Aku bangun sekitar pukul enam pagi, untuk sejenak aku bingung dengan keberadaanku, sampai aku melihat matahari mengintip dari langit lewat jendela kaca yang ada di depanku dan mengingat kalau ayahku benar-benar menyeretku ke rumahnya agar kita semua bisa duduk dan mengadakan 'makan malam keluarga'. Aku mengerang pada bantal yang sangat nyaman yang penuh air liurku sebelum aku mengambil ponselku, berharap ada sesuatu yang muncul agar aku bisa menghindari omelan ayahku, tapi masih seperti kemarin, tidak ada. Kosong. Nada.
Aku mulai berpikir kalau karirku di Hollywood berakhir di sini.
Aku memutar mataku sebelum aku menaruh ponselku, memutuskan kalau ini waktu terbaik untuk olahraga sebentar sebelum mandi dan sarapan dengan setan. Aku dengan cepat berganti pakaian dengan sepasang baju olahraga dan sepatu lari lamaku sebelum berjalan ke treadmill yang ada di sudut kamar lamaku. Aku membangun istana kecil ku sendiri
Hari berlalu dengan cepat sejak kejadian kecil di teras rumah yang melibatkan ibu kandungku yang overdosis yang mengundang banyak perhatian lalu aku yang pingsan setelahnya, oke, mungkin kecil bukan kata yang tepat tapi sekarang ini aku tidak mau banyak berpikir. Untungnya Charlotte adalah wanita berhati malaikat, dia membantu Jessica hingga ke rumah sakit dan Kevin merawatku selama aku tidak sadarkan diri, lalu ayahku dengan cepat menyelesaikan sisanya begitu dia sampai di rumah dan berbicara dengan Jessica sendirian. Hari berikutnya berlalu dengan sunyi dan damai tanpa komplikasi yang pelik atau bahkan gangguan kecil. Aku jelas-jelas tidak bisa lebih bersyukur daripada ini dan aku berharap situasinya akan tetap seperti ini. Kelihatannya ayahku sudah mengurungkan niatnya untuk menceramahi seluruh keluarga dengan kepiawaiannya menjadi drama queen, jadi aku bisa tenang di dalam kamarku.Berbicara tentang kamarku, aku jarang keluar dari sana setelah
Di hari yang sama di Kiev, Ukraina.... Saljunya terus turun dengan pelan di sekitar lahan parkir yang kosong di pinggir kota, tempat yang terisolasi dan nyaris terlupakan karena ditinggalkan seperti kebanyakan bangunan tua lainnya, beberapa bangunan era Soviet berbaris di satu sisi tapi kebanyakan tidak berpenghuni dan bahkan jika seseorang mencari sesuatu, mereka tidak akan berani bersuara. Mereka terlalu menghargai nyawa mereka untuk berani melewati batas.Saljunya turun dengan lembut dan sunyi di atas kepala kami dan udaranya terasa dingin namun sesekali matahari muncul dan menghangatkan tubuh kami. Aku tidak terlalu peduli dengan itu sekarang, aku sudah berada di sini sekitar satu bulan dan mulai terbiasa dengan dinginnya. Tidak ada suara yang terdengar kecuali hembusan angin, seolah bahkan suara pun takut untuk bersuara bahkan jika hanya bisikan kecil, itu tidak benar. Sangat mungkin sekali untuk bisa mendengar satu su
Aku dan Gabriel menyelesaikan misi kami tepat waktu dan aku sudah memastikan kalau saat kami sampai di Amerika, polisi baru akan menemukan mayat terakhir. Selama di pesawat aku menelpon istriku dan kami sepakat untuk menamai putra pertama kami saat itu juga. Federico Lazzarati. Setelah itu aku mengambil istirahat sejenak sebelum akhirnya kembali mengurus pengiriman barang dan menelpon anak buahku untuk membantu prosesnya, Kasino yang dimiliki organisasi kami harus sudah penuh saat hari jumat, ketika tamu-tamu penting akan datang.Gabriel membantu ku untuk menghilangkan jejak media kami di Ukraina, membuatnya seolah kami tidak pernah kesana. Aku juga menelpon beberapa sepupuku untuk melaporkan uang yang sudah terkumpul dari beberapa toko yang akhir-akhir ini menciptakan masalah tak berguna dan itu mengganggu capo, aku tidak paham kenapa mereka menolak untuk membayar. Jika mereka tidak mau membayar pada kami, maka mereka akan membayar pada orang lai
Aku berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah dengan langkah ringan. Aku berbau seperti sesuatu yang gosong dan deodoran sandalwood. Mempertimbangkan kalau aku belum mandi selama dua hari setelah aksiku yang mencoba mencari simpanan rokokku yang tidak berhasil dan aku menyibukkan diri dengan berbagai eksperimen termasuk menghitung berapa lama koagulasi air liur post-mortem, jadi aku harus menyimpan kepala manusia di lemari pendingin di dapur karena aku tidak punya tempat lain dan belum ada yang ke dapur sampai hari ini, aku yakin tidak ada yang akan keberatan dengan keberadaan kepala manusia di dalam sana. Setidaknya kuharap begitu. Lalu, aku masih menghitung banyak jenis abu rokok. Setidaknya aku bisa menghirup sedikit aroma tembakau agar aku tidak mulai kehilangan otakku. Kadang sangat sulit untuk tidak merokok di Amerika. Lalu, setelah banyak laporan dan dokumen yang harus aku kerjakan, aku sekarang lebih tenang. Terutama ketika hal yang ku tunggu-t
"Ugh," Aku mengerang dengan protes ketika aku berguling dan memukul alarm hingga diam karena suaranya mengganggu yang dia buat sebelum melempar bantal dari kepalaku dan menggosok mataku. Ini tepat pukul empat pagi dan aku menarik diriku sendiri keluar dari kasur menuju kamar mandi. Beberapa menit lagi Lance akan menggedor pintu kamarku tidak peduli apakah aku siap atau tidak dengan Andrevich yang siap menjejaliku dengan jus hijaunya. Menurutnya dan guru kesehatan barunya, aku harus meminum semua campuran jusnya sebelum aku ditempatkan di olahraga harianku. Satu-satunya hal baik saat aku melakukan ini adalah aku tidak perlu meminum obat yang diresepkan dokterku, aku tidak menyukai obat itu karena efeknya yang membuatku lamban dan mudah lelah, makanya aku menggunakan alternatif lain daripada menekan emosiku aku akan menyalurkannya ke sesuatu yang lain yang tidak memerlukanku untuk menelan obat penenang, basically. Syukur pada Tuhan selama aku rutin m
"Aku tidak ingat kapan aku menaruh nomermu ke hpku," Kata seseorang dengan suara yang berat dan rendah di telingaku. Dia terdengar aneh, tapi aku tahu kalau itu adalah dia."Cassandra," Kataku. "Sangat menyenangkan kau masih punya keinginan untuk menghubungiku. Kau terdengar -""Mabuk? Teler? Sedang tinggi?" Dia memotong perkataan, tertawa kecil. "Aku minum beberapa gelas tequila. Kurasa itu membuatku merasa fan-f*cking-tastic! Kenapa aku tidak melakukannya sejak kemarin?"Aku dengan cepat sadar dari pikiran mabukku. "Dimana kau?" Suaraku tegang menunggu jawabannya namun yang ada hanya jeda yang panjang."Downtown," Dia membalas. "Ini klub langganan Vanya di LA. Sedikit terlalu melebihi kapasitas jika kau bertanya apa menurutku."Panah cemburu yang tajam seperti ditusukkan di dadaku. Klub berarti menari dan jika dia mabuk, pria mungkin akan mengambil
Setelah Lev mengangkat satu-satunya koper Dean ke kamar tamu, aku duduk di tepi kasur queen-size dan melihat Dean menaruhnya di sampaiku kemudian membukanya. Celana Levi's mungkin terlipat dengan rapi di tepiannya tapi di dalam benar-benar terlihat seperti medan perang."Apa?" Dean mengikuti pandangan melongoku ke tumpukan pakaian yang ada di dalam koper. "Aku sedikit terburu-buru."Aku berdiri dan membungkuk, mengambil kaus V-neck yang kumal dengan jijik. "Mereka semua membutuhkan sentuhan setrika, kecuali kalau kau mau terlihat seperti kau sudah tidur dengan semua pakaian ini."Dia tertawa, melemparkan lengannya di sekitar pinggangku dan menarikku ke bagian depannya yang keras. "Apakah aneh kalau aku menjadi bergairah karena kau membicarakan tentang menyetrika pakaianku?" Dia mengubu
Sial! Aku tidak bisa mengendalikan diriku sendiri.Dean sudah sampai di sini dan aku tidak bisa berhenti berlari untuk menemuinya, mengabaikan teriakan Charlotte, dan sahutan Kevin. Aku mengumpulkan rambutku di atas dan mengikatnya ketika aku sampai di ujung tangga.Sial!"Dean!" Aku tersenyum ketika sampai di depan pintu, lalu mulutku menetes ketika melihatnya masih dengan segala karismanya. Rambut gelap keritingnya agak basah karena keringat dan semua nya acak-acakan dengan caranya sendiri, dia memakai kemeja flannel milik ayahku dengan kaca mata yang menggantung di kerah bajunya, dan celananya dilipat di tungkainya.Yum.Mata hijaunya bersinar ketika dia tersenyum padaku. "Hi, can