cepat ke kaki para penjahat itu dan kemudian bergelinding ke belakang mobilnya untuk bersembunyi.“Aaa …,” suara teriakan tujuh penjahat yang kakinya terluka oleh tembakan Anggun.“Kemana wanita itu? cepat cari dan kita habisi saja! ternyata yang berbahaya itu adalah wanita tersebut bukan kedua pria tadi,” ujarnya dengan kaki pincang.Mereka pun berpencar mencari Anggun dengan kaki yang terpincang-pincang. Dari belakang mobil tampak lelaki yang mengenakan celana panjang hitam di dekat mobil sedang mencarinya. Anggu
Para polisi tersebut membawa penjahat-penjahat tersebut ke rumah sakit. Mereka berharap nyawa mereka terselamatkan dan dalangnya tertangkap. Anggun pun membawa Vino ke rumah sakit. Karena, Vino sudah tidak sadarkan diri.***Tim medis langsung membawa Vino ke Unit Gawat Darurat (UGD) untuk diperiksa lebih lanjut. Sedangkan Romeo dan Anggun menunggu di pintu luar ruangan UGD."Sebenarnya apa yang terjadi Romeo? Pak Vino diapakan oleh mereka?" tanya Anggun penuh kekhawatiran."Ketika kami sedang melawan mereka tiba-tiba perut Pak Vino kesakitan. Dan di bagian perut yang sakit para penjahat tersebut malah menambahnya dengan sebuah pukulan. Dari situ pak Vino ambruk. Aku tidak bisa melawan mereka seorang diri karena mereka membawa senjata tajam dan senjata api. Aku lebih baik menyerah dan mengulur waktu, menunggu anak buah ayahku dan polisi datang. Eh, yang datang lebih malah wonder women," ujar Romeo penuh rasa kagum kepada Anggun karena ternyata
"Shit," umpat Nisa dengan geram. Dia pun mondar mandir sembari menggigit kuku jari tangannya karena sedang merasa cemas. Dia takut jika kejahatannya terungkap dan kemudian ditangkap oleh pihak yang berwajib.***"Kamu tenang saja, aku kira mereka sekarang sudah tewas karena keracunan. Racun itu terbuat dari bisa ular king cobra. Jika di gigit langsung oleh king cobra dalam beberapa menit korban gigitan akan meninggal. Karena ini olahan, racunnya tidak langsung membunuh korban tetapi sedikit demi sedikit menggrogoti tubuh korban. Jika dari mulutnya sudah keluar darah, maka, dalam hitungan menit mereka akan tewas."Nisa pun kembali tersenyum licik. Dia sekarang memikirkan rencana jahatnya lagi untuk menumpas orang-orang yang akan menggagalkan rencananya."Baiklah, sebelum Rico bangun, aku akan menutup telepon."Panggilan mereka berakhir dan nomor telepon pria misterius itu pun di h
Romeo pun menyusul Vino ke arah pintu dan kemudian dia memeluk Vino dari belakang. “Romeooo ….” Clek! “Aku hanya mau membukakan pintu untuk bapak. Tidak usah berteriak seperti itu, yang lain sudah pada tidur. Aku masih normal, tidak akan macam-macam kepada bapak. Apalagi harus merusak bokong bapak yang indah. Hahaha,” gelak tawa Romeo terdengar sangat renyah ketika melihat sang dosen killer yang ditakuti satu kampus ketakutan oleh tingkahnya. Dia pun menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur dengan masih terpingkal-pingkal. “Kamu—” Dengan emosi, Vino menindih dan menduduki Romeo dan kemudian mencekik longgar mahasiswa tidak berakhlak tersebut. “Tolong-tolong,” teriak Romeo. “Pak, Jangan lakukan itu kepadaku—” Dari pintu kamar yang terbuka, Anggun, Vita dan Allina melihat perbuatan Vino yang mereka anggap tidak senonoh kepada
“Nah itu, kan, alasan Nisa menyerang bapak. Lalu, apa alasan Nisa mau membunuh Anggun?”“Itu yang membuatku penasaran dan Rico pun memintaku untuk melindungi Anggun. Untuk sementara kita harus menemani Anggun sampai Rico sembuh dan pulang ke rumah.” sahut Vino yang masih penasaran dan ini akan menjadi teka-teki baru baginya untuk dipecahkan.Bruk! Tiba-tiba pintu kamar terbuka dengan sendirinya. Dan kemudian di susul Anggun yang tidur sembari berjalan. Mereka berdua hanya bisa melihat apa yang akan dilakukan oleh Anggun. Anggun pun naik ke atas tempat tidur lalu berbaring di antara Vino dan Romeo. Romeo dan Vino bingung mereka harus bagaimana? Ingin rasanya membangunkan putri tidur itu. Namun, tidur Anggun tampak pulas, sehingga mereka tidak tega membangunkan wanita tersebut untuk pindah ke kamarnya.Mereka pun memutuskan untuk tidur bertiga di atas ranjang yang luas. M
Anggun tiba-tiba naik ke tubuh Romeo. “Pak Vino, ini bagaimana?” tanya Romeo yang takut jika dia diapa-apakan oleh Anggun. “Aku masih perjaka!” racaunya dengan raut wajah cemas sembari meringis ketakutan, tetapi jika keperjakaannya direnggut oleh Anggun, dia dengan senang hati akan merelakannya.“Aku juga tidak tahu harus bagaimana?” jawab Vino yang kebingungan.Mata Vino membelalak ketika Anggun akan menundukkan wajahnya kepada Romeo. Dengan cepat Vino mengambil bantal dan segera meletakan bantal tersebut di atas wajah Romeo. Ternyata benar saja, Anggun dengan keadaan tertidur pun menciumi bantal tersebut. Vino pun jadi membayangkan bahwa dia yang sedang berciuman dengan Anggun. “Anggun!” tutur Vino dengan suara berbisik sembari memegang bibirnya yang merah.Sedangkan Romeo, dia sudah hampir kehabisan napas karena wajahnya ditutup oleh bantal ditambah posisi Anggun yang be